48.Rencana

298 52 0
                                    

Happy reading

Malam ini Lusi sedang berada di balkon kamarnya menikmati indahnya malam dibawah terangnya cahaya bulan membuat suasana malam ini terasa damai dengan langit dipenuhi hiasan ribuan bintang berkilau.

Dengan menggunakan dress putih polos tanpa make up ditambah wig yang tergerai bebas membuat paras wanita dengan dua anak itu tidak luntur sedikitpun. Angin malam pun ikut menyempurnakan kecantikan Lusi dengan menerbangkan rambut palsu yang tergerai itu bergerak kesana-kemari membuat paras cantik nan anggun begitu keluar dari dalam diri wanita yang sudah menginjak usia 41 tahun itu.

"Bagaimana caranya memberitahu Avi tentang ini?" batin Lusi bimbang.

Sejak tadi Lusi terus saja memikirkan persoalan di cafe tadi siang dimana dia mengatakan ingin menjodohkan Avi dan juga Yoga.

Flashback on:

"Aku ingin menjodohkan Avi dan Yoga."

Hening sejenak

"Hahahaha!"

Lisa tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, dan jangan lupa tangannya ikut memukul-mukul meja.

"Apa yang lucu?" Lusi memandang aneh Lisa.

Di sela-sela tawanya Lisa berkata, "Lelucon macam apa ini? Apa kau sudah gila?" Lisa kembali tertawa.

"Aku tidak gila! Aku serius Lisa!" tegas Lusi.

Tawa Lisa mereda. Dia memperhatikan wajah Lusi yang terlihat serius. "Bagaimana bisa kau berpikir ingin menjodohkan mereka?"

"Aku juga tidak tahu. Tapi... aku menginginkan hal itu. Aku ingin saat aku pergi nanti, akan ada yang menjaga Avi."

"Pikiranmu terlalu jauh." Lisa menggeleng. "Apa kau pikir menikah itu mudah? Itu bukan permainan Lusi." tekan Lisa pada setiap kata.

Lisa kembali berkata, "Yoga dan Avi masih sangat muda. Bagaimana bisa mereka menikah dalam umur seperti itu? Apalagi kita semua tau kalo Avi dan Yoga tidak pernah akur dan selalu saja bertengkar. Lalu bagaimana jika mereka menjalani rumah tangga? Mungkin satu hari saja mereka sudah ke pengadilan mengajukan perceraian."

"Aku juga mengerti soal itu. Tapi aku mengenal Yoga. Walupun mereka selalu saja bertengkar, tapi ada sisi lain yang tidak bisa kau lihat dari putramu Lisa. Sebenarnya dia peduli dengan Avi. Hanya saja gengsinya terlalu besar untuk menutupi kepeduliannya terhadap Avi."

"Tapi tetap saja itu mustahil Lusi. Mereka berdua pasti akan menolak."

"Kau tidak perlu memikirkan Avi dulu. Pikirkan saja soal penyakitmu itu. Dan jangan kebanyakan berfikir terlalu jauh. Umur bukan di tanganmu Lusi tapi di Tuhan."

"Maka dari itu aku mempersiapkan ini jka sewaktu-waktu aku akan di panggil."

Lisa mendengus kasar. "Kenapa harus Yoga? Dimas adalah ayahnya. Roy juga ada sebagai kakaknya. Mereka berdua pasti akan menjaga Avi."

"Bukan aku meragukan atau tidak percaya pada Dimas dan juga Roy. Tapi, mereka punya kesibukan masing-masing. Dimas mempunyai perusahaan yang sangat besar oleh karena itu dia sering lembur. Begitupun juga Roy, dia sibuk dengan kuliahnya."

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang