Jika ditanya apakah Jimin membenci orang tuanya, maka jawabannya tidak. Sekalipun orang tuanya terkesan seperti menjualnya pada pria yang 14 tahun lebih tua darinya, Jimin tidak membenci mereka. Jimin tidak akan pernah membenci orang tuanya. Apalagi jika mengingat sesuatu yang menimpanya saat ia masih duduk di bangku SMP dahulu. Jimin tidak akan melupakan masa-masa itu.
Malam sebelum Yoongi datang, ayah dan ibunya mengatakan bahwa akan ada yang bertamu dan ia diminta untuk pulang cepat. Biasanya, Jimin akan pulang larut untuk bergumul dengan banyak buku di perpustakaan sekolah. Jimin tidak akan curiga andai malam itu tidak mendengar percakapan orang tuanya.
Usai masuk ke kamarnya yang terkesan sempit, Jimin merenung. Apakah ia harus menolaknya? Apakah ia bisa menerima Yoongi demi keluarganya? Ibunya sendiri bahkan secara tidak langsung menyetujui. Sang ibu hanya ingin bersama ayahnya lebih lama lagi, begitu pula dengannya. Jimin ingin melihat orang tuanya bahagia. Apakah Min Yoongi jawabannya?
Jimin merenung hingga pagi tiba. Ia telah menemukan jawabannya. Ketika bertemu dengan pria yang ingin menikahinya nanti, Jimin ingin membuat sebuah negosiasi. Tidak bisakah pria kaya raya itu hanya meminjamkan uang pada keluarganya tanpa harus ada status pernikahan? Ya, Jimin akan mencoba bernegosiasi.
Namun, saat hendak bergabung sarapan bersama, Jimin melihat orang tuanya tengah berpelukan. Seketika renungannya semalam buyar begitu saja. Apa yang sudah ia susun bulat-bulat, seolah-olah bernilai salah. Pemandangan orang tuanya yang berpelukan memaksa Jimin untuk tidak egois. Sebagai anak satu-satunya, apa yang bisa Jimin berikan pada orang tuanya selain menuruti permintaan mereka? Lagi pula, ia belum tahu seperti apa Tuan Min itu.
***
Malam pertama bagi pasangan yang sudah resmi menikah seharusnya dihabiskan dengan bersama. Tidak harus yang berbau seks, cerita malam atau tidur sambil berpelukan bisa dilakukan.
Akan tetapi, tidak dengan Jimin dan Yoongi. Mereka tidur di kamar berbeda atas permintaan Yoongi. Pria itu tidak mengatakan alasannya. Usai kesepakatan menentukan panggilan, Yoongi memintanya untuk segera tidur. Padahal tidak apa-apa jika mereka tetap lanjut mengobrol hingga larut. Lagi pula, pernikahan mereka dilakukan saat masa-masa libur sekolah.
Mengenai pernikahan mereka, Yoongi sengaja menyembunyikan dari banyak orang. Hanya keluarga inti saja yang tahu. Kata pria itu, ini semua demi kenyamanan Jimin yang masih sekolah. Jika ini demi kenyamanannya, kenapa harus dengan menikah? Kenapa tidak menunggu usianya legal? Pikir Jimin saat itu.
"Aku tidak bisa tidur," gumam Jimin.
Satu bantal lain di samping diambil Jimin kemudian dijadikan satu dengan bantal tidurnya. Posisinya kini duduk. Jimin mengamati kamar ini yang sejak tadi terus-menerus membuatnya kagum.
"Bukankah ini terlalu luas untuk satu orang?"
Selain belum terbiasa dengan tempat tidurnya yang super luas, Jimin memikirkan esok hari. Apa yang harus ia lakukan sebagai seseorang yang statusnya sudah menikah? Membuatkan Yoongi sarapan? Menu apa yang disukai Yoongi? Orang dewasa biasanya mengawali pagi mereka dengan minum kopi. Apakah Yoongi juga begitu? Kopi apa yang ia suka?
Tanpa memakai alas sandal yang bukan kebiasaannya memakai dalam rumah, Jimin keluar kamar, lalu mengetuk pintu di depannya. Tidak lama kemudian Yoongi keluar dengan wajah khas orang bangun tidur. Perasaan bersalah menyerang Jimin karena mengganggu tidur Yoongi.
"Ada apa?" tanyanya.
Nyali Jimin mendadak menciut karena suara Yoongi terdengar seperti orang yang tidak suka tidurnya diganggu. Padahal sebenarnya, pria dewasa itu hanya terkejut karena Jimin mengetuk pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...