"Aku tidak sebejat itu. Kalau aku mau, aku sudah mengusikmu sejak hari pertama mengikutimu."
Jimin menghela napas pelan. Memang tidak akan ada gunanya berbicara dengan pria itu. Ia kembali berjalan dengan tujuan entah ke mana di waktu yang menunjukkan pukul 01.00.
Tepatnya sudah sebulan ini Jimin melakukan kegiatan yang cukup membahayakan dirinya, yakni mencari udara segar di tengah malam. Bisa saja ia celaka akibat tindakannya. Namun, Jimin memang membutuhkan udara segar.
Kemudian usahanya untuk mencari udara segar harus mendapat kerecokan dari tetangga barunya, Min Yoongi. Entah kenapa tiap kali keluar usai mengunci pintu, Jimin akan menemukan tetangganya yang tengah asyik mengisap rokok.
"Jangan ikuti aku,'' tekan Jimin.
''Aku punya urusanku sendiri.''
Usai mendengus untuk Yoongi, Jimin melanjutkan langkah yang kali ini entah akan membawanya ke mana. Pemuda itu menghela napas karena bingung dengan dirinya belakangan ini. Berjalan kaki di tengah malam, sendirian, dan mungkin saja ada bahaya di depan sana yang tengah menunggunya. Namun, pikirannya bebal karena Jimin tidak tahu alasan sesungguhnya.
Mungkin sebelum-sebelumnya Jimin beruntung, tetapi tidak untuk malam ini. Tiga orang asing di depan sana terlihat tidak biasa. Langkah kakinya memelan seiring keraguan yang mengatakan kepada hatinya untuk berbalik saja. Jimin mengamati keadaan sekitar dan terkejut sendiri. Ia tidak sadar telah berjalan memasuki gang sempit.
Bukan Jimin yang mendekat, tetapi tiga orang itu berjalan menuju ke arahnya. Keringat dingin mulai terasa begitu pula dengan degup jantungnya. Sinyal bahaya menyala, tetapi terlambat untuk Jimin menyelamatkan diri.
''Apa kau tersesat, Manis?''
''Dia pasti tidak izin ibunya. Anak sekolah zaman sekarang memang kebanyakan nakal. Malam-malam pergi keluar.''
''Kami bisa mengantarmu pulang.''
''Hei, kau menakutinya. Ayo, kami antar pulang.''
Jimin kesulitan menelan ludahnya. Satu lawan tiga orang dengan tubuh besar dan tinggi. Tentu saja ia akan kalah telak.
''Atau kau memang mencari kesenangan malam ini, Manis? Kami bisa membantumu.''
''A--aku ....''
''Di sini kau rupanya. Kau pasti ketakutan karena mencariku. Aku hanya ke toilet sebentar, Sayang. Oh, siapa ini? Apa kau mendapat teman baru? Sayang, aku tahu kau itu ramah, tetapi berkenalan dengan pria lain, itu membuatku cemburu.''
Min Yoongi, dengan napas bau rokok, tiba-tiba datang dan langsung merangkul pinggangnya. Jimin meliriknya dengan wajah tak kalah kejut.
''Dia pacarmu?'' tanya salah satu dari tiga pria itu.
''Ya. Wajahnya memang awet muda, tetapi dia sudah legal. Kami sebentar lagi akan menikah,'' jawab Yoongi dengan nada santai. Tidak lupa tangannya yang memperbaiki posisi di pinggang Jimin.
''Kau harus menjaga calon pengantinmu. Kau tahu, dia tampak seperti santapan yang menggiurkan.''
Yoongi tertawa kencang dan terkesan dibuat-buat. ''Aku akan menjaganya. Kalau begitu, kami permisi.''
Lima belas menit sejak insiden di gang, selama itu pula Jimin berjalan menuju jalan pulang dengan Yoongi mengikutinya dari belakang. Ada pikiran baru yang mengganggu Jimin saat ini. Sampai mereka tiba di lorong kamar yang sama, Jimin mengajukan pertanyaan untuk Yoongi.
''Selama ini kau mengikutiku?'' selidik Jimin.
''Aku tidak ingin membuat keributan dan mengganggu yang lain, jadi segera masuk ke kamarmu.''

KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
Fiksi PenggemarChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...