Happy reading
Avi baru saja selesai menyiram tanaman miliknya di halaman depan. Walaupun ada berbagai macam jenis bunga terdapat di sana, ia tidak merasa lelah untuk menyirami bunga-bunga kesayangannya itu.
Ya, Avi memang menyukai bunga. Turunan dari bundanya. Jika ada waktu luang ia akan pergi ke toko bunga, membeli beberapa bunga untuk ia tanam di halaman rumahnya. Hitung-hitung untuk menambah koleksi bunganya.
Avi melangkah ke arah Yoga yang saat itu tengah memotong rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar bunga Avi.
Tentu saja Avi yang menyuruhnya.
"Tuh masih ada rumputnya. Itu lagi di sana." seru Avi sambil menunjuk rumput-rumput yang masih terlihat agak panjang.
"Berisik! Mendingan lo bantuin gue buat cabut-cabutin nih rumput." cetus Yoga dengan wajah kesalnya.
"Dih, ngapain juga. Itukan tugas lo. Tugas gue tadi udah selesai nyiramin bunga yaa!"
"Gitu aja gue juga bisa kali kalo cuman nyira-nyiram doang. Lo kalo ngasih tugas yang bener dikit dong, masa gue disuruh motong rumput. Mana cuma pake gunting lagi. Gak sekalian apa pake potong kuku?"
"Gitu aja ngeluh. Kalo gak ikhlas bantuin yaudah, sana-sana, biar gue aja."
Avi menggeser posisi Yoga yang sontak mendapat pelototan tajam dari laki-laki itu.
"Katanya lakik, di suruh motong rumput aja ngeluh, cih!" cibir Avi mulai memotong rumput yang masih terlihat agak panjang. Namun perkataannya tadi masih dapat di dengar oleh Yoga.
Cowok itu mendengus lalu kembali berjongkok di sebelah Avi, mencoba mengambil gunting di tangan Avi yang digunakan untuk memangkas rumput.
"Ngapain sih?!" dengus Avi jutek.
Yoga menghela napasnya sabar. "Iya, iya, maaf gue salah. Gue pengen bantuin lo motong rumput, boleh kan?"
"Gak usah kalo ujung-ujungnya lo gak ikhlas."
"Gue ikhlas kok." Cowok itu tersenyum. Avi melirik cowok itu sekilas, kemudian ia memberikan gunting itu pada Yoga.
"Yoga." Panggil Avi membuat Yoga menoleh sekilas padanya. "Kira-kira kakak gue bakalan di hukum penjara gak ya?"
Yoga menghentikan kegiatannya sejenak. "Kemungkinan besar seperti itu." Kemudian kembali melanjutkannya.
Terdengar gadis itu menghembuskan napasnya berat.
"Kenapa?" Yoga menatap gadis itu. "Sedih?" tanyanya menebak dari ekspresi wajah Avi yang sudah berubah.
Avi lantas mengangguk. "Gue gak nyangka aja hal kayak gini bisa terjadi. Apalagi menyangkut kakak gue. Ngebayangin dia di penjara bikin gue sedih."
"Bukannya lo sendiri yang mau dia tanggung jawab atas kesalahan yang dia buat?"
"Emang iya. Gue gak mau kakak gue keliatan buruk karena gak akuin kesalahan yang dia perbuat. Tapi biarpun begitu, sebagai adiknya gue tetep aja ada rasa sedih sekaligus bersalah sama dia."
"Jangan sedih. Lo gak mau bang Roy terlihat buruk kan? Dengan dia mau ngakuin kesalahannya itu ngebuktiin kalo lo berhasil. Dan untuk hukuman yang akan dia terima nantinya anggap aja sebagai cara lo membantu bang Roy.
Kemudian cowok itu mengacak rambut Avi yang hanya di ikat asal-asalan dan sudah basah karena keringat. "Jangan sedih-sedih lagi. Gue gak suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY COUSIN MY HUSBAND [End]
AcakIni bukan kisah perjodohan antara CEO tampan, ataupun geng motor terkenal di kotanya. Ini hanyalah kisah sederhana di mana sebuah perjodohan itu mengarah ke seorang gadis dengan laki-laki yang notabenenya adalah sepupunya sendiri! --- "Dunia emang s...