Posisi yang sangat membahayakan, baik menurut Yoongi maupun Jimin. Lingkar pinggang yang seringnya diamati dari jauh itu, kini berada digenggamannya. Leher yang sering diusap ketika olahraga basket di siang hari bolong itu, sekarang berada di rengkuhannya. Napas yang tidak pernah dibayangkan, saat ini saling adu. Dada-dada yang berdegup itu menempel tanpa sekat meskipun masih tetap ada penghalang kain tipis.
Yoongi dan Jimin tidak akan pernah menyangka jika aksi tawuran anak SMA sekolahnya dengan sekolah lain membuat mereka harus bersembunyi di lorong gang yang gelap. Mereka bukan beberapa anggota dari anak-anak nakal itu. Namun, berada di antara mereka tentu akan membahayakan diri. Maka dari itu, lari dan bersembunyi adalah pilihan yang tepat. Setidaknya mereka berdua aman, kendari dengan posisi yang begitu kikuk.
Tidak ada yang memulai siapa yang akan melepas lebih dahulu. Sebagian wajah Yoongi dan Jimin terasa hangat efek embusan napas mereka sendiri. Masing-masing mata tahu jika mereka saling tatap meski dengan cahaya yang malu-malu.
Yoongi mengagumi Jimin yang merupakan satu-satunya anak laki-laki di klub balet. Ia memilih memutar jalan yang lebih jauh menuju lapangan dengan lewat di depan ruangan klub balet. Ia sampai hafal kapan klub balet latihan. Ia hafal kapan harus lewat pukul berapa supaya bisa melihat aksi Jimin yang berputar hingga baju tersingkap, memperlihatkan pinggang cantiknya.
Jimin mengagumi Yoongi si kapten basket sekolah. Ia diam di antara jeritan kaum perempuan yang mengagumi Yoongi. Ia berdiri di tempat yang tak mungkin disadari oleh Yoongi. Jimin juga berteriak, tetapi dibatin ketika Yoongi berhasil memasukkan bola ke dalam ring atau sekadar menghapus keringat di leher.
Sekarang, waktu seolah memberikan kesempatan kepada mereka yang saling kagum. Waktu memberi mereka ruang sempit di antara sentuhan fisik yang ditahan satu sama lain. Waktu mempertemukan mereka di jalan hingga mereka tertegun satu sama lain. Sayangnya, waktu juga memberikan jeda yang tidak tepat ketika teriakan mengerikan dari rombongan anak tawuran mengarah ke mereka. Akhir-akhir ini, jalanan itu memang sering dijadikan lokasi tawuran.
"Jimin," lirih Yoongi.
Mata Jimin sedikit membola sebentar karena terkejut. Yoongi ternyata tahu namanya. Apakah ini sebuah keajaiban?
Mungkin seharusnya Jimin tidak menoleh atau bergerak sedikit pun. Sebab tolehannya menimbulkan gesekan hidung yang menyentuh dagu Yoongi. Ya, ia memang sedikit lebih pendek dari Yoongi. Sayangnya, efek itu memberikan rasa mabuk Yoongi yang makin menjadi. Tangan yang kaku tadi sedikit melunak karena makin erat memeluk pinggang Jimin. Akibatnya, tubuh Jimin yang menempel kian menempel.
Yoongi mulai menghirup udara sebanyak mungkin di antara helai-helai rambut Jimin yang panjangnya mencapai pertengahan leher. Rambut Jimin ternyata wangi stroberi. Yoongi tersenyum sedikit di balik kenikmatan aksinya saat ini. Kemudian, endusan itu perlahan turun menuju leher. Yoongi mengendusi bau Jimin dengan mata yang sudah tertutup beberapa menit lalu.
Bagaimana keadaan Jimin? Kedua tangan yang mengalung di leher Yoongi rupanya makin erat. Lehernya refleks mendongak seolah memberikan izin dan akses kepada Yoongi agar leluasa mencium lehernya. Tangan Jimin tanpa sadar menarik leher Yoongi akan makin dalam memberikan endusan yang berubah menjadi ciuman kupu-kupu.
Tidak lagi di leher, bibir Yoongi beralih menciumi pipi Jimin, kemudian ke mata, hidung, dan turun bertemu bibir balerino. Sempat ada jeda sebentar sebelum benar-benar menempel. Mungkin menurut Jimin jeda yang diambil Yoongi terlalu lama. Alhasil, Jimin sendiri yang menjemput bibir tipis itu dengan bibirnya. Namun, ia hanya berani menempelkan saja.
Yoongi pun mengambil alih. Ia mulai bergerak perlahan, mulai dari bibir atas, lalu pindah ke bibir bawah Jimin. Yoongi lakukan berulang kali. Lidah mulai dilibatkan mengetuk-ngetuk bibir Jimin agar mau membuka. Yoongi dipersilakan masuk dan tidak butuh waktu lama untuk segera menjelajahi mulut Jimin dengan lidahnya. Dua benda lunak itu pun berjumpa. Mereka saling membelit dan mengisap satu sama lain. Bunyi berisik khas ciuman sudah terdengar sejak dari tadi.
Jimin dan Yoongi makin tenggelam. Begitu juga dengan kedua tangan mereka. Remasan itu berubah usapan. Tangan Yoongi tidak lagi di luar kain, melainkan bersentuhan langsung dengan kulit Jimin. Halus sesuai dugaan Yoongi. Sementara itu, tangan Jimin makin menuntut dengan remasan pada rambut Yoongi sehingga makin terdoronglah kepala itu.
Mereka mabuk. Benar-benar mabuk. Bahkan mereka tidak sadar dengan sorotan cahaya senter dari seseorang. "Dasar anak muda," kata orang itu, lalu memilih pergi.
Ciuman mereka harus terputus oleh Jimin yang ingin mengambil napas. Namun, Yoongi hanya memberinya waktu lima detik. Ia kembali meraup bibir Jimin. Si balerino heran dengan kekuatan napas Yoongi. Apakah karena orang yang dikagumi ini seorang pebasket?
"Yoongi ...."
Berbeda dengan Jimin, Yoongi tidak terlalu terkejut mengetahui bahwa Jimin tahu namanya. Ia tidak ingin sombong, tetapi siapa yang tak tahu nama ketua basket ini. Yoongi tahu ia terkenal--terkenal dingin kata teman-temannya.
"Demi apa pun, Jimin. Aku, aku tidak bisa berhenti untuk menciummu." Yoongi mengatakannya sangat cepat dan lancar.
Itu terlalu jujur untuk dua orang yang belum pernah berinteraksi meskipun satu sekolah. Jimin mengakuinya dalam hati. Ia juga ingin terus berciuman dengan Yoongi, tetapi mulutnya terasa kebas. Mereka harus berhenti dahulu.
"Mulutku kebas," aku Jimin.
Yoongi tertawa kecil, lalu disusul Jimin. Yoongi tiba-tiba teringat sesuatu. Tangan yang sudah merasakan sehalus apa perut Jimin itu, kemudian ditarik keluar.
"Tidak apa-apa," cegah Jimin cepat. Ia juga tidak tahu mengapa mulutnya melarang Yoongi memindahkan tangan dari pinggangnya.
"Aku sungguh lancang." Namun, tangannya masih berada di sana karena izin dari Jimin.
"Hanya pinggang dan perut. Jangan naik atau turun."
Yoongi tersenyum lebar. "Kau juga boleh melakukannya."
Akan tetapi, bukan itu yang diminta Jimin. Tangannya menangkup pipi Yoongi, lalu kembali mencium si ketua basket. Yoongi tentu saja segera mengimbangi ciuman Jimin.
Mereka terus berciuman tanpa perlu melibatkan nafsu--mungkin. Yoongi dan Jimin hanya ingin fokus dan menikmati dunia mereka saat ini. Entah esok hari akan seperti apa, dua orang yang tak pernah bertegur sapa di sekolah itu memilih makin memperdalam ciuman.
End
Hai, kalian apa kabar?
Ditulis dadakan karena bad mood gara-gara hampir tengah malam dapat pesan dari rekan kerja yang menanyakan pekerjaan kantor. Ha-ha-ha ....
Terima kasih sudah singgah ke Chorus. Beri aku komentar banyak-banyak ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...