Ini hari Minggu dan Yoongi sudah ada di bandara selama satu jam sejak pukul 06.00. Wajah kantuk Yoongi begitu kentara ketika Jimin memandang sahabat sekaligus tetangganya itu. Ini bukan salah Jimin ataupun seseorang yang tengah dijemput. Jimin sudah memberi pilihan untuk pergi sendiri, tetapi Yoongi tetap memaksa ikut. Biarlah Yoongi mengomel seperti orang tua karena memang begitulah sifatnya.
"Lagi pula ia sudah pernah ke rumahmu dan tidak asing dengan Korea. Kenapa harus dijemput segala?"
Jimin tetap acuh tak acuh. Kepalanya mendongak untuk mencari seseorang. Kedua tangannya masih betah membawa papan berisi nama seseorang.
"Duduklah. Kau tidak pegal berdiri terus?"
"Berisik!" Itu saja komentar Jimin. "Aku akan ke depan saja. Kau tunggu di sini Min Cerewet Yoongi."
Yoongi berdecak, kemudian menutup matanya untuk tidur sebentar. Akan tetapi, matanya kembali terbuka. Ia melihat Jimin bergabung bersama rombongan yang turut menjemput entah keluarga, saudara, atau lainnya.
"JIMIN ...."
"Julia ...."
Akhirnya, datang juga seseorang yang mereka tunggu itu. Aksi pelukan yang begitu mesra itu tidak lepas dari mata Yoongi. Cara Jimin memeluka dengan tangan di pinggang ramping. Cara perempuan itu mengalungkan tangan di leher Jimin. Cara keduanya saling ciuman pipi kanan dan kiri. Terakhir, cara mereka saling pandang dan tidak ketinggalan aksi Jimin mengelus pucuk kepala perempuan yang dipanggil Julia itu.
Julia sedikit terkejut ketika melihat Yoongi. Ia kira Jimin menjemputnya sendiri. Senyum manis langsung ia lempar untuk menyapa Yoongi. Tidak ketinggalan dengan sedikit bungkukan badan.
"Selamat pagi, Yoongi. Terima kasih sudah menemani Jimin untuk menjemputku."
Yoongi mengangguk singkat. Ia tidak perlu berbasa-basi menanyakan kabarnya. Meskipun bersahabat dengan Jimin, bukan berarti Yoongi ikut akrab dengan Julia. Lagi pula, perempuan ini sepupu jauh Jimin. Mereka tidak memiliki pohon keluarga yang sama.
Bibi Jimin menikah lagi dengan seorang pria. Nah, suami dari bibi Jimin itu memiliki keponakan yang tinggal di Jerman. Jimin dan Julia pertama kali bertemu di pernikahan bibi dan paman mereka. Saat itu, Jimin dan Yoongi duduk di bangku SMA tingkat dua. Usia Julia pun sebaya dengan mereka. Seolah memang ditakdirkan menjadi keluarga, Jimin dan Julia mudah untuk akrab. Mereka sering bertukar kabar hingga sekarang.
"Jadi kau akan di sini selama dua minggu? Bukankah itu terlalu singkat?" tanya Jimin ketika mereka sudah sampai di parkiran.
"Kau bahkan hanya satu minggu waktu liburan ke Jerman," serang Julia balik.
"Hem ... itu karena--"
"Mana kuncinya?" potong Yoongi yang sudah selesai memasukkan koper Julia ke bagasi.
"Aku saja yang menyetir. Kau bilang tadi mengantuk," tolak Jimin.
"Terserah." Yoongi masuk ke dalam begitu saja.
Julia dan Jimin sempat saling melempar pandangan. Jimin mendekat, lalu mengatakan sesuatu secara pelan.
"Jangan merasa tidak enak. Min Yoongi sedang period." Kemudian mereka tertawa disaksikan Yoongi dari dalam mobil. Sungguh menyebalkan.
*
*
*
Seminggu penuh Jimin menemani Julia jalan-jalan selama di Korea. Mulai dari wisata kuliner, berbelanja, hingga karaoke bersama. Saat ini, mereka tengah minum soju ditemani topokki di warung tenda. Mereka usai berkaraoke dan memilih menghabiskan malam dengan mengobrol.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...