3.Debat

967 158 66
                                    

Happy reading

Pagi ini Aviva tengah duduk di balkon
sambil membaca novel kesayangannya, hari ini ia sangat bahagia karena mulai besok ia akan memasuki sekolah baru, dan meninggalkan sekolah lama.

Aviva baru saja mendapatkan kabar bahwa dirinya terbukti tidak bersalah. Dan ketiga kakak kelas itu sudah di keluarkan dari sekolah. Lalu apa Avi akan kembali lagi ke sekolah itu?

Walaupun dirinya dinyatakan tidak bersalah, tapi ia yakin bahwa para siswi SMA Radika tidak akan percaya dengan hal itu. Mereka akan terus membully dirinya habis-habisan dan tidak akan melepaskan dirinya.

"AVIVA! TURUN! MAKANAN SUDAH SIAP!" kalian pasti sudah tau siapa yang akan berteriak seperti itu.

"IYA, IYA!" balas Avi ikut berteriak.

Aviva segera menutup bukunya, dengan berlari menuruni anak tangga dan bergabung bersama ayah, bunda, dan juga Roy yang sudah duduk manis di meja makan.

"Good morning ayah, bunda."

"Morning say—" baru saja Dimas ingin membalas ucapan Avi. Lusi langsung memotongnya dengan desisnya.

"Morning, morning! Kenapa baru turun?! Nanti di teriakin baru mau turun, iya?!"

Avi menyengir lebar. "Maaf bunda, Avi tadi lagi baca buku."

"Alasan!" Lusi meraih piring dan mengisi segala macam lauk.

"Masih pagi bundaku, jangan marah-marah." bujuk Roy.

"Cakep kak!" puji Avi memberikan dua jempol untuk kakaknya itu.

"Udah, sini duduk makan!" titah Lusi pada Avi.

Avi segera duduk dan mengambil piring. Melihat begitu banyak lauk membuat kedua mata Avi berbinar. Tanpa ba bi bu dia segera mengisi nasi dan berbagai macam lauk ke dalam piring.

Avi memang memiliki tubuh yang bagus dan juga langsing. Porsi makannya juga banyak. Walaupun begitu, badannya tidak pernah berubah dan masih sama saja. Jadi, dia tidak takut dengan berat badannya yang akan naik.

"Makan pelan-pelan, kamu makan kayak orang dikejar!" tegur Lusi.

"Iya bunda, Avi nggak bakal kenapa-napa kok. Avi—uhuk uhuk!"

"Air, mana air!" Avi menjerit mencari air.

"Mati gue, m-mati!"

Roy mengambil segelas air lalu memberikannya kepada Avi. "Nih."

Avi segera meraih air itu dan meneguknya hingga tandas. "Ahh... legah!"

"Makanya, lain kali kalo makan pelan-pelan. Cewek itu kalau makan harus anggun, nggak malu apa sama suami kamu nanti?"

"Avi masih sma bunda, kok udah bahas suami sih, pacar aja belum punya, udah bahas suami."

"Diingatin sayang, siapa tau nanti ada orang yang tiba-tiba lamar kamu."

"Yaelah, gini yah bunda, ehem, kalo udah cinta apapun yang ada dalam diri pasangan kita, pasti kita suka."

"Sok-sokan jadi pakar cinta lo!" celetuk Roy.

"Iya, itu kalo cinta. Kalo nggak cinta gimana? Entar dia malah jijik sama kamu!" timpal Lusi dengan ekspresi seolah-olah jijik beneran.

"Nggak mungkin dong, Avi nikah sama orang yang nggak Avi cintai!"

"Tau dari mana?"

"Masa depan nggak ada yang tau Avi, apa yang terjadi di esok hari aja kamu nggak tau." ujar Lusi.

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang