69. Inner Child || With You

643 86 38
                                    

Halo ... ini adalah kisah lain dari Inner Child yang akan membawa kalian ke masa lalu Jimin dan Yoongi. Jadi, disarankan membaca chapter sebelumnya, ya ....


💕


Tatapan itu tidak bisa membohongi Yoongi. Sebagai pria yang sudah menginjak usia 32 tahun, tentulah pengalaman Yoongi mengenai mengenal sifat dan karakter orang telah terlatih lama. Hanya saja ia masih ingin memastikan dengan perasaannya sendiri yang tidak baik-baik saja. Ia tahu bahwa Jimin tengah menyembunyikan sesuatu.

"Apa makanannya tidak enak?" tanya Yoongi di makan malam seperti biasanya.

Jimin mendongak, lalu menggeleng lemah. "Enak."

"Lalu kenapa kau seperti tidak bernafsu makan? Ada apa? Katakan saja."

"Ini soal darmawisata," buka Jimin usai menimang beberapa sekon. "Sekolah mengadakan darmawisata untuk murid di tingkat dua."

Yoongi mengangguk-angguk. Sekolahnya dahulu tidak mengadakan, tetapi mungkin berbeda dengan sekolah lain.

"Lalu?"

"A--apa aku boleh ikut?" tanya Jimin takut-takut karena kegiatan tersebut membutuhkan biaya tambahan.

"Tentu."

Binar bahagia langsung tercetak di wajah Jimin dan hal itu tak luput disaksikan mata Yoongi. Pria itu baru sadar bahwa mimik bahagia Jimin adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat. Pun izin dari Yoongi memengaruhi nafsu makan Jimin yang kini memakan makanannya dengan lahap.

"Berapa lama darmawisatanya?"

Jeju adalah lokasi yang akan Jimin dan kawan-kawannya kunjungi. Namun, anak itu belum mengatakan berapa lama ia pergi ke sana.

"Enam hari, Hyung," jawab Jimin dengan suara khas orang tengah bahagia. Enam hari dipotong lima hari di Pulau Jeju, bukankah akan mengasyikkan?


💕


Enam hari berpisah dengan Jimin belum pernah terbayangkan oleh seorang Min Yoongi. Sejak kedekatan hubungan yang dimulai dari Jimin berusia 10 tahun, mereka belum pernah berpisah selama itu. Enam hari sarapan sendiri, enam hari pulang kerja tanpa disambut, dan enam hari Yoongi makan malam tanpa teman.

"Astaga ... ada apa denganku?" Yoongi merutuki diri sendiri. Sikapnya bak pemuda belasan yang tengah kasmaran.

"Tenanglah Min Yoongi. Anak itu hanya darmawisata selama enam hari. Jimin bukan minggat. Dia hanya bersenang-senang bersama teman dan gurunya. Enam hari tidak lama, Yoongi. Enam hari bukan satu minggu. Enam hari ..." Yoongi menghela napas lemah. "Lama."

Kekacauan dalam pikiran Yoongi harus terinterupsi ketika suara ketukan pintu terdengar. Pelakunya adalah Jimin yang kedatangannya mengundang tanya. Jarang sekali Jimin datang ke kamarnya kalau bukan karena hal penting.

"Apa ... aku mengganggumu, Hyung."

"Tidak. Ada apa?"

Pintu yang hanya terbuka sedikit tadi kemudian dibuka lebih lebar hingga memperlihatkan Jimin yang membawa guling kesayangannya. Mengetahui hal tersebut, Yoongi tidak membutuhkan alasan lebih jelas karena ia paham. Jimin tengah ketakutan.

"Kemarilah," pintanya tanpa menunggu jawaban Jimin.

Remaja itu mendekat. Jimin berdiri tepat di depan Yoongi. Mungkin jaraknya kurang dari satu meter.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang