Untuk yang penasaran sama Indestructible, maaf aku lompati dulu, ya. Lagi pengin banget update chapter ini karena idenya udah lama.
Park ini terinspirasi dari lagu "Your Eyes Tell" dan film lawas China. Aku tahu filmnya, tetapi lupa judulnya.
Selamat membaca!
—
Semua berawal ketika hujan deras mengguyur kawasan Busan di malam yang sudah larut. Mobil mogok dan sang pemilik tak mungkin berdiam saja di dalam kendaraan roda empatnya. Bisa jadi ia malah mati membeku atau kehabisan oksigen.
Matanya mengedar, berharap masih ada bangunan yang menyalakan lampu. Dengan artian lain, mengharapkan adanya kafe atau rumah makan yang masih memasang tanda buka. Lagi pula, siapa pengunjung yang akan datang di kondisi hujan deras seperti saat ini?
Namun, bukan pengunjung, melainkan ada satu bangunan paling pendek di antara bangunan lainnya yang lampunya masih menyala. Ia mencoba peruntungan dengan membelah derasnya hujan dan berlindung di balik jaket kulit hitamnya meski itu sia-sia. Ia tetap basah kuyup.
Setidaknya usaha yang dilakukan tidak sia-sia. Itu adalah toko bunga yang masih buka di sekitar pukul 23.00. Tanpa pertimbangan apa pun, ia masuk ke dalam untuk mencari kehangatan. Sambil melangkah masuk, ia berpikir akan membeli buket paling mahal di sini sebagai tanda terima kasih.
Lonceng tanda pengunjung datang berbunyi. Tidak ada yang menyambutnya selain kumpulan bunga cantik dan sosok yang tidur membungkuk di meja.
"Permisi ..." katanya, tetapi tidak ada sahutan. Kembali ia mencoba untuk ketiga kalinya dan berhasil membangunkan sosok yang tidur itu.
Salah besar. Kenyataannya, matanya menangkap objek yang tak kalah cantik dengan bunga-bunga di sini. Ia melihat bagaimana tangan-tangan mungil itu tengah mengucek mata.
"Permisi ..." katanya lagi. Si pengunjung dadakan berdiri dua meter dari meja yang terdapat tulisan kasir.
"Pukul berapa sekarang?" tanya pemuda yang kemungkinan adalah pemilik toko bunga ini atau barang kali hanya petugas kasir.
"Hampir tengah malam."
"Aku ketiduran ternyata," monolognya, "apa Anda ingin membeli bunga?"
"Tidak."
"Tidak?"
"Awalnya begitu, tetapi aku akan membeli jika kau bersedia memberiku tumpangan untuk berteduh."
"Saya bisa mendengar suaranya. Pasti sangat deras."
Kepalanya menoleh ke belakang. Seharusnya itu terlihat dari bayangan jendela bening yang tampak buram.
"Ya. Jadi, bunga apa yang bagus di sini?"
"Semuanya bagus. Hanya saja tiap bunga memiliki makna tersendiri."
"Bunga apa yang bermakna ucapan terima kasih?"
"Ada beragam. Mulai dari mawar, matahari, lili, gerbera, hydrangea, anggrek, dan masih banyak lagi. Silakan dipilih."
Ia melihat wajah pemuda yang duduk itu cukup lama. Memindai wajah yang putih, mata dengan tatapan kosong dan tampak sayu, juga bibir tebal merah muda alami yang sedari tadi menarik perhatian matanya. Wajah itu terlihat lembut dan mengundang rasa nyaman untuk dilihat terus-menerus.
"Aku pilih lili putih."
"Pegawaiku sudah pulang tiga jam yang lalu dan saya menunggu kepulangan adikku sampai tertidur. Apa Anda tidak keberatan jika mengambilnya sendiri? Akan kurangkai di sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...