79. Sssttt ....

738 88 23
                                    

XX WARNING XX

Please be wise!

*

*

*

Karena aku copy paste langsung dari Google Docs ke Wattpad via hape, jadi maaf kalau ada kata asing yang tidak miring.

*

*

*

"Saya tidak paham yang dimaksud bagian ini, Sunbaenim." Jimin mengutarakan ketidaktahuannya mengenai buku yang tengah ia sunting. "Apa perlu saya menelepon Sooni Sunbae?"

"Biar saya lihat dahulu." Yoongi memainkan tetikus sambil menatap layar komputer Jimin. Badannya sedikit membungkuk karena ia berdiri.

Jimin yang posisinya masih duduk menggeser tubuhnya sedikit sebagai upaya memberikan Yoongi ruang luas. Supaya rekan kerjanya yang lebih senior dapat melihat komputernya dengan luas.

"Hem ... sepertinya bagian ini memang diperlukan. Ini hanya contoh, Jimin. Tetap dicantumkan. Mungkin."

"Mungkin?" ulang Jimin. "Apa langsung kontak Sooni Sunbae saja, Sunbaenim?"

"Hah ... pekerjaan ini memang baru untuk kita. Bukan bidang kita, tetapi diminta mengambil alih. Aku cek sebentar."

Sebenarnya Jimin tidak masalah jika Yoongi membantunya ketika ada hal-hal yang tidak ia mengerti. Penjelasan seniornya ini termasuk jelas dan tidak berbelit. Hanya saja ... Jimin tidak menyukai tingkahnya kalau sudah berdekatan seperti sekarang. Tangan kanan Yoongi sibuk menggenggam tetikus, sedangkan tangan kiri tengah meraba pahanya.

"Bukan masalah, Jimin. Wajar jika saat bekerja ada gangguan," ujar Yoongi dengan mata fokus ke layar komputer. Yoongi seolah tahu apa yang membuat Jimin gugup.

Bagaimana tidak gugup jika tindakan Yoongi dilakukan di ruang kerja yang ada rekan-rekannya. Mari melihat bagaimana tata ruang kerja Jimin dan Yoongi. Karena bertugas sebagai tim lead, Yoongi mendapat meja seorang diri yang menghadap ke arah pintu. Sementara di depannya ada meja anggota berjumlah enam orang yang duduknya saling berhadapan.

Saat ini hanya ada empat orang di ruangan itu. Sisanya tengah cuti atau sakit. Jimin duduk di bagian paling ujung, bukan dekat pintu, melainkan di depan meja Yoongi. Sementara dua rekan lainnya duduk di seberang Jimin. Maka dari itu Yoongi sedikit longgar bisa berbuat hal yang menimbulkan kekhawatiran Jimin. Sebab, dua kursi di samping pemuda itu tak berpenghuni.

Selain itu, dua rekan Jimin yang lainnya memang tipe acuh tak acuh kalau sudah masuk jam kerja. Mereka akan fokus dengan tugasnya sambil mendengar musik bervolume kencang. Mungkin ekor mata Jeon Namsan dan Jung Taehyun akan melirik melihat Yoongi datang ke meja Jimin, tetapi tetap saja mereka akan cuek selagi bukan urusannya. 

Tangan kiri Jimin sigap menutup mulutnya. Barusan ia sangat terkejut dengan perlakuan Yoongi. Seniornya tak lagi meraba, melainkan beralih mengusap bagian di antara kedua paha. Bahkan Yoongi berani memberikan cubitan kecil yang menyebabkan Jimin merapatkan pahanya.

"Park Jimin, apa kau sakit?" tanya Yoongi.

"Ti–tidak, Sunbaenim."

"Kalau begitu kau harus fokus."

Satu kursi ditarik karena Yoongi pegal berdiri sambil membungkuk. Ia meneliti kembali masalah yang ditanyakan Jimin. Meski sebenarnya Yoongi tengah asyik menggoda Jimin.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang