Chorus

77. Pink || End

Bukan, bukan ini yang diharapkan Jimin. Niatnya mengenalkan Yoongi sebagai kekasihnya kenapa malah menjadi senjata makan tuan? Ayah dan ibunya tadi mengatakan bahwa Yoongi adalah sosok pria yang akan dijodohkan dengannya.Terkejut? Tidak perlu dipertanyakan. Jimin tidak ingin dijodohkan atau menikah dalam waktu dekat. Oleh karena itu, ia pura-pura memiliki kekasih dengan meminta bantuan Yoongi. Akan tetapi, kenapa orang tuanya justru saling kenal dengan ibu Yoongi?

Dari obrolan yang Jimin tangkap tadi, Tuan Park dan mendiang ayah Yoongi adalah sahabat perjuangan. Tuan Park bukanlah anak yang terlahir dari sendok perak. Ia harus bekerja keras untuk bisa membiayai kuliahnya.

Singkat cerita, Tuan Park hampir mati kelaparan karena tak memiliki cukup uang untuk sekadar makan malam. Ia pun bertemu dengan pemuda yang merupakan Ayah Yoongi. Tak tega dengan kondisi Tuan Park, Ayah Yoongi pun menolongnya dengan memberi semangkuk nasi dan sup rumput laut. Kebetulan hanya itulah yang tersisa dari makanan yang ia jual.

Dua pemuda dengan status berbeda, yakni mahasiswa dan pedagang kaki lima lulusan SMA. Sejak pertemuan itulah hubungan persahabatan Tuan Park dan Ayah Yoongi terjalin. Mereka bertekad untuk menjadi orang sukses supaya kelak anak-anaknya bisa hidup berkecukupan.

Persahabatan Tuan Park dan Ayah Yoongi rupanya berujung untuk saling menjodohkan apabila mereka memiliki anak. Sayangnya, sebelum menyaksikan anaknya menikah dengan anak Tuan Park, Ayah Yoongi lebih dahulu pergi karena penyakit jantung. Berpegang janji kepada orang yang telah membantunya di masa-masa sulit, Tuan Park bertekad ingin mewujudkan mimpi mendiang sahabatnya.

Saat ini, Jimin dan Yoongi duduk di kursi taman dengan menghadap jendela besar yang menunjukkan suasana hangat dalam rumah. Tampak orang tua Jimin dan ibu Yoongi yang sedang bercengkrama dengan sajian minuman teh unggulan Korea Selatan.

"Bagaimana ini, Hyung?" ujar Jimin. Gestur gelisah begitu terlihat untuk Jimin, sedangkan Yoongi tampak kalem dengan pandangan ke arah pemuda yang lebih muda darinya. Seolah-olah apa yang didengar beberapa menit lalu bukanlah masalah serius. Jadi, menurut Yoongi menikah dengan Jimin bukanlah masalah besar.

"Kita bisa mengatakan bahwa kita menolak perjodohan ini," kata Yoongi.

"Apa? Itu tidak mungkin. Ayah bukanlah tipe orang dengan mudah menyetujui sesuatu."

"Tetapi ini hidupmu. Apa mereka sampai mengaturnya dan mengesampingkan kebahagiaanmu?"

Ucapan Yoongi ibarat raja yang terkepung pasukan lawan dalam permainan catur. Tidak bisa berkutik untuk membantah karena apa yang dikatakan adalah kebenaran. Namun, beberapa saat kemudian, Jimin tertawa terbahak-bahak bahkan sampai jatuh ke tanah berumput. Tingkahnya mengundang tanya Yoongi karena baginya tidak ada hal lucu di sini.

Setelah berhasil menenangkan diri, Jimin bangkit dan segera menggenggam tangan Yoongi untuk dibawa menghadap orang tua. Jimin mempunyai rencana cadangan dan ia rasa pria lebih tua darinya ini bisa dimanfaatkan. Ia berjalan lebih dahulu sehingga Yoongi tak melihat seringai tipis di wajah manis itu.

Tuan dan Nyonya Park terlihat bahagia melihat tautan tangan antara Jimin dan Yoongi. Tidak jauh berbeda dengan Nyonya Min. Para orang tua mengabulkan permintaan Jimin yang ingin mencari udara segar di luar. Tentunya dengan embel-embel Yoongi ikut menemaninya. Karena belum ada pembicaraan dengan Jimin sebelumnya, kakak satu adik itu hanya bisa berakting mengikuti skenario pemuda Park.

*

*

*

Bangunan tinggi yang remang, udara dingin, dan sekepul asap yang keluar dari bibir Jimin adalah pemandangan serta hal yang dirasakan Yoongi saat ini. Pemuda itu membawanya ke sebuah bangunan yang ia sendiri tidak tahu di mana lokasinya. Namun, di luar itu semua, sesuatu yang menarik atensi Yoongi adalah Jimin yang merokok dengan santainya. Seperti sudah terbiasa bagaimana tangan itu menggenggam sebatang rokok dan bibir yang mengisapnya, lalu mengembuskan asap bak perokok pro.