52. Trap

841 78 29
                                    

Apa yang akan terjadi seandainya dua anak manusia dikurung dalam satu kamar dengan status perasaan saling menyukai? Saling bercinta, asyik mengobrol, atau justru canggung luar biasa?

Untuk seorang Park Jimin, ia merasa sangat canggung atau lebih tepatnya salah tingkah. Jimin tidak pernah berada di situasi seperti ini, tepatnya hanya berdua dengan Min Yoongi, si kakak kelas yang ia taksir sejak tujuh bulan lalu.

Bagai orang yang tengah dihakimi, Jimin duduk menepi di ujung ranjang dengan kepala menunduk dan tangan yang sibuk memilin kaus putihnya. Ia tidak tahu harus bersikap apa dan bagaimana. Tumbuh dengan didikan keluarga yang meragukan kemampuannya, membuat Jimin menjadi anak pendiam dan kurang percaya diri.

Sementara makhluk satunya, Yoongi dengan embel-embel nama si kulit pucat dari temannya, tengah berdiri di depan jendela besar menatap pemandangan Kota Seoul dari lantai 17. Sama seperti Jimin, Yoongi juga diam. Mereka sama-sama diam usai berteriak meminta kawannya untuk membuka pintu.

Singkat cerita, Jimin dan Yoongi dijebak oleh gengnya sendiri. Mereka adalah dua pasang kekasih, yakni Kim Namjoon-Kim Seokjin dan Jung Hoseok-Jeon Jungkook serta si jomlo Kim Taehyung yang merupakan orang paling dekat dengan Jimin. Lima orang itu beralibi ingin menghabiskan waktu bersama dengan menginap di hotel. Entah karena tidak peka atau apa, tahu-tahu satu per satu keluar dan hanya menyisakan dua orang: Jimin dan Yoongi.

Lima orang itu hanya merasa gemas saja dengan Jimin dan Yoongi. Mereka enggan untuk berbicara atau sekadar mengakui perasaan masing-masing. Namun, pihak Yoongi-lah yang banyak disalahkan. Yoongi diledek terlalu lamban untuk mendapatkan hati Jimin. Mereka tahu jika Jimin adalah anak yang pendiam. Hal itu membuat Jimin kesulitan untuk mengutarakan perasaannya lebih dahulu. Anak laki-laki itu mungkin akan diam saja dengan perasaannya. Sementara itu, Yoongi merupakan sosok yang selalu tepat sasaran untuk berbicara. Yoongi tidak akan berpikir jauh apakah ucapannya bakal menyakitkan atau tidak.

Akan tetapi, sikapnya itu sama sekali tidak bekerja ketika dihadapkan dengan Jimin. Ia akan diam bahkan terkesan dingin. Sikapnya yang seperti itu, sempat disalahartikan oleh Jimin bahwa Yoongi membencinya. Buruknya, Jimin mengira bahwa Yoongi enggan menerimanya masuk sebagai anggota tambahan geng mereka.

Geng mereka bernama Anti Meriam. Tidak begitu jelas bagaimana geng itu terbentuk. Mereka selalu menganggapnya sebagai takdir dari semesta untuk menjadi satu. Sampai suatu hari, Taehyung datang dengan membawa seseorang, yang tak lain adalah Jimin. Ia memperkenalkan Jimin sebagai sahabat kecilnya dari Busan yang kini pindah ke Seoul dan satu sekolah dengan mereka. Jimin bergabung dengan geng itu sejak delapan bulan lalu.

"Sial," umpat Yoongi pelan, tetapi tetap bisa didengar Jimin.

Jimin kian menunduk karena menganggap Yoongi kesal dikurung dalam satu kamar dengannya. "Ma-maaf ...."

Suara maaf yang terdengar seperti cicitan anak kucing itu mengundang atensi Yoongi. Helaan napas yang keluar kian membuat Jimin menunduk, takut.

"Itu bukan untukmu." Yoongi ikut duduk di sebelahnya. Cukup dekat hingga Jimin tidak bisa bergeser lagi atau ia akan jatuh.

"Apa kau kesal, Yoongi?"

"Ya, aku kesal," jawabnya cepat, "aku kesal dengan mereka."

"Bukan karena bersamaku?"

Yoongi tidak langsung menjawabnya. Ia pilih berbaring dengan kaki menggantung hampir menyentuh lantai.

"Tidak."

Jimin tersenyum tipis. Ia senang mendengar jawaban Yoongi.

"Jimin."

"Hem?"

"Seandainya aku mengatakan bahwa aku menyukaimu bagaimana?"

Si ketua basket berkulit pucat ini memutuskan untuk mengakhiri semua. Mengakhiri perasaan yang menganggunya tiap malam karena menerka-nerka. Yoongi suka Jimin dan ia ingin laki-laki itu tahu.

"Seandainya aku menjawab, 'aku juga menyukaimu'?"

"Jadi kau memang menyukaiku?"

Wajah Jimin memerah karena malu. Ia termasuk anak yang tidak pandai berbohong, tetapi soal menyembunyikan perasaannya, laki-laki itu juaranya.

"Itu hanya seandainya, Yoongi. Seperti ucapanmu yang seandainya dirimu menyukaiku."

"Namjoon ...."

Jimin memandangnya karena tiba-tiba Yoongi menyebut nama Namjoon. Apa yang ingin temannya ini katakan?

"Apa sesulit itu mengatakan bahwa kau menyukainya? Itulah yang Namjoon katakan padaku."

Diam adalah respons Jimin yang kebingungan harus menanggapi bagaimana. Jika yang dikatakan Yoongi di awal bukanlah lelucon, maka seharusnya yang terjadi adalah ....

Jimin memutar tubuh ke belakang agar bisa melihat wajah Yoongi. Mata monolidnya menatap netra runcing bak kucing itu. Jimin menggigit labium bawahnya sebagai upaya agar ia tidak salah bicara. Ia tidak tahu saja jika tindakannya itu memancing hasrat Yoongi yang ingin menggigitnya pula.

"Aku suka Min Yoongi," katanya, "aku menyukai pemuda berkulit pucat yang terkurung bersamaku saat ini."

"Kemarilah." Yoongi membuka lengan kirinya.

"Ma-mau apa?" tanya Jimin dengan nada gugup.

"Hanya ingin berpelukan dengan kekasihku."

"Astaga aku sangat malu ...."

Jimin memunggungi Yoongi dengan dua tangan menangkup wajahnya. Ia benar-benar malu. Jimin tidak kuasa dengan debaran jantungnya yang bertalu-talu.

"Tidak mau?"

"Mau!"

Jimin segera merobohkan diri dengan tangan Yoongi yang menangkapnya. Akhirnya, mereka berpelukan untuk pertama kalinya usai status resmi sebagai sepasang kekasih.

"Jadi ... kita berpacaran?" tanya Jimin untuk memastikan.

"Tentu saja. Mulai sekarang, Park Jimin adalah kekasih Min Yoongi."

Seperti mawar yang merekah sempurna, begitulah perasaan Jimin saat ini. Ia bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan meski Taehyung sudah berkali-kali mengatakan bahwa sikap Yoongi berbeda untuknya. Jimin hanya ingin menunggu. Ia mencari waktu yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya pada Yoongi. Sayangnya, Taehyung dan yang lain lebih dahulu merencanakan.

Kejadian selanjutnya, atas inisiatif Yoongi dan izin dari Jimin, mereka berdua larut dalam adu ciuman lembut. Yoongi mengurung Jimin di bawahnya, sedangkan sepasang tangan melingkar apik di leher pemuda pucat itu.

Jimin dan Yoongi sibuk berciuman tanpa tahu bahwa ada orang yang menyaksikan di depan layar laptop. Namjoon, Seokjin, Jungkook, Hoseok, dan Taehyung membisu menyaksikan adegan ciuman Yoongi dan Jimin yang berubah panas.

"Aku tidak percaya jika Jimin itu pendiam," celetuk Taehyung.

"Seorang pendiam akan menjadi agresif jika berada di tangan yang tepat, Taehyung," sahut Namjoon.

"Sudah-sudah. Terpenting happy ending," sambung Seokjin, "kembali ke kamar kalian masing-masing."

Mereka akhirnya bubar. Taehyung mencibir dalam hati. Bilang saja jika kalian ingin bermesraan.

Apa yang dibatinkan Taehyung memang benar. Pasangan Hoseok dan Jungkook pun diam-diam kembali ke kamar mereka. Kini, tinggal Taehyung seorang diri di lorong hotel sambil menunggu balasan pesan dari seseorang.

"Kenapa Seo Joon Hyung belum membalas pesanku, sih!"



End



Halo ....

Alur bagian ini dibuat mendadak karena aku lagi gabut. Diketik langsung dari Wattpad dengan penyuntingan seadanya. Maaf ya kalau banyak menemukan typo.

Alasanku gabut karena PC di kantor lagi rusak dan teknisi gak bisa datang. Alhasil gak ngapa-ngapain sementara rekanku pada kerja.
Oiya, aku senang belakangan ini dapat pemberitahuan kalau Chorus dimasukkan ke reading list. Terima kasih ya ....

Terima kasih juga sudah berkunjung ^^

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang