Dua tahun telah berlalu sejak kejadian seorang chef meminta nomor telepon pada pelanggannya. Kini, Yoongi dan Jimin tinggal di bawah naungan yang sama. Keputusan itu sudah berlangsung selama lima bulan.
Pendekatan dua bulan ternyata tidak membuat Jimin ragu untuk menerima Yoongi sebagai kekasih. Hari-harinya usai melepas status jomlo pun lebih berwarna. Kotak pesannya juga ramai dengan kalimat manis yang mampu mendebarkan hati.
Sementara bagi Yoongi, sosok Jimin ternyata pemuda yang lebih dari sekadar manis. Jimin ternyata tipe kekasih yang manja. Bukan manja yang merepotkan, tetapi manja yang mampu membuatmu gemas. Yoongi sempat berkelakar apakah ia harus sering kontrol ke dokter untuk mengecek kadar gulanya karena sang kekasih yang begitu manis, baik sikap maupun sifat.
Termasuk sikap manis Jimin pada malam hari ini. Ketika membuka pintu usai pulang kerja, Yoongi disuguhkan pemandangan Jimin yang membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin menyala di ruang tamu. Ah, ia bahkan lupa jika hari ini adalah tanggal kelahirannya.
Suara merdu melantun dari bibir Jimin yang menyanyikan lagu ulang tahun. Tanpa melihat posisi tasnya yang diletakkan di sofa, Yoongi berjalan menghampiri Jimin. Matanya bergantian menatap lilin menyala yang berjumlah sembilan dan wajah Jimin. Hingga bait terakhir pada lagu, kue ulang tahun diangkat lebih dekat ke wajah Yoongi sebagai tanda supaya ia meniupnya.
"Selamat ulang tahun, Yoongi Hyung ... aku berdoa semoga kau selalu dikelilingi kesehatan dan kebahagiaan. Juga apa yang menjadi keinginanmu segera terwujud."
Yoongi tidak bersuara, tetapi dalam lubuk hati, ia mengaminkan doa yang dipanjatkan kekasihnya. Ia raih pipi Jimin kemudian mendaratkan ciuman di kening. Jimin sendiri refleks menutup mata merasakan ciuman kening yang terasa hangat hingga menjalar ke hatinya.
"Terima kasih, Jimin," kata Yoongi setelah menjauhkan kepalanya. "Aku bersyukur dan bahagia bisa menghabiskan momen ini denganmu lagi."
"Sama-sama, Hyung. Nah, sekarang saatnya memotong kue." Jimin kemudian meletakkan kue itu ke meja ruang tamu. Ia duduk, lalu matanya menoleh ke Yoongi sambil tangan menepuk ruang kosong di sebelahnya.
Sama seperti tahun kemarin, yang hanya dirayakan dua orang, potongan kue pertama selalu Yoongi berikan untuk Jimin. Ia memotong kue menjadi ukuran lebih kecil membentuk segitiga. Setelah itu, mengambil sendok--yang sudah disiapkan--untuk menyuapi Jimin.
"Hem ... enak dan manisnya pas. Lain kali aku akan ke toko kue itu lagi."
"Manis?"
Jimin mengangguk mantap. "Hyung harus mencobanya."
"Baiklah."
Iris jelaga Jimin membola. Ia meminta Yoongi untuk memakan kue ulang tahun, bukan malah mencium bibirnya. Namun, lambat laun Jimin akhirnya membalas. Ia juga sengaja membuka mulut agar Yoongi bisa bergerak lebih leluasa saat menginvasi bibirnya.
Saat Jimin mengatakan manis, muncul ide di kepala Yoongi untuk mencicipi kue tersebut melalui bibir kekasihnya secara langsung. Benar apa kata Jimin, kuenya memang manis. Apalagi dinikmati dengan cara seperti ini.
🍰
Tubuh Jimin bergerak naik turun secara konstan dan pelan akibat kegiatan Yoongi yang mengentaknya. Setengah jam yang lalu, mereka sama-sama menanggalkan pakaian yang sekarang berserakan di lantai kamar. Kejutan ulang tahun tadi telah beralih menjadi olahraga panas sepanas api lilin yang ditiup Yoongi.
Bibir bawah yang digigit digunakan Jimin untuk mengurangi suara desahannya. Meski sering melakukannya, tetapi rasa gugupnya masih sama seperti melakukan pertama kali. Yoongi selalu berhasil membuatnya kacau di bawah belengguannya. Ia sadar bahwa di sana, ada mata yang menatapnya intens. Entah kenapa Jimin ingin menantang kegugupannya dengan melihat mata itu.
Pertemuan sepasang kelereng hitam itu rupanya menurunkan ritme Yoongi yang menginvasi liang Jimin. Dua-duanya sempat saling terpesona dengan keadaan mereka saat ini. Rambut basah Yoongi akibat keringat yang menjuntai dan mimik Jimin yang polos sekaligus menggoda.
Tidak tahu pasti apa penyebabnya, tahu-tahu pasangan yang tengah bercinta itu tertawa pelan bersama. Pun perlahan-lahan, Yoongi kian merundukkan kepala ke ceruk leher pujaan hatinya, sedangkan Jimin mengalungkan kedua tangan. Tempo tusukan yang ditambah menimbulkan remasan tangan Jimin pada rambut Yoongi.
"Di sana, hem?"
Pelukan tangan nan erat dan kaki yang merapat di pinggangnya dianggap sebagai jawaban oleh Yoongi. Namun, sebelum menembakkan maninya, Yoongi melepas paksa tangan Jimin. Ia ingin melihat wajah Jimin saat pelepasan.
"Lihat aku, Sayangku ...."
Jimin menurut. Tangannya terkulai di atas kepala yang ditahan Yoongi. Alarm peringatan tembakan kian terasa dan Jimin tak bisa menahannya lagi. Mata berairnya memohon pada Yoongi seolah meminta pelepasan yang sempurna.
"Yoongiiiihhh ...."
Jimin akhirnya mengalami pelepasan. Saat itulah Yoongi harus membagi konsentrasinya antara yang di bawah dan tangan Jimin. Tidak lama, tembakan di dalam tubuhnya dirasakan Jimin. Ia terlalu lelah dan saat ini tidak bisa berpikir ke depan selain merasakan kelelahan yang bercampur kenikmatan dari sebuah batang. Pria 29 tahun itu mungkin juga tak sadar dengan cincin mahal yang telah tersemat di jarinya.
Yoongi memasangkan cincin itu saat Jimin menembakkan cairannya. Setelah istirahat sejenak, ia akan melanjutkan rencananya yang ingin melamar Jimin. Hal itu pulalah yang menjadi faktor kenapa belakangan ini ia terlihat banyak pikiran hingga melupakan hari ulang tahunnya. Padahal tanpa Yoongi ketahui, Jimin tidak hanya sekadar memberinya nomor telepon. Ia telah menyerahkan hati dan tubuhnya untuk pria itu.
End
Selamat ulang tahun, Min Yoongi.
Semoga tahun ini bisa memandang piala Grammy dalam genggamanmu kemudian menciumnya.
Terima kasih sudah singgah ke Chorus ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
Fiksi PenggemarChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...