9. Silent

1.2K 115 1
                                    

Nyonya Min begitu bahagia ketika sang putra mengenalkan seorang lelaki manis nan menggemaskan ke hadapannya dengan status sebagai kekasih. Maklum, wanita 50 tahun itu sudah lama ingin Min Yoongi, putranya punya pendamping hidup. Maka ketika Park Jimin datang memperkenalkan diri, ia langsung mendapat pelukan hangat dari ibu kekasihnya.

Jimin sering diajak main ke rumah Yoongi tiap akhir pekan, bila jadwal keduanya tidak saling bertabrakan. Pria 29 tahun itu wajib membawa Jimin datang ke kediamannya atas permintaan sang ibu. Berdasarkan pengakuannya, Nyonya Min sudah menganggap Jimin sebagai anaknya sendiri. Kasih sayang yang diberikan sudah seperti rasa sayangnya pada Yoongi.

"Ada apa?" Yoongi bertanya pada Jimin. Laki-laki 20 tahun ini tampak kesulitan.

"Sabuknya susah dilepas." Jimin pasang raut melas. Sebenarnya sejak Yoongi menjemputnya tadi, Jimin sudah merasa ada yang tidak beres dengan sabuk pengaman ini.

"Ah, aku lupa memberi tahumu soal ini. Sabuknya memang bermasalah."

Kan benar. Jimin masih berusaha mengotak-atiknya. Tangan Yoongi menjulur, membantu sang pujaan hati.

"Apa habis mengantarmu pulang, aku mampir ke bengkel sebentar?" gumam Yoongi. Ia ternyata juga kesusahan membukanya. Bahkan sampai harus melepas sabuk pengamannya sendiri agar bisa melihat lebih dekat.

"Kurasa itu ide yang bagus, Hyung."

Baik Yoongi maupun Jimin tidak sadar jika jarak mereka begitu dekat gara-gara si sabuk bermasalah. Terhalang oleh kepala Yoongi, Jimin tidak tahu jika sabuknya sudah terlepas. Yoongi mendongak sedikit dan langsung dikejutkan dengan wajah Jimin.

Dekat sekali.

"Jiminie," panggilnya. Yoongi mendadak malas keluar dari mobil. Ia merapat dan menarik Jimin.

"Eh sudah bisa ternyata." Jimin masih belum tahu dengan apa yang terjadi.

Yoongi mengenyahkan pikiran mesumnya yang lewat sepintas. Sebenarnya tidak mesum sepenuhnya. Yoongi hanya ingin mencium bibir penuh kekasihnya. "Ayo turun. Ibu pasti sudah menunggu."

Padahal dalam sebulan Jimin bisa berkunjung dua hingga tiga kali ke rumah Yoongi. Tapi tetap saja ada perasaan gugup tiap akan bertemu sang calon mertua. Ups ... Jimin bersemu hanya dengan memikirkan sebutan itu.

Hubungannya dengan Yoongi sudah berjalan selama tujuh bulan. Meski belum ada setahun, Jimin dan Yoongi pernah membahas serius perihal kelanjutan hubungan mereka ke depan bagaimana. Kalau tidak salah, saat itu mereka membahasnya usai melakukan olahraga panas di atas ranjang yang entah sudah keberapa kalinya.

"Ah...Jimin putra bungsuku ..." Nyonya Min langsung memeluk Jimin ketika melihatnya di ruang keluarga.

"Bibi apa kabar?" tanya Jimin usai pelukan itu berakhir.

"Tentu saja baik." Penampilan Nyonya Min mendapat tatapan selidik dari Yoongi.

"Ibu mau pergi?" tanya Yoongi.

"Kau benar. Ada acara mendadak dari pesan grup, ibu. Hem, padahal ibu ingin mengobrol panjang denganmu, Sayang." Kata terakhirnya ditunjukkan untuk Jimin. Yoongi mendengus pelan. Ibunya ini seperti penggemar Jimin nomor satu. Tapi tetap Jimin itu miliknya.

"Tidak apa-apa, Bibi. Jimin bisa datang di akhir pekan selanjutnya."

"Hem, kau memang anak yang manis. Rasanya ingin segera mengganti margamu menjadi Min." Usai mengucapkan hal itu, Nyonya Min segera melengos. Yoongi yang peka tahu kalau itu bentuk sindiran untuknya.

Kunjungan Jimin ke rumah Yoongi berakhir di ruang keluarga. Sambil menunggu jemputan teman-temannya, Nyonya Min melanjutkan rajutan syalnya di ruangan sebelah ruang keluarga. Tidak terhalang apa pun. Hanya saja jaraknya memang jauh, tetapi masih bisa saling mengobrol asal suaranya keras. Posisi Nyonya Min pun duduk membelakangi Jimin dan Yoongi.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang