51. Indestructible || Extra

750 92 20
                                    

—Warning—

—Please, Be Wise!—

*

*

*

Jimin menatap sanksi pada Yoongi dengan sosok gadis kecil yang menangis di pangkuannya. Siapa yang dengan berani membuat buah hatinya menangis? Jimin mengedarkan pandangannya mencari si pelaku. Ia yakin jika tersangkanya adalah Kim Yeonjun.

Matanya mengarah pada pergelangan tangan yang digenggam seseorang. Yoongi tersenyum lembut sebagai isyarat supaya Jimin menahan amarahnya. Ia tahu betul sifat Jimin yang mudah emosi jika berkaitan dengan putri tunggal mereka, Min Sarang. Jimin tidak membiarkan siapa pun membuat putri kesayangannya menangis.

"Sarang, katakan pada papa, siapa yang membuatmu menangis?"

"Junnie Oppa."

Sesuai dugaan Jimin. Sambil menahan emosinya, Jimin berusaha menggali informasi. "Apa yang Junnie lakukan sampai Sarang menangis?"

"Junnie Oppa bilang, Junnie Oppa menyukai Sarang. Junnie Oppa ingin menikah dengan Sarang." Penjelasannya terjeda karena gadis cilik itu kembali menangis. "Junnie Oppa bilang menikah tidak tinggal sama papa dan appa. Sarang tidak mau berpisah dengan papa dan appa."

"Sarang bertanya pada Yeonjun, menikah itu apa? Yeonjun menjawab jika menikah adalah tinggal berdua dalam satu rumah. Tidak dengan orang tua lagi," lanjut Yoongi.

Jimin akhirnya menangkap poin permasalahannya. Yeonjun yang baru genap tujuh tahun seminggu yang lalu, tentu masih kesulitan menjelaskan arti pernikahan yang sesungguhnya pada Sarang yang usianya baru lima tahun.

"Tenanglah, Sayang. Appa dan papa akan selalu bersama Sarang. Bahkan ketika Sarang sudah menikah nanti," hibur Jimin.

"Tidak berpisah?" tanya Sarang yang masih sesenggukan.

"Tidak."

Setelah itu, Sarang turun dari pangkuan appa-nya. Gadis cilik itu ingin kembali bermain ke rumah Yeonjun yang bersebelahan persis dengan rumahnya.

"Hati-hati, Sarang."

"Siap, Papa ...."

"Bukankah Sarang mirip denganmu?" celetuk Yoongi.

"Tentu saja mirip. Sarang anakku."

Yoongi tersenyum simpul. "Ya, kalian sama-sama manis. Sarang juga mirip denganmu saat kau masih muda. Sering bermain ke rumah tetangga."

"Itu menandakan bahwa hubungan sosial kami baik dengan lingkungan sekitar. Tidak seperti appa-nya yang mengurung di kamar."

Yoongi menoleh ke arah suaminya. "Hei, siapa yang mengurung diri di kamar? Ada yang iri denganku karena menyebutku punya banyak teman, sedangkan si penyebut hanya memiliki dua kawan."

"Oh ... setidaknya aku tidak mencium sahabatku sendiri hanya untuk membantunya keluar dari hubungan toxic." Jimin tersenyum remeh untuk Yoongi. Sementara Yoongi tidak habis pikir jika olok-olokan ini kian melebar ke mana-mana.

"Kenapa, Tuan Produser? Kau tidak bisa melawanku?" ejek Jimin.

"Park Jimin—"

"Kebetulan sekali kalian di depan," potong Ibu Yeonjun, Kim Taehwi, dari teras rumahnya.

"Ada apa, Noona?" sahut Jimin.

"Kami sekeluarga akan ke taman hiburan bermain. Apa Sarang boleh bergabung?" izin Taehwi.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang