Min Yoongi menatap keseluruhan ruangan apartemen yang rasa baru pertama kali ia kunjungi. Dibimbing laki-laki bersurai pink, Yoongi keliling. Mulai dari ruang tamu, dapur, kamar, hingga kamar mandi. Ruangan terakhir yang ia periksa adalah kamar tidur.
Ada dua meja berseberangan di kamar yang cukup luas ini. Meja satu bernuansa gelap sedang satunya ceria. Sungguh sangat berlawanan. Matanya kemudian menatap laki-laki yang ada di belakangnya.
"Ji—min?" panggil Yoongi sedikit ragu-ragu. Sebelum memanggil, ia sempat berpikir nama laki-laki di belakangnya ini Jimin, Jinmin, atau Minji. Maka Yoongi memilih opsi pertama.
"Ya, Hyung," sahut laki-laki bernama Jimin.
"Apa memang ada dua meja di kamar ini?"
Jimin mengikuti arah pandangan Yoongi. Ah, meja itu. Jimin kembali mengingat awal mula kenapa ada dua meja di kamar ini. Itu karena dulu, Jimin dan Yoongi memiliki pekerjaan yang hampir sama, yakni mencari inspirasi.
Yoongi si produser musik sedangkan Jimin adalah seorang penulis. Jika sedang suasana serius alias bekerja, mereka akan ke meja masing-masing. Yoongi tak banyak tingkah untuk menghias mejanya sehingga menimbulkan kesan gelap. Tapi berbeda degan Jimin yang memang dasarnya suka hal-hal berbau ceria. Ia banyak menempelkan sticky notes warna-warni di dinding.
"Sejak lama memang seperti ini, Hyung. Kau akan duduk di sana, dan aku di sini. Kamar ini bak makam jika kita sudah terjun ke dunia masing-masing. Kau mencari inspirasi untuk lagumu dan aku untuk ceritaku," jelas Jimin panjang lebar.
Jimin berharap, penjelasannya mampu menimbulkan ingatan Yoongi. Meski hanya sedikit pun tidak apa-apa. Ini sudah bulan ke-2 sejak kekasihnya dinyatakan lupa ingatan sejak kecelakaan besar itu. Dokter yang menangani mengatakan bahwa orang-orang terdekat Yoongi harus perlahan-lahan membimbingnya untuk mengingat kenangan di masa lalu.
"Serius dulu kita ini sepasang kekasih?" Lagi-lagi pertanyaan itu keluar dari mulut Yoongi.
Seminggu setelah sadar dari komanya selama hampir setengah bulan, Yoongi terkejut ketika ada laki-laki yang mengaku sebagai kekasihnya. Adalah Park Jimin yang dua tahun lebih muda darinya.
Yoongi hanya terkejut saja jika dirinya sebelum kehilangan ingatan menjalin hubungan dengan sesama. Namun yang mengejutkan, kedua orang tuanya mengatakan hal sama seperti Jimin dan mereka tampak tak masalah anaknya menjalin hubungan bersama laki-laki.
"Jimin itu kekasihmu, Min Yoongi. Kau pernah membawanya ke Daegu untuk mengenalkan pada kami." Itu kata Ibu Yoongi beberapa waktu yang lalu.
"Itu adalah pertanyaanmu yang ketujuh kali, Hyung. Dan jawabanku akan tetap sama."
"A ..." Yoongi hanya bisa ber-A ria sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Matanya kembali mengelilingi kamar tidur ini.
"Apa kita tidur satu ranjang? Kau bilang kita tinggal bersama di sini."
Jimin mengangguk lemah. Ada banyak kenangan di sini. Jimin akan bersabar menunggu Yoongi sampai ingat dengan semua kenangan mereka. Iya, dia ingin semuanya meski itu membutuhkan waktu yang lama.
Meski Yoongi tak protes tentang status mereka sebagai kekasih, bukan berarti Jimin memperlakukannya sama seperti saat situasi normal seperti dulu. Ia memberi Yoongi ruang agar laki-laki itu nyaman. Jimin akan bergerak perlahan. Laki-laki asal Busan ini bertekad, akan membuat Yoongi jatuh cinta lagi padanya.
Tiga tahun lalu sebelum mereka berpacaran, Yoongi yang jatuh cinta lebih dulu pada Jimin. Ia berusaha keras mendekati laki-laki bermarga Park itu. Siapa sangka jika Jimin akan luluh pada dirinya yang dikenal orang-orang akan sikap dinginnya, mulut pedas, dan ekspresi wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
Hayran KurguChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...