48. Call My Name || End

728 89 15
                                    

Karena hampir 8k words, jadi kupecah jadi dua bagian. Selamat membaca!


—Warning—

—Please, Be Wise!—


Florist Cherry ramai pembeli di hari kasih sayang. Kebanyakan pembelinya adalah laki-laki yang ingin memberikan buket cantik untuk orang terkasih mereka. Biasanya hanya pegawainya saja yang turun. Namun, kali ini Jimin harus turun tangan juga. Saat ini, ia tengah merangkai buket bunga yang dipesan oleh laki-laki berseragam SMA.

"Dia bukan kekasihku, Hyung. Aku akan menyatakan perasaanku padanya hari ini. Apa menurutmu gadis itu akan menerimaku?" curhat salah satu pembeli kepada Jimin.

"Terpenting kau harus percaya diri. Andai jawabannya tidak, bukan berarti itu akhir dunia," respons Jimin. "Nah, ini. Buketmu sudah jadi. Pembayarannya langsung ke kasir saja."

"Terima kasih, Hyung."

"Ya," katanya sambil tersenyum.

Baru saja ingin menghampiri pembeli yang masih memilih bunga, Jimin dikejutkan dengan tangan yang melingkari pinggangnya. Ia refleks menoleh dan langsung disuguhi pemandangan senyum kotak seseorang.

"Kim Taehyung!" pekik Jimin hingga beberapa orang menoleh ke arahnya.

Tidak ingin mengganggu kenyamanan pembeli, Jimin menariknya ke pinggir. Setelah itu, memberikan laki-laki itu pelukan erat.

"Kapan kau pulang?" tanya Jimin.

"Lima hari lalu. Maaf baru memberi tahu."

"Astaga. Seharusnya kau menelepon atau mengirimku pesan."

"Kejutan, Jimin-ah."

Karena terlalu rindu, Jimin membatalkan niat marahnya. "Selamat datang kembali." Sekali lagi, Jimin memeluknya. Saat itu juga, ekor matanya melihat pengunjung yang berpakaian serba hitam keluar dari toko bunganya.

"Semuanya baik. Tidak ada masalah apa pun. Anda menjaganya dengan baik, Tuan Park."

"Rasanya seperti terlahir kembali. Untuk itu aku harus menjaganya seperti menjaga nyawaku.

"Karena hasilnya bagus, Anda tidak perlu kontrol lagi. Hanya jika merasa tidak enak, silakan datang lagi."

"Baik. Terima kasih, Dokter Lee."

Jimin membungkuk begitu pula dengan Taehyung. Barusan Jimin datang ke rumah sakit untuk kontrol. Sudah setahun ini ia kembali bisa melihat dunia. Ada keluarga korban yang sukarela menyumbangkan satu mata untuk Jimin. Orang tua dari korban itu ingin mendiang anaknya tetap bisa memberikan manfaat meski telah tiada.

"Terima kasih sudah menemaniku, Taehyung-ah."

"Bukan hal besar, Kawanku."

"Bagaimana pekerjaanmu di Amerika?"

"Semuanya lancar."

"Dari dahulu, kau memang selalu bisa diandalkan."

"Tidak begitu, Jimin. Aku tetap membutuhkan seseorang untuk menemaniku."

"Apa kau sudah menemukannya?" Jimin terlalu berani untuk bertanya yang jelas-jelas ....

"Aku masih menunggumu. Sama seperti dua tahun lalu." Yang jelas-jelas, Taehyung tidak pernah berubah mengenai perasaannya untuk pemuda itu.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang