5. 00:00

1.5K 130 0
                                    

Suasana di ruang dapur heboh usai masakan Nyonya Kim berupa kari telah tersaji pada meja makan. Semua penghuni rumah berlantai dua itu turun untuk memenuhi undangan Nyonya Kim. Katanya, acara makan ini dalam rangka Joy, kucing betinanya telah melahirkan delapan bayi kucing yang begitu manis. Dua hitam putih, dua putih, dua hitam, satu oranye, dan sisanya berupa calico—kucing tiga warna.

Nyonya Kim senang luar biasa. Wanita 57 tahun ini memang terkenal akan kedermawanannya bagi penghuni penginapan untuk berbagai kalangan itu. Mulai dari pelajar, anak kuliah, dan pekerja. Hanya terdapat 11 kamar dan semuanya telah penuh dengan beragam karakter makhluk penghuni.

"Wow! Jimin Hyung kau mengubah warna rambutmu lagi?" Junghyun berteriak ketika melihat laki-laki bernama Jimin muncul dari ambang pintu.

"Kali ini untuk apa lagi, Hyung?" sambung Kimso, penghuni kamar lantai nomor tujuh.

"Biar aku tebak, pasti pentas menari lagi, bukan?" tebak Aeri, wanita hamil yang lima tahun lebih tua dari Jimin.

"Kali ini Aeri Noona benar," jawab Jimin dengan senyum khasnya.

"Ke sini Jimin. Semua sudah dapat mangkuk kari. Aku tak ingin salah satu penghuniku yang paling manis kelaparan," kata Nyonya Kim.

"Terima kasih atas kari dan pujiannya, Nyonya Kim. Kudoakan kau berumur panjang." Jimin menerima kari tersebut.

"Memang harus seperti itu. Aku berharap memiliki umur panjang karena ingin melihat anak-anak Joy tumbuh dewasa dan memiliki anak pula."

Semua yang ada di sana tertawa mendengar celotehan wanita tua itu. Suasana riuh karena sekarang memang hari Minggu. Semua penghuni berkumpul. Kecuali penghuni kamar nomor sebelas.

"Dia tidak ada?" tanya Jimin.

"Bukan hal yang asing, Jimin," jawab Eunwoo.

Nyoya Kim paham siapa yang dimaksud Jimin. Kamar penghuni nomor sebelas memang sangat jarang berkumpul atau bahkan berinteraksi dengan penghuni yang lain. Kepribadiannya sungguh tertutup. Tapi bukan berarti tidak ada yang tahu bagaimana wajah penghuni kamar nomor sebelas.

"Kau mau membantuku lagi, Jimin?" pinta Nyonya Kim.

"Dengan senang hati, Nyonya."

.

.

.

.

.

.

.

Jimin mengetuk pintu kamar nomor sebelas sebanyak tiga kali dan belum ada sahutan. Permukaan sepatunya menghentak lantai kayu yang dingin. Nyonya Kim sudah sering minta bantuan pada Jimin untuk mengantarkan makanan apabila wanita tua itu mengadakan acara makan bersama.

Sebab, kamar Jimin ada di sebelahnya pas. Kamar nomor sepuluh. Jimin pula satu-satunya penghuni yang cukup dekat dengan si pemilik kamar nomor sebelas. Padahal kalau dipikir-pikir, Jimin merasa jarang mengobrol. Bagaimana bisa Nyonya Kim dan penghuni lain menyebutnya dekat dengan kamar nomor sebelas?

Gagang pintu bergerak tanda ada balasan dari dalam. Jimin langsung mendongak dan mendapat pemandangan sosok laki-laki berkaus lengan panjang warna hitam tengah menatapnya datar ketika pintu sudah terbuka.

"Halo, Yoongi Hyung," sapa Jimin. Sudah terlalu hafal tak mendapat balasan, Jimin langsung menyampaikan tujuannya. "Nyonya Kim memasak besar lagi. Setelah kemarin Yin dan Yang berjodoh, kali ini perayaan Joy kucingnya yang telah melahirkan."

Yin dan Yang adalah love bird yang dibeli Nyonya Kim satu bulan lalu. Beruntung sekali dua burung tersebut langsung berjodoh meskipun membelinya di tempat terpisah.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang