73. Strong Desire

826 98 41
                                    

Berada di usia akhir 20-an, Park Jimin tidak mengira bahwa kisah cintanya akan setragis ini. Bukan tragis seperti kisah cinta Romeo-Juliet, Peter Abelard-Heloise, ataupun Guinevere-Lancelot. Akan tetapi, tragis karena pria yang ia kencani bahkan sudah berbagi kehangatan ranjang bersamanya merupakan seorang mafia. Jimin menyebutnya tragis karena ia merasa telah ditipu dengan penampilan Min Yoongi, nama mantan kekasihnya

Empat bulan lalu, Jimin mengunjungi sebuah kafe baru yang turut menyediakan perpustakaan kecil. Letak kafe tidak jauh dari tempat tinggalnya, mungkin sekitar 300 meter. Jimin menyukai menu dan suasana kafe itu. Pria yang bekerja sebagai editor buku fiksi itu memutuskan bahwa ia akan sering ke sini karena nuansanya begitu enak. Cocok sebagai pelepas lelah setelah berjam-jam berkutat menyunting naskah.

Singkat cerita, Jimin bertemu dengan si pemilik kafe, yaitu Min Yoongi. Saat pertemuan pertama mereka, Yoongi mengenakan kemeja hitam yang dilapisi apron cokelat, berkacamata bulat, rambut sedikit panjang hampir menutupi tengkuk, dan tengah berdiri di balik meja kasir. Sempat ada adegan tatap-menatap beberapa detik hingga Yoongi harus menegur Jimin mengenai menu apa yang hendak dipesan. Teguran halus dan mampu membuatnya salah tingkah. Kala itu, Jimin mengaku pada diri sendiri jika penampilan Yoongi adalah tipenya.

Siapa sangka jika kepribadian Yoongi juga masuk kriteria Jimin. Yoongi baik, senyumnya manis, tidak suka berbasa-basi, tetapi bukan menggurui. Suaranya khas, terkesan manly, dan membuat Jimin ketagihan untuk terus mendengarnya. Bukan, bukan Jimin yang mendekati lebih dahulu, melainkan Yoongi. Mereka hanya bertemu di tempat memesan menu sebanyak tiga kali dan obrolan singkat perihal minuman yang dipesan Jimin. Sekadar itu dan di pertemuan selanjutnya, Yoongi menghampiri Jimin dengan sepotong red velvet kesukaan si editor.

Yoongi tidak suka berbelit-belit. Maka saat itu juga, di pertemuan keempat, ia langsung menyatakan ketertarikannya pada Jimin dan mengajaknya berkencan.

"Kencan? Baiklah, besok malam aku memang tidak ada agenda," jawab Jimin waktu itu. Ucapannya mungkin terdengar dingin, tetapi sebenarnya benak Jimin tengah kegirangan. Seperti itulah Jimin, pura-pura tidak tertarik atau acuh tak acuh, tetapi sebenarnya peduli. Dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah tsundere.

Diawali dengan menjemput Jimin, diakhiri pula di rumah sang editor, tepatnya bergulat dalam selimut hingga pagi buta. Pagi harinya, mereka setuju untuk mendeklarkan hubungan sebagai sepasang kekasih. Yoongi masih sama dengan sifatnya, tidak berubah hanya lebih suka melakukan sentuhan dan sedikit mesum. Sementara Jimin, ia menjadi lebih terbuka dan sifat manjanya perlahan-lahan tampak.

Satu bulan pendekatan dan 2,5 bulan sebagai pasangan kekasih. Semuanya berjalan normal hingga identitas Yoongi terbongkar. Si pemilik kafe Remedy alias sang kekasih rupanya adalah salah satu ketua mafia di Korea Selatan. Jimin mendengarnya langsung dari bibir Yoongi. Tepatnya ia tidak sengaja mendengar. Jimin berniat memberikan Yoongi kejutan ketika ia berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya masih di Jeju. Padahal Jimin sudah mengendap-endap masuk ke rumah Yoongi.

"Jimin? Jangan libatkan kekasihku, Namjoon. Dia tidak tahu apa-apa. Pastikan selamanya Jimin tidak tahu bahwa kekasihnya adalah ketua mafia. Aku tidak ingin–"

Panggilan telepon berhenti seketika dan tubuh Yoongi refleks menoleh ke sumber suara. Buah tangan berupa jeruk khas Jeju yang dibawa Jimin dalam kantong jatuh berceceran di lantai. Dua kepala menunjukkan mimik yang berbeda. Jimin tertegun dengan ucapan kekasihnya, sedangkan Yoongi terkejut disertai panik. Jimin tidak mendengar pembicaraannya, kan?

Usai mengumpulkan kesadarannya, Jimin pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. Seolah tahu apa yang akan terjadi pada hubungannya ke depan, Yoongi untuk pertama kali mengeluarkan titah dengan nada yang belum pernah Jimin dengar.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang