70. Pilihan terbaik

378 55 4
                                    

Happy reading

Ketegangan sedang meliputi enam orang yang tengah berada di ruang tengah. Sepulang dari pemakaman, Dimas meminta semuanya untuk berkumpul di rumahnya dengan tujuan untuk menjelaskan awal mula mereka mengetahui penyakit bunda, tentang pengobatan di singapore, sampai rencana perjodohannya dengan Yoga yang ada kaitannya dengan penyakit bunda.

Mendengar semua penjelasan dari ayah, bang Roy, mami, papi, tentang sepengatahuan mereka soal penyakit bunda dan alasan mereka menyembunyikannya membuat Avi hanya diam dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Namun keterdiaman Avi sudah menjelaskan bahwa dirinya benar-benar kecewa dan marah.

"Maaf Avi.. ayah menyembunyikan ini karena ayah tidak mau bunda kamu menghentikan pengobatannya,"

Kira-kira begitulah, alasan mereka semuanya hampir sama. Karena takut dengan ancaman Lusi yang akan menghentikan  pengobatannya. Padahal jika di pikir-pikir cukup mudah untuk Avi membujuk bundanya untuk melakukan pengobatan.

"Semua takut dengan ancaman bunda tapi, salah satu diantara kalian sama sekali tidak ada yang memikirkan perasaan Avi,"

Avi berdiri dari duduknya kemudian hendak pergi namun dihalangi oleh ayahnya.

"Avi ayah—"

"Maaf ayah, Avi hanya ingin sendiri sekarang." ucap Avi memotong perkataan ayahnya lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan lima orang itu di ruang tengah.

Dimas hendak mengejar putrinya namun Yoga langsung datang dan mengatakan,

"Ayah di sini saja, biar Yoga yang nyusul Avi," Dimas mengangguk.

Yoga langsung menyusul Avi yang berlari menuju kamarnya. Kini dia berada di depan pintu kamar Avi yang bercat putih. Dibukanya pintu itu perlahan, kegelapan dan isak tangis langsung menyambutnya. Yoga menghela napas kala melihat gadis yang duduk di pinggir kasur seraya menangis. Terbukti dari bahunya yang bergetar hebat dan isakan yang terdengar saat ia memasuki kamar ini.

Yoga menutup pintu kembali kemudian melangkah mendekati Avi yang sedang menangis di pinggir kasur. Pencahayaan di kamar ini sangat minim dan hanya mengandalkan tampias cahaya bulan yang masuk dari jendela dan gorden yang dibiarkan terbuka. Tapi hal itu tidak mengurangi tajamnya penglihatan Yoga pada mata Avi yang terlihat membengkak akibat menangis.

Avi sadar jika Yoga ada dihadapannya sekarang namun ia tidak memperdulikan hal itu. Kedua orang yang sedang berhadapan itu hanya diam diposisi mereka masing-masing  dan seolah tidak peduli satu sama lain. Namun tiba-tiba Avi dibuat sedikit terkejut dengan perlakuan Yoga yang memeluknya dengan posisi yang sedang duduk di pinggir kasur dan Yoga tengah berdiri di depannya.

"Berhenti nangis, mata lo udah bengkak kayak abis digigit tawon," ucap Yoga sedikit mengejek Avi.

"Lo nggak pandai dalam menghibur." Avi mencibir namu hal itu membuat Yoga terkekeh kecil.

"Gue marah, Ga. Andai saja kita diberitahu dari awal soal penyakit bunda mungkin kita masih sempat untuk ngerawat bunda, ya, walaupun gue tau akhirnya bakal kayak gini. Setidaknya kita nggak punya rasa bersalah karena udah ngerawat bunda di detik-detik terakhirnya." ucap Avi pelan sambil menahan tangisnya. Yoga terdiam sejenak mendengar ucapan Avi.

"Maaf.." lirih Yoga yang masih bisa di dengar oleh Avi.

"Maaf untuk apa? Lo nggak salah, kita berdua yang udah dibohongin disini."

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang