—Bacanya santai saja ya, karena beralur maju mundur dan 6k kata lebih. Selamat membaca—
*
*
—Warning—
—Please, Be Wise!—
*
*
*
Sepasang mata monolid itu memutar malas sebagai respons omongan dari lawan bicaranya yang dirasa seperti nasi kemarin—basi. Jimin dengan marga Park kebanggaannya melipat tangan di depan dengan kaki kanan menekuk sedikit. Ia bosan dan ingin segera enyah dari hadapan Min Yoongi, murid dengan nama yang sudah dimasukkan dalam daftar blacklist pertemanan.
"Bagaimana, Jimin?" tanya Yoongi sekali lagi.
"Tadi kau bilang apa?"
Yoongi sudah mengulangnya dua kali. Tidak masalah mengulanginya lagi demi sosok yang ia dambakan sejak lama. Yoongi ingin menjadikan Jimin kekasihnya. Seorang murid dengan poin hampir sempurna dalam bidang catatan merah sekolah, jatuh hati dengan murid teladan yang dielu-elukan guru.
"Dalam dua bulan ini, aku tidak mendapat poin catatan merah. Aku tidak membolos, tidak terlambat, dan mengganggu siswa lainnya. Aku tidak tidur di kelas atau makan saat guru menerangkan. Aku juga rajin mengerjakan PR dari guru. Intinya, aku sudah menjalani hari-hariku sebagai murid teladan sepertimu."
Selama menjelaskan, Jimin telah mengubah posisi tangan. Satu tangan memangku, sedangkan tangan lain bermain dengan jari-jarinya sendiri. Tampak acuh tak acuh karena memang Jimin tidak minat. Buang-buang waktu menurut Jimin. Menyeretnya ke atap sekolah ini pun sedari awal sudah membuang waktu. Ia bisa memanfaat waktunya untuk membaca buku di perpustakaan atau kegiatan berfaedah.
"Lalu?" katanya malas.
"Aku sudah masuk daftar tipe laki-laki yang ingin kau kencani, kan?"
Jimin rasanya ingin tertawa sekeras-kerasnya. Menurutnya, ucapan Yoongi barusan sangat lucu, melebihi komedian paling terkenal di Korea Selatan. Namun, bukan itu yang harus dilakukan. Jimin kembali melipat tangan di depan, lalu melangkah mendekati Yoongi.
"Yoongi-ya ..." panggilnya lirih. "Jika di dunia ini hanya tinggal kita berdua, aku lebih memilih diriku sendiri hingga ajal menjemputku. Sama sekali tidak ada kesempatan untukmu."
Kata-kata itu diucapkan persis di samping telinga Yoongi. Meski nadanya pelan, Jimin mengatakannya dengan tegas setiap kata per kata. Sangat menunjukkan bahwa Yoongi sama sekali bukan tipenya meski sudah berubah menjadi murid baik. Bukankah, itu memang kewajiban seorang pelajar? Bertingkah sesuai aturan, bukan malah membolos, tawuran, mengganggu murid lain , dan masih banyak lagi.
Yoongi dan gengnya memang sudah terkenal di sekolah sebagai kelompok murid jail, usil, dan berandal. Sebutan itu pun masih terdengar halus karena pernah ada satu guru yang saking tidak sukanya menyebut Yoongi dan gengnya sebagai calon sampah masyarakat. Penghakiman seorang guru tanpa memikirkan bahwa masa depan bisa berubah kapan saja.
"Kenapa tidak mencoba denganku? Daripada dengan dirimu sendiri, lebih baik dan enak bersamaku."
"Enak?" Jimin terpancing dengan kata tersebut.
"Iya, enak. Tidak enak memuaskan diri dengan tangan sendiri, Jimin. Jika dilakukan berdua, kenikmatannya berkali-kali lipat."
Pipi Jimin memerah. "Kau!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...