64. Home

705 73 40
                                    

Seharusnya ia pulang untuk memenuhi janjinya, yakni makan malam romantis bersama sang kekasih. Bukan malah banting stir balik arah yang justru menjauhi rute restoran bintang lima tempat kekasihnya menunggu. Dari caranya mengemudi serta ekspresi dingin yang mengalahkan udara di luar, kita bisa menebak bahwa Min Yoongi sedang tidak dalam keadaan baik. Terutama emosinya yang disebabkan oleh Park Jimin, mantan suaminya.

Sementara di hunian lain yang kecil, tetapi nyaman, Jimin duduk manis menikmati ramen pedasnya. Ia sungguh lapar karena melewatkan jam makan siang lantaran kesibukannya sebagai sekretaris Kim Namjoon, manajer keuangan di perusahaan tempatnya bekerja. Hari ini banyak pertemuan dan jika sudah begitu, Jimin akan lupa makan saking fokusnya bekerja.

Pun seharusnya ia makan makanan bergizi, bukan malah mi instan. Jimin-nya saja yang bebal karena sedang ingin makan ramen. Ia bisa saja pesan makanan lewat jasa antar, tetapi rasa malas dan keinginannya lebih kuat.

"Aaahhhhh ...." Desah kenikmatan dari kaldu ramen menjadi penutup bahwa acara makan malam Jimin telah selesai.

Baru akan membereskan meja dan mencuci peralatan masak ayng digunakan tadi, suara bel berbunyi. Jimin diam sejenak, menimbang-nimbang apakah memiliki janji dengan seseorang. Jawabannya nihil. Sambil berjalan ke arah pintu, Jimin menebak siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya.

"Yoongi?" monolognya sebelum membuka pintu. "Untuk apa ia ke sini?"

Jimin tertegun sesaat usai membuka pintu. Penampilan Yoongi sungguh rapi. Jidat yang terpampang jelas, kemeja satin hitam dengan ukuran pas yang mencetak dada bidangnya, dan aroma parfum begitu khas. Yoongi masih memakai parfum pilihannya meskipun mereka telah bercerai tiga tahun lalu.

"Yoongi, ada apa?" tanya Jimin.

Kendati telah bercerai, hubungan mereka tetap baik-baik saja. Perpisahan Yoongi dan Jimin hanya disebabkan keegoisan masing-masing atau mungkin karena usia mereka yang saat itu masih muda. Sebab setelah lulus kuliah, Jimin dan Yoongi memutuskan untuk langsung menikah . Tidak disangka usai terjun ke dunia kerja, mereka tak lagi satu jalan. Pernikahan yang baru berjalan setahun harus kandas.

"Apa aku mengganggumu?" tanya Yoongi balik.

"Tidak. Kau datang saat aku selesai makan ramen."

"Ramen?" Jimin mengangguk. "Aku belum makan malam juga."

Mata si pemilik rumah mengerjap-ngerjap sebentar. Jimin jadi bingung sendiri.

"Em ... kau mau ramen?" tawar Jimin tanpa maksud apa pun. Memang dasarnya ia suka berbagi. Toh, hanya sekadar ramen, kan?

"Aku mau." Yoongi menyahutnya cepat.

"Masuklah."

Mendadak kecanggungan menyerang rumah Jimin. Yoongi datang tiba-tiba dan sekarang tengah duduk manis di kursi yang juga ia duduki tadi. Tidak ingin berpikir macam-macam, Jimin kembali memutar tubuh, membelakangi Yoongi, dan fokus memasak.

Ramen dengan taburan daun bawang di atasnya. Itulah penyajian yang disukai Yoongi sejak mereka berpacaran enam tahun lalu.

"Sayangnya tidak ada kimchi. Aku sudah menghabiskannya tadi. Tidak apa-apa, kan?" Jimin ikut duduk di depan Yoongi.

"Tidak apa-apa, Jimin. Terima kasih sudah memasak untukku." Kemudian Yoongi mulai melahap ramen buatan mantan suaminya. Pada setiap seruputan, entah kenapa kenangan manisnya bersama Jimin muncul.

"Ada apa, Yoongi? Apa airnya kebanyakan?" Jimin bertanya karena Yoongi termenung.

Sumpit diletakkan sebentar. Yoongi diam sambil memandang wajah Jimin beberapa saat.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang