52.Menegur

359 48 0
                                    

Happy reading

Sore ini, tepat di halaman rumah keluarga Darmono Avi sedang melakukan aktivitas dengan menyirami tanaman-tanaman peliharaan Bundanya. Lusi memang suka memelihara bunga. Jika dihitung mungkin lebih seratus tanaman yang berada di rumahnya. Belum lagi tanaman yang berada di halaman belakang seperti cabai, tomat, pohon jambu, apel, ada anggur juga, dan masih banyak lagi.

Sebenarnya Avi malas untuk melakukan aktivitas ini, hanya saja dia sedang bosan dan tidak tau harus melakukan apa makanya ia lebih memilih untuk menyirami tanaman saja.

Sambil bersenandung kecil Avi terus menyemprotkan air itu ke arah bunga-bunga yang terlihat subur dan sangat indah sejauh mata memandang.

"Avi." panggil Roy pada adiknya.

Avi menoleh dengan terus memegangi alat semprot manual yang ia pake untuk menyiram semua tanaman di halaman rumahnya.

"Kenapa?"

Cowok dengan hanya menggunakan celana pendek serta kaos hitam dengan sendal merek shower slides itu maju beberapa langkah.

"Gue mau ngomong." katanya.

"Ngomong aja, gue dengerin." Avi berucap sambil terus melakukan aktivitasnya.

"Soal perjodohan itu..." ucapan Roy menggantung.

"Kalo soal itu gak perlu dibahas. Gue muak dengernya." potong Avi.

"Sebentar aja."

Avi menghembuskan napas kasar lalu menghentikan aktivitasnya. "Oke."

Sudut bibir cowok itu terangkat mengulas senyum. "Ngobrol sambil duduk enak kali ya?" Roy memberi kode.

Lagi-lagi napas kasar lolos dari hidung gadis itu. Dengan malas Avi menggerakkan kaki jenjangnya menuju sebuah kursi yang tersedia disana. Roy pun ikut mendaratkan bokongnya di samping Avi.

"Sekarang apa?"

Roy gemas melihat sikap adiknya itu. Saking gemasnya, Roy malah mengacak-mengacak rambut Avi membuat gadis itu mencebikkan bibirnya kesal.

"Berantakan ihhh!"

"Makanya jangan gemesin."

Avi memutar bola matanya. "Apaan si! Gaje."

Roy terkekeh sebentar. Selang beberapa waktu akhirnya dia berbicara, "Apa lo masih marah sama bunda?"

Avi menatap lurus kedepan. "Gue gak pernah marah sama bunda. Gue hanya gak suka kalo bunda ngambil keputusan gila kayak gini."

Roy meregangkan otot-ototnya sambil bersandar pada kursi. "Tapi bunda ngelakuin itu demi lo."

Avi menoleh ke samping. "Jadi lo setuju sama perjodohan itu?"

"Enggak juga. Gue hanya melihat dari sudut pandang bunda yang khawatir sama lo. Putrinya. Lo tau 'kan kalo gue itu gak bisa selalu ada di samping lo. Gue sibuk dengan kuliah gue."

"Gue paham. Jadi maksud lo, karena lo sibuk jadi gak ada yang ngejagain gue, gitu?"

Roy mengangguk. "Ayah juga sama. Lo tau sendiri gimana sibuknya dunia perusahaan."

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang