Bunyi sorak penonton menjadi tanda bahwa pertandingan persahabatan basket itu telah berakhir. Pertandingan kali ini dimenangkan oleh sekolah Yoongi. Si ketua basket itu, kemudian menjabat satu per satu tangan lawannya.
Yoongi tersenyum tipis sekaligus memberikan kalimat-kalimat, seperti "Kau sudah bekerja dengan keras", "Permainanmu sangat oke", "Kau keren", dan masih banyak lagi. Lawan dari sekolah Yoongi adalah sekolah tetangga yang masih satu kota.
Setelah itu, acara pertandingan ditutup dengan foto bersama. Mata Yoongi melirik untuk memastikan sosok yang sedari tadi menontonnya masih di tempat yang sama. Sayangnya, selesai Yoongi berfoto, sosok itu pergi. Mata Yoongi berkeliaran mencari orang itu.
"Aku pergi dahulu," pamit Yoongi yang bahkan mengabaikan sapaan dari penggemarnya. Ia hanya ingin segera menemui Jimin.
Selama misi menemukan Jimin, tiap-tiap langkah Yoongi selalu mendapat pujian dari kalangan siswa perempuan. Namun, tampaknya Yoongi acuh tak acuh. Ia terus melangkah mencari sosok Jimin. Ke mana anak itu?
"Eh? Kenapa kau di sini?" kejut Jimin begitu menoleh usai merasakan ada yang menepuk pundaknya.
Jimin terkejut melihat Yoongi ada di ruang klub balet. Ini kali pertama Yoongi menginjakkan kaki di lantai ruangan tempat Jimin memamerkan perutnya. Saat ini, hanya ada mereka dengan posisi pintu tertutup.
"Aku mencarimu."
Jimin lagi-lagi terkejut. "Aku ingin minum dan botolku tertinggal di sini."
Yoongi melihat botol yang berada dalam genggaman tangan kanan Jimin, sedangkan tutupnya di tangan kiri. Kemudian Yoongi melirik bibir Jimin, ada bekas air di sana.
"Kau masih ingin minum?" tanya Yoongi, kemudian mendapat gelengan dari Jimin.
Dengan cepat botol itu berpindah ke tangan Yoongi. Tanpa izin dari Jimin, pebasket itu meneguk air hingga habis. Bunyi ah terdengar. Yoongi tidak bohong jika ia sebenarnya memang haus. Setelah pertandingan selesai, ia tidak sempat minum terlebih dahulu.
"Kau menghabiskan airku," kata Jimin bernada sedih sambil memandang botolnya. Ia tampak meratapi isi botolnya yang kosong.
Ketika wajahnya beralih menatap Yoongi, bibir Jimin berubah cemberut. Ia merampas botolnya sedikit kasar, lalu menuju dispenser air untuk mengisi ulang. Yoongi tidak boleh berpesta seorang diri dahulu akibat tingkah Jimin yang barusan menggemaskan. Ia harus menyusul Jimin dan meminta maaf.
"Aku benar-benar haus tadi," susul Yoongi dari belakang sambil membela diri. Ia tidak tahu jika Jimin diam-diam tersenyum. Rasanya menyenangkan menggoda Yoongi seperti ini.
"Kau benar-benar marah? Aku haus karena baru saja mengharumkan nama sekolah kita, Jimin."
"Aku juga pernah mengharumkan nama sekolah ini," ketus Jimin.
"Itu hanya air. Aku bahkan meminta izin padamu."
Selanjutnya tawa Jimin pecah. Ia tidak kuat berakting merajuk lama-lama. Yoongi terlalu menggemaskan ketika merasa bersalah seperti tadi.
"Kau bahkan tertawa sendiri. Tidak mengajakku. Apanya yang lucu?"
"Kau lucu sekali. Mana ketua basket yang dingin itu?"
"Andai kita tidak sedang di sekolah, aku sudah menciummu."
Jimin tetap tertawa terpingkal-pingkal sampai memegang perutnya. Yoongi tidak terima, tetapi ia juga ikut tersenyum melihat Jimin yang tampak bahagia. Sedikit kejailan makin membuat ruangan itu dipenuhi tawa Jimin dan Yoongi. Si ketua basket memberikan gelitikan kepada sang ballerino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...