86. Flower

569 78 27
                                    

Kelulusan sekolah merupakan ajang haru sekaligus bangga karena pada akhirnya seorang murid telah melewati kegiatan pendidikan pada jenjanh tertentu. Kendati begitu, jika ingin melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, mereka masih harus berusaha agar bisa diterima di universitas yang diharapkan.

Namun, itu bisa dipikirkan nanti. Sekarang keluarga Yoongi tengah menunggu di luar untuk menyambut si putra pertama dari dua bersaudara. Min Yoona, gadis kecil berusia empat tahun yang membawa buket bunga sedang menunggu kakaknya. Dilihat dari ekspresi orang-orang yang tersenyum melihatnya, tentu bisa dibayangkan bagaimana gemasnya gadis itu yang membawa buket berukuran besar. Yoona tak sabar ingin menyerahkan bunga ini kepada kakaknya.

Dari arah pukul 09.00, Yoongi datang bersama rombongan temannya. Katanya mereka ingin melihat Yoona dan bagaimana interaksi dua saudara dengan rentang usia 15 tahun itu. Yoongi tentu saja cuek dan enggan memikirkannya. Ia hanya ingin segera pulang dan tidur.

"Min Yoona ...." panggil Yoongi.

Wajah Yoona seketika ceria melihat sang kakak memanggilnya. Dengan langkah kecil, anak itu berjalan mendekati Yoongi bersama ayah dan ibu yang berada di belakang. Pandangan Yoona tertuju kepada Yoongi, tetapi suara tawa memecah fokus anak tersebut. Yoona menoleh ke sumber tawa.

Jimin dan teman-temannya tidak sengaja bergabung karena mereka juga hendak pulang. Kebetulan saja harus melewati Yoongi dan lainnya. Karena ada anak kecil yang menggemaskan sambil membawa buket bunga, Jimin dan temannya tanpa sadar berhenti.

Mata mereka bertemu. Jimin pun tersenyum manis ke gadis kecil itu. Bagian yang tidak disangka adalah Yoona berjalan ke lain arah, lalu memberikan buket bunga kepada Jimin. Baik Yoongi, orang tuanya, maupun orang-orang yang ada di sekitar terkejut. Jimin yang ragu-ragu menerima juga dibuat bingung.

"Yoona," panggil Yoongi lagi.

Yoona berlari ke arah kakaknya. Ia memeluk kaki Yoongi dengan kepala mendongak yang menyiratkan wajah semringah.

"Mini mini mini ...." Kepala Yoona menoleh ke samping. Tangannya menunjuk Jimin. "Oppa ... mini di kamar hihihihi ...."

"Hahahaha ... astaga adikmu menggemaskan sekali, Yoongi." Untunglah ada Hoseok yang tidak sengaja mengalihkan perhatian orang-orang.

Orang-orang mulai mengerubungi Yoongi. Enggan adiknya tak nyaman, Yoongi menggendong Yoona supaya bergabung dengan ayah dan ibunya.

"Kenapa buketnya bukan buat oppa?" tanya Yoongi.

"Mini cantik mini Oppa ...."

"Ha--hai, Yoongi ...."

Yoongi menoleh dan agak terkejut karena yang memanggilnya ternyata Jimin. Yoongi buru-buru memindahkan Yoona ke gendongan ibunya. Wajahnya mendadak sulit dikendalikan.

"Ah maafkan adikku. Kau pasti tadi bingung."

"Iya hehehe ...." Jimin tertawa canggung. "Adikmu menggemaskan sekali. Ini buketmu."

Adegan perpindahan buket dari tangan ke tangan itu tidak lepas dari pandangan orang tua dan adik Yoongi. Tuan dan Nyonya Min tampaknya paham arti mimik di wajah putra mereka.

"Buket yang cantik," komentar Jimin.

"Iya."

Karena semakin canggung dan tidak tahu harus mengatakan apa, Jimin pun pamit lebih dahulu. Namun, sebelum benar-benar pergi, ia mengucapkan selamat kepada Yoongi yang lulus dengan nilai tertinggi secara pararel.

Yoongi sedikit kecewa karena lebih banyak diam. Seharusnya ia membalas pujian Jimin atau mengucapkan selamat pula untuk teman beda kelasnya itu.

"Kau ingin menyusulnya? Kami tunggu 15 menit di sini," ujar Tuan Min.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang