81. Heartbeat || 2

531 89 45
                                    

"Jimin ... Jimin ... Jimin ...." Taehyung sibuk memanggil sahabatnya karena ada berita bahagia yang ingin disampaikan. Namun, ia tak kunjung menemukan di mana Jimin berada.

"Jimin kau di mana?" Ia hampir frustrasi. Wajah Taehyung menekuk, tetapi tidak lama karena sosok yang dipanggil-panggil akhirnya menyahut.

"Aku di sini, Taehyung," ucap Jimin yang hadir dari pintu belakang bersama seorang wanita di sebelahnya.

Padahal Taehyung belum memulai ceritanya, tetapi Jimin sudah siap menyambut dengan senyum manis. Ruang kosong di sebelah Jimin pun penuh usai Taehyung mendudukinya.

"Kenapa kau memanggilku dengan berteriak?" tanya Jimin.

"Jimin ... a—aku ... aku akhirnya bertemu dengan dia."

"Dia? Dia siapa?"

"Oh ayolah. Dia, Jimin."

"Di—a?"

Jimin langsung memeluk sahabatnya. Setelah sekian lama menantikan, Taehyung akhirnya bertemu dengan pasangannya. Itu berarti, tidak lama kemudian upacara pernikahan akan segera digelar. Tidak disangka, Jimin meneteskan air mata karena terharu serta perasaan lain yang tak ingin diungkapkan pada Taehyung.

"Siapa namanya?" tanya Jimin usai sesi memeluk selesai.

"Hoseok. Jung Hoseok."

"Namanya bahkan terdengar tampan."

"Dia ... memang tampan." Hanya dari suara saja, Jimin tahu kalau Taehyung tengah malu.

"Upacara pernikahanmu akan segera digelar dan setelah itu, kau akan pergi bersama Hoseok. Kemudian aku ...."

Jimin tidak melanjutkan ucapannya. Ia berharap Taehyung tidak menyadari perubahan suara maupun mimiknya.

"Tidak. Aku akan meminta Hoseok untuk tetap di desa ini."

"Tidak bisa, Taehyung. Kau harus ikut dengan mereka, Kaum Luar. Kaum Dalam akan meninggalkan kelompoknya begitu ada yang datang melamar. Selain itu, kehidupanmu akan jauh lebih layak daripada di sini. Bukankah kau ingin melihat dunia luar?"

"Aku tidak ingin kehilangan sahabatku."

"Dan selamanya kita akan menjadi sahabat."

Jimin mendadak merasakan pelukan sahabatnya. Mungkin ini akan menjadi pelukan terakhir sebelum Taehyung pergi bersama suaminya.

"Aku percaya, akan ada ramalan baik untukmu, Jimin. Akan ada yang datang untuk menjemputmu, menyayangimu, dan memberimu kehidupan bahagia," ucap Taehyung dengan tulus.

"Yah ... asalkan dia mau menerima laki-laki buta sepertiku."

"Pasti ada!" seru Taehyung yang tidak terima ketika Jimin merendahkan diri sendiri. "Kau cantik dan baik. Kau juga sangat tulus. Aku percaya dengan segenap nyawaku, akan ada yang menjemputmu."

Jimin tidak bisa berkomentar apa-apa. Ia hanya kembali memeluk Taehyung karena tidak ingin membuat sahabatnya kecewa dengan pikirannya yang menyebut ucapan barusan hanyalah kebohongan. Bukan berarti Jimin membenci Taehyung. Hanya saja, Jimin merasa tidak memiliki harapan lain karena yang ia punya hanyalah kegelapan.


*


Jangan salah sangka jika di kehidupan modern seperti sekarang, masih ada kelompok pedalaman yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang. Mereka adalah Kaum Luar dan Kaum Dalam.

Kaum Luar dan Kaum Dalam memiliki persamaan, yakni sama-sama tinggal di tengah hutan. Namun, yang membedakan adalah sikap kedua kaum tersebut dalam hal akulturasi. Kaum Luar masih bisa menerima masukan dari pemerintah, tetapi tidak dengan Kaum Dalam. Bisa dikatakan bahwa Kaum Dalam kontra dengan pemerintah.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang