96. Jimin

820 94 16
                                    

Terkejut, terharu, dan bahagia menjadi campur aduk ketika Jimin sampai ke atap sekolah. Kakinya melangkah pelan-pelan menuju seseorang yang kedua tangannya sibuk dengan tugas masing-masing. Tangan kanan memegang kue kecil dan tangan kiri berusaha menghalang angin supaya tidak mematikan api di lilin.

"Anginnya lumayan kencang," interupsi Yoongi.

Seketika Jimin mempercepat langkahnya menghampiri Yoongi si ketua kelas. Mata mereka saling bertatap beberapa detik sampai Yoongi memberi perintah melalui netranya agar Jimin segera meniup lilin.

Namun, sebelumnya anak itu mengatupkan kedua tangan untuk berdoa. Jimin tersenyum dalam doanya dan Yoongi tidak sadar mengikuti. Ketika mata terbuka, pemuda Oark itu segera meniup lilin ulang tahun ke-18.

"Selamat ulang tahun, Jimin."

"Terima kasih, Yoongi."

Demi senja yang segera menyambut mereka, Yoongi bersumpah bahwa senyum Jimin petang ini tampak sangat manis dan ... cantik dari hari-hari biasanya. Ia menyesal karena hampir lupa ulang tahun salah satu teman sekelasnya.

Dari Januari sampai September, Yoongi dan beberapa kawannya sepakat untuk memberikan kejutan kecil-kecilan kepada teman mereka yang ulang tahun demi terciptanya keakraban. Yoongi dan lainnya tidak bermaksud mendiskriminasi Jimin, tetapi demi ulangan tiga mata pelajaran dalam satu hari, otak mereka hanya fokus belajar dan belajar. Tidak ada persiapan iuran kue ulang tahun ataupun kejutan tiup lilin.

Sampai tersisa Yoongi dan Jimin di kelas–yang lain lekas pulang karena kelelahan, barulah laki-laki bermarga Min itu ingat. Ia menoleh ke bangku belakang, melihat Jimin masih mengemas barang-barangnya dengan lesu.

Jimin mendongak ketika melihat Yoongi menghampiri bangkunya. Wajah ketua kelas yang terkenal paling dingin di angkatan mereka sedikit membuat nyali Jimin menciut. Ia mengira tinggal seorang diri, tetapi ternyata masih ada Min Yoongi.

"Ada apa, Yoongi?" tanya Jimin saat itu.

"Aku butuh bantuanmu. Barangku ... barangku ada yang hilang saat di atap sekolah."

Jimin ingin menolak, tetapi ekspresi Yoongi yang tampak dominan mengurungkan niatnya. Alhasil, Jimin mengangguk mengiyakan.

Dengan mengandalkan jasa antar, Yoongi memesan kue ulang tahun. Ia tidak menyangka jika kue yang dipilih karakternya mirip Jimin, yakni berbibir tebal yang menggemaskan.

Jadi, begitulah cerita bagaimana Jimin mendapat kejutan ulang tahunnya di petang hanya bersama Yoongi seorang. Meski canggung, Jimin sebenarnya sangat suka.

"Aku lupa berkoordinasi dengan yang lain karena ... kau tahu hari ini ada tiga ulangan, jadi ...."

Pikiran yang tidak-tidak sempat bersarang di kepala Jimin. Namun, mendengar penjelasan dari Yoongi, Jimin jadi merasa bersalah karena sempat mengira mereka tidak peduli dengannya.

"Tidak apa-apa, Yoongi. Aku ... seharusnya tidak terlalu mengistimewakan hari ulang tahun karena sama saja dengan usia kita berkurang he-he-he-he ...."

"Jangan bicara begitu. Dirayakan ataupun tidak, tanggal kelahiran tetaplah istimewa."

Jimin mengangguk saja karena tidak tahu harus merespons apa. Ia juga bingung harus melihat ke mana karena bertatapan dengan Yoongi membuatnya gugup.

"Kau tidak ingin memotong kuenya?"

"Ah ... iya potong kue."

"Pisaunya ada di dalam bungkusnya." Yoongi menunjuk paper bag yang tergeletak di bawah. Jimin pun segera mengambilnya.

Jimin siap memotong kue, tetapi seperti ingin mengurungkan aksinya. Hal itu menimbulkan tanda tanya di raut wajah Yoongi.

"Kenapa?"

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang