16. Plain

956 94 0
                                    

Napas Jimin terengah-engah. Ia harus bisa membagi kesadarannya antara air hujan yang mengguyur tubuh, serta lumatan lembut dari bibir milik seseorang. Pandangannya sedikit kabur. Benar-benar basah karena ulah tetangganya.

Min Yoongi, itulah nama tetangganya. Laki-laki dua tahun lebih muda dari Jimin, yang juga berstatus sebagai sahabat sejak masa kecil. Sungguh Jimin tidak mengerti. Kenapa Yoongi memperlakukannya begini.

Lagi, bibir mereka kembali berjumpa. Jangan tanya siapa yang memulainya. Semuanya dari Yoongi, Jimin hanya pelaku yang melarikan diri dari makan malam bersama antara keluarga Park dan keluarga Min. Lantas, kenapa Jimin lari hingga Yoongi mengejarnya di bawah guyuran hujan?

Tidak itu saja, untuk apa pula seorang Min Yoongi sang sahabat yang dikenal pasif mendadak menciumnya. Mana ciumannya terbilang tergesa-gesa, meski hanya di bagian awal saja. Namun, untuk yang kedua ini begitu lembut sampai-sampai Jimin terlena.

Menyesap baik atas maupun bawah, menggigit, memetakan gigi Jimin, hingga bentrok lidah satu sama lain. Laki-laki Park ini bisa gila dengan sikap sahabatnya. Akan tetapi Jimin lebih gila dengan dirinya sendiri yang terlihat begitu pasrah dan menikmatinya.

Sahabat tak mungkin begini. Setelah menciumku, Yoongi meremas bokongku dengan tangan kirinya. Apaan-apaan dengan tangan kanannya yang mengusap pinggang, lalu menjalar ke perutku? Jimin mengalami perang batin.

"Hentikan, Yoongi," lirihnya. "Kaulupa kita ini sesama pria dan bersahabat. Sahabat tidak akan melakukan ini.

Kendati hujan, Jimin masih bisa melihat tatapan Yoongi yang penuh gairah. Yoongi terlihat, entahlah Jimin harus menyebutnya apa. Bukan bermaksud sombong, tapi tatapan Yoongi untuknya seperti begitu memuj.

"Semuanya bohong. Makan malam ini direncanakan untuk melihat reaksimu atas perjodohanku. Menarik."

"Perjodohannya juga bohong?"

"Tentu saja akan menjadi kenyataan bila kautetap di kursimu dan mendengarkan lebih lama."

"Kalian semua membohongiku? Teganya."

Yoongi kembali menciumnya. Kali ini terasa sangat lembut, hingga Jimin tak sungkan mengalungkan tangannya di leher Yoongi.

"Tetap saja, kita ini sahabat. Mana ada sahabat yang mencium sahabatnya sendiri dengan penuh gairah?"

"Ada. Akulah orangnya, Jimin."

"Tapi kenapa?"

"Karena ..." Yoongi membawa dahi Jimin mendekat, bersamaan dengan itu ia berucap sesuatu yang membuat sahabatnya terkejut.



















"Aku mencintaimu."

End.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang