2.Bunda marah

1K 166 69
                                    

Happy reading

Di dalam mobil, hanya ada keheningan. Tak ada satupun yang membuka suara. Avi takut, takut jika kakaknya itu memberitahu kejadian tadi kepada Lusi-bundanya.

Mobil berhenti tepat di kediaman Darmono. Avi segera membuka pintu dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Roy yang terdiam di mobil sambil menghela napas sejenak.

"Assalamualaikum, Avi pulang..." salamnya dan langsung di sambut keterkejutan Lusi.

"Loh? Kok kamu udah pulang?" tanya Lusi bingung. Ia sangat tau jam pulang sekolah putrinya.

Melihat Roy yang menyusul di belakang membuat Lusi menyimpulkan bahwa Avi pulang bareng putranya itu. "Kamu pulang bareng Roy? Apa yang terjadi?"

Roy menatap bundanya itu sebentar, lalu segera duduk di sofa. "Roy? Ada apa?" lagi-lagi Lusi bertanya.

"Tanya aja tuh sama putri kesayangan bunda," ucap Roy.

"Avi? Kamu kenapa? Jangan diam aja dong! Bunda khawatir ini,"

Hanya isakan yang terdengar dari mulut Avi membuat Lusi semakin kebingungan.

Roy menghela napas panjang lalu mulai membuka suara. "Putri bunda hampir aja dilecehkan."

Mendengar itu sontak kedua mata Lusi membulat sempurna. Terkejut? Tentu saja.

"APA?!!" pekik Lusi seraya melepaskan pelukannya dan menatap meminta penjelasan kepada Avi.

"Avi! Apa itu benar?!"

Tak ada jawaban. Avi terlalu takut menatap bundanya saat ini.

"JAWAB BUNDA AVIVA!" bentakan Lusi sukses membuat Avi menegang.

"I-iya bunda..., Avi takut. Masa depan Avi hampir aja hancur..." Bahu gadis itu bergetar hebat diiringi isak tangis yang masih terdengar.

"Kenapa bisa? Gimana ceritanya?" Avi terus saja menangis membuat Lusi tak tega. Ia menuntun putrinya itu untuk duduk di sofa.

"Coba kamu cerita sama bunda pelan-pelan." pinta Lusi dengan tangan yang terus mengelus punggung Avi lembut.

"Jadi Avi lagi di toilet. Terus Avi dengar suara orang yang nyuruh ngunci pintu. Avi liat ada tiga kakak kelas yang masuk di toilet bund, dan di toilet hanya ada Avi sendiri. Mereka nyentuh tangan Avi dan mencoba melakukan hal yang tak senonoh bundaa... kalau aja kak Roy nggak datang maka Avi, Avi udah..."

Avi tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia trauma. Bayang-bayang kejadian tadi di sekolah itu kembali membuatnya takut. Lusi langsung menarik Avi kedalam dekapannya dan mencoba menenangkan. Sedangkan Roy, cowok itu sudah menahan amarahnya saat mendengar cerita dari sang adik. Ia berjanji akan membuat sang pelaku yang berani menyentuh adiknya mendapat balasan.

"Udah sayang, jangan takut. Bunda dan ayah akan menindak lanjuti kasus ini."

"Iya bunda. Jika pihak sekolah tidak bertindak, maka kita yang harus turun tangan." timpal Roy.

"Karena bukan hanya ini saja yang mereka lakukan pada Avi. Tapi juga penganiayaan." ucapan Roy tiba-tiba membuat Avi terkejut. Begitupun juga dengan Lusi.

Dari mana kakaknya itu tau? Apa selama ini dirinya di mata-matai oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya?

"Penganiayaan? Maksud kamu?" tanya Lusi tak mengerti dengan ucapan Roy.

"Bunda nggak tau aja kalo selama ini Avi nggak punya teman di sekolah. Dia dijauhi dan dibenci sama teman-temannya sendiri."

"Benar 'kan Avi?"

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang