89. Bored

634 81 38
                                    

xxWarningxx

*

*

*

*

Berkali-kali Min Yoongi meminta Jimin untuk pulang ke Busan saja daripada menemaninya di kos-kosan selama liburan semester genap. Usai ujian akhir semester, Yoongi memang tak berniat untuk pulang ke Daegu. Kata mahasiswa seni itu, ia tidak ingin berada di rumah yang baginya bukanlah rumah. Lebih baik di kos dengan transferan dari orang tuanya yang terus mengalir.

"Berhenti menghela napas seperti itu."

Bukannya menghiraukan, Jimin justru membuang napas lebih kencang atau terkesan mendrama. Yoongi tentu saja makin kesal.

"Kenapa? Ini hidungku, paru-paruku. Memangnya kau yang menyediakan oksigen?" ketus Jimin.

"Tetapi kau berada di kosku dan itu mengganggu. Kalau kau tidak mau pulang ke Busan, pulang ke kosmu sendiri saja. Kenapa kau justru menumpang tidur di sini selama seminggu?"

"Memangnya tidak boleh? Aku tidak mengacaukan kosmu. Aku pesan makananku sendiri bahkan mencuci piring dan gelas juga sendiri. Aku juga membersihkan kamar mandimu. Aku melipat selimut. Aku tidak tidur di ranjangmu. Aku tidur di bawah, di lantai yang keras dan harus mendengar dengkuranmu."

Jika Jimin mengatakan satu, Yoongi membalasnya dua. Jika Yoongi mengatakan dua, Jimin akan membalasnya tiga. Dua pemuda itu memang sama-sama cerewet.

"Kau cerewet sekali. Pantas bibirmu seperti bebek." Yoongi mengatakan kalimat terakhir dengan pelan, tetapi tidak dengan kepekaan telinga Jimin. Ia mendengarnya dan langsung melempar Yoongi dengan bantal.

Dua jam berlalu sejak perang bantal dan Jimin masih bosan. Iya, anak itu sebenarnya sedang bosan. Yoongi saja yang tidak peka dan malah asyik mencoret-coret kertas. Jimin tahu Yoongi mempunyai pekerjaan lepas sebagai penulis lirik lagu. Meskipun tidak terlalu besar, royaltinya lumayan untuk tambahan uang jajan. Jimin akui, Yoongi memang pekerja keras.

Mengamati tiap sudut kamar kos Yoongi adalah pekerjaan Jimin saat ini. Sampai-sampai matanya jatuh pada gambar yang menarik perhatiannya. Anak itu bergerak pelan supaya tidak ketahuan Yoongi yang duduk membelakanginya. Jimin bertingkah seolah-olah mengubah posisi tidur menjadi tengkurap. Kepalanya menjulur sedikit untuk melihat gambar yang langsung seketika membuat matanya membola. 

"Demi apa kau memiliki permainan ular tangga ini?'' pekik Jimin.

Yoongi menoleh dan langsung menyadari apa yang dipegang tangan Jimin saat ini. Sebuah lembar kertas yang merupakan permainan ular tangga. Namun, bukan seperti ular tangga pada umumnya, melainkan ular tangga yang ditujukan untuk pasangan menikah.

''Kembalikan.''

Jimin membiarkan Yoongi merebutnya. Ia melipat tangan di depan dan tersenyum jail. ''Aku tidak menyangka kau membeli permainan ular tangga itu.''

"Ini milik Namjoon,'' balas Yoongi.

Sayangnya, Jimin tidak semudah itu percaya. ''Dilihat dari dadu yang masih dalam kemasan, sepertinya kau belum memainkannya.''

''Aku ingin istirahat dan tidak ingin diganggu. Pulanglah.'' Yoongi menyimpan permainan itu ke dalam laci, kemudian sibuk membereskan kertas yang berserakan di meja ataupun lantai.

Jimin cemberut usai mendengarnya. Ia sedang enggan keluar dan masih ingin di sini. ''Baiklah, lupakan yang tadi, tetapi aku tetap di sini.''

''Park Jimin ....''

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang