28.Tercyduk

359 62 1
                                    

Happy reading

Malam kini sudah berganti pagi. Matahari yang masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Langit yang menyapa dengan harapan barunya bersama dengan angin yang seolah berbisik menyampaikan pesan selamat pagi!

Gadis dengan piyama bergambar keroppi masih setia bergelung dengan selimut sambil memeluk boneka gurita besarnya yang masih enggan untuk membuka matanya. Kenyamanan akan kasur dan selimut yang membungkus sebagian tubuhnya itu seakan membius untuk tidak bangun.

Tok tok tok

Ketukan pintu yang berasal dari luar itu, seakan tak membuat tidurnya terusik. Dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada sebuah guling di sampingnya.

"AVI!" teriak Roy dari luar.

Roy mengetuk lagi. Namun hasilnya sama saja. Sampai akhirnya ketukan itu menjadi gedoran keras pada pintu kamarnya.

"Avi bangun! lo udah telat!"

Ceklek

"Ck! Sialan! Ternyata pintu dia gak terkunci dari tadi?!" ujarnya kesal.

Laki-laki itu melangkah mendekati kasur adiknya yang masih asik tidur nyenyak. "Dasar kebo!"

Roy membangunkan Avi dengan cara menggoyangkan lengan gadis itu. "Bangun!"

"Enghhh ...."

Bukannya bangun, Avi malah mengganti posisi tidurnya dengan memunggungi Roy. Roy berdecak kesal karena adiknya itu sangat sulit di bangunkan andai saja yang membangunkannya adalah Lusi maka pasti gadis itu sudah terkena hantaman rotan dan diomeli habis-habisan.

"Makanya kalo malam itu, tidurnya cepat! Jangan begadang baca novel mulu!"

"Perempuan gak boleh bangun kesiangan! Perempuan itu bangunnya pagi karena harus ngurus rumah, ngurus anak, suami, makanya harus dilatih sejak dini!"

"Satu hari aja kamu begini di rumah mertua kamu nanti, bunda yakin kamu akan langsung di usir dari rumahnya."

Begitulah sekelebat ingatan Roy saat Lusi mengamuk dan mengomeli adiknya habis-habisan. Selalu saja pembahasannya tak jauh-jauh dari 'rumah tangga' Roy jadi merasa iba pada adiknya itu.

Astaga! Karena mengingat kemarahan Lusi membuat Roy lupa akan tujuannya untuk membangunkan Avi. Roy berdecak kesal jika cara halus tidak bisa membuat adiknya itu bangun, maka cara sedikit kasar haru di coba. Yah, sedikit.

Roy mengambil  bantal guling satunya lagi kemudian ia memukulkan benda empuk itu ke punggung Avi.

"BANGUN WOY! BANGUN DASAR KEBO!" pekik Roy terus memukul Avi dengan bantal itu.

Avi yang merasa kesakitan sekaligus terusik karena suara keras kakanya akhirnya membuka mata dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.

"Apaan sih lo, ah! Gue ngantuk..." ucapnya di akhir kalimat mata Avi kembali tertutup.

Roy gemas melihat tingkah Avi. Saking gemasnya Roy mencubit lengan Avi dengan kukunya yang sudah ia koleksi sejak lama.

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang