17. Affection

1K 90 12
                                    

Ketika sudah berusia 20 tahun, umur ketika seseorang dinyatakan legal di Korea Selatan, Park Jimin pernah membayangkan bagaimana kisah cintanya kelak. Akan seperti apa sosok pujaan hatinya. Lokasi di mana ia akan berjumpa dengan sang kekasih, atau seperti apa kisah jalinan asmaranya kelak.

Imajinasi soal pernikahan pun juga pernah muncul di kepala Jimin. Membayangkan hal-hal manis bersama yang tersayang, bahkan tindakan kecil pun turut lelaki asal Busan itu pikirkan. Seperti mengancingkan kancing baju ataupun membenarkan tatanan dasi. Memikirkan itu saja sudah membuat Jimin merona.

Nyatanya, semua imajinasi Jimin ketika masih lajang itu terwujud sejak lima bulan yang lalu. Min Yoongi mewujudkan impian Jimin untuk memiliki keluarga kecil bersamanya. Pria asal Daegu itu menyatakan perasaannya sekaligus melamar Jimin. Tidak ingin bertele-tele dan apa yang dicintainya harus segera menjadi miliknya, begitulah prinsip Yoongi.

Tentu saat itu Jimin terkejut. Bagaimana bisa seorang pria yang hanya bertegur lewat senyuman sebanyak dua kali, tiba-tiba mengajaknya makan malam dan menyatakan perasaan, usai itu melamar.

Jimin mengira hanya ajakan makan malam sebagai pertemanan karena malam itu jadwalnya sedang bebas. Lelaki Park sedang tak ingin sendirian kala itu. Lantas pikirannya mengiyakan ajakan Yoongi, pria dari divisi lain di perusahaannya.

Dua minggu usai lamaran itu, Min Yoongi dan Park Jimin resmi menikah. Gila! Sungguh Jimin tidak menyangka kisah cintanya akan secepat ini untuk sebuah permulaan. Ia mengira akan sempat mencicipi momen pertengkaran di masa pacaran. Namun, justru terjun langsung di sebuah pernikahan.

Ya, Jimin dan Yoongi pernah bertengkar meski termasuk hal sepele. Contohnya seperti saat memasak ramen. Jimin suka daun bawang ditabur ke atas usai matang, sedangkan Yoongi maunya dimasak langsung ketika air masih mendidih. Ada lagi pertengkaran yang paling konyol ketika Yoongi melarang Jimin memakai celana dalam warna hitam karena ia ingin melihat belahan hatinya mengenakan warna merah.

Rumah tangganya bersama Yoongi memang terbilang masih muda, tetapi Jimin belajar banyak hal dari sosok pria dua tahun lebih tua darinya itu. Mereka saling menuntun untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia. Kendati bagi Jimin, Yoongi lah yang banyak mengajarinya. Yoongi benar-benar memperlakukannya dengan baik.

Mata Jimin terbuka perlahan saat merasakan sapuan angin kecil menyapa wajahnya. Napas dari Yoongi yang tidur menyamping menghadap ke arahnya. Bibir Jimin otomatis tersenyum setiap melihat wajah Yoongi. Selalu ada kupu-kupu beterbangan di perutnya. Memberikan sensasi geli yang mengandung candu.

Jari telunjuk Jimin terangkat lantas memeta wajah Yoongi. Bagaimana bisa, seseorang yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali, hidup bak memberikan setengah nyawa untuknya. Jimin terus berpikir kenapa Yoongi yang merupakan sosok asing, bisa memberikan cinta begitu besar untuknya.

Ketika bertanya pada Yoongi, pria berkulit putih pucat itu hanya mengatakan, "Sebab aku hanya punya alasan mencintaimu. Adakah kata yang melebihi cinta, Min Jimin?"

Memikirkan lagi di saat ini saja masih membuat pipi Jimin merona. Hingga lamunan Jimin terputus dengan sebuah suara serak khas orang bangun.

"Terima kasih telah membangunkanku," ucap Yoongi, "Tuhan memberiku kesempatan bangun lagi untuk melihat wajah malaikatmu.

Jimin terkekeh. "Astaga, Yoongi Hyung ... Pagi-pagi kenapa sudah menggodaku?"

"Selamat pagi," sapa Yoongi, "Dan ini hadiah untukmu."

Sebuah ciuman singkat di pagi hari, tepat pada bibir penuh Jimin. Si pemilik lanjut terkikik.

"Pagi juga, Hyung. Ini untukmu." Jimin meniru tindakan Yoongi beberapa detik lalu.

Yoongi mengubah posisi tangan kanannya agar lurus  ke samping. Seolah tahu dengan maksud Yoongi, Jimin bergeser untuk lebih dekat dengan suaminya dan berakhir dengan mendapat kecupan dalam di dahi.

"Ini hari Minggu, bagaimana jika bersantai sambil berpelukan seperti ini?" tawar Yoongi.

"Tapi aku lapar."

"Kita bisa pesan."

"Aku juga pengin pipis."

Yoongi seketika menjauhkan wajahnya dari Jimin untuk menatapnya. "Apakah itu sebuah undangan untuk melakukan morning seks, Sayang? Di kamar mandi, hem?"

"Astaga, Hyung. Serius aku pengin buang air kecil. Tidak bermaksud ke arah 'itu'. Lagi pula, Tuan Min. Bagian belakangku masih sakit karena kejahatanmu."

"Kejahatan yang candu, bukan?" Yoongi menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Jimin. Namun, tidak lama karena ia kembali menatap Jimin. "Janji, hari ini hanya pelukan saja. Aku minta maaf, Sayang."

"Seharian ini tidak melakukan seperti yang semalam?" tanya Jimin untuk memastikan sekali lagi dan Yoongi mengangguk. "Baiklah, maafmu diterima."

Yoongi kembali mendekap Jimin. "Sekarang tidur lagi, oke."

Jimin memenuhi permintaan Yoongi usai mengurangi beban di kandung kemihnya. Sebelum benar-benar terlelap lagi, pemilik surai hitam ini mengatakan sesuatu.

"I love you, Min Jimin."

"Love you too, Hyungie."





End





*Aku kangen mereka! T_T

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang