21.Taman

378 66 0
                                    

Happy reading

Saat ini Avi membawa Yoga kebelakang kelas cowok itu. Avi melepaskan cekalannya pada tangan Yoga lalu bersidekap dada dihadapan cowok itu.

"Kenapa lo berantem sama Jack?" tanya Avi geram.

Yoga berkacak pinggang ala-ala cowok sambil berkata. "Biasalah, itu urusan cowok."

"Gue butuh jawaban yang benar Yoga," geram Avi.

"Kenapa sih lo pacaran sama cowok kayak begitu?! Kayak gak ada cowok lain aja,"

Kerutan dalam terpatri jelas di wajah Avi. "Maksud lo?"

"Lo bodoh,o itu cuman di jadiin pelampiasan sama dia karena dia-"

"Karena dia gak bisa sama Angel? Itu kan yang lo mau omongin." pungkas Avi.

"Lo tau?"

"Iya. Jack udah ceritain semuaya sama gue." Avi menjeda ucapannya. Ia menghirup udara dalam-dalam.

"Gue gak masalah kalo gue di jadiin pelampiasan sama cowok itu. Karena gue pengen dia keluar dari masa lalunya, Ga. Jadi dia gak mudah, di saat dia jatuh cinta sama cewek yang merupakan sahabat kecil dia sendiri, tapi tiba-tiba lo dateng di kehidupan mereka terus Angel suka sama lo dan kalian malah jadian."

Yoga menatap Avi kesal. "Jadi, lo berpikir kalo gue ngerusak hubungan mereka?"

"Gak sama sekali, itu hak kalian, tapi lo juga gak perlu ikut campur urusan gue. Gue nerima Jack karena itu juga hak gue."


"Goblok lo ya? Bisa-bisanya lo berpikir kayak gitu. Kalo abang lo tau nih, mampus lo."

"Apa gue laporin aja ya, kalo adek kesayangannya ini mau-mau aja dijadiin pelampiasan."

"Dih apaan sih lo main ngadu gak jelas."

"Lo lupa? Kalo gue di suruh buat jagain lo sama bunda dan juga Abang lo!"

"Gue ingat kok. Tapi ini sama sekali gak ada hubungannya sama itu Yoga, ini tentang perasaan gue. Gue baik-baik aja kok."

"Jadi lo jangan pernah usik hubungan gue dan juga Jack. Awas aja!" ancam Avi lalu pergi meninggalkan Yoga sediri.

"Punya sepupu kok bego banget,"

***
Jam istirahat baru saja berbunyi membuat seluruh murid berhamburan keluar kelas. Avi berjalan menuju kelas Jack berniat untuk mengajaknya ke kantin bersama. Setelah perdebatannya dengan Yoga tadi, ia belum sempat bertemu dengan cowok itu.

Sesampainya di kelas Jack, Avi melihat cowok itu tengah merapikan buku-bukunya di atas meja. Langsung saja ia memanggil nama cowok itu.

"Jack!" panggilan Avi tidak hanya membuat Jack menoleh, melainkan beberapa orang yang berada di kelas juga ikut menoleh.

Jack tersenyum kecil melihat Avi yang berdiri di depan pintu sambil melambai-lambaikan tangannya. Ia beranjak dari kursi menghampiri gadis itu.

"Kenapa?" tanyanya pelas karena sudut bibir cowok itu luka.

Avi menatapnya prihatin. "Aku cuma mau ajak kamu ke kantin. Mau gak?"


Dengan senang hati Jack meraih tangan Avi untuk ia genggam. Dan Jack hanya tersenyum melihatnya. Banyak pasang mata melirik ke arah mereka namun, Avi dan Jack seolah tak peduli.

Saat tiba di kantin, Avi memesankan makanan untuknya dan juga untuk Jack. Awalnya Jack menolak, tapi Avi keras kepala dan tetap ingin memesankan makanan untuknya.

"Makasih," ujar Jack.

Avi tersenyum. "Selesai makan kita ke taman ya,"

"Hm,"

***

Setelah selesai makan, keduanya pergi ke taman dan duduk berdua di sana. Avi baru saja datang dari warung membeli kapas, dan juga betadine. Untuk mengobati luka di wajah Jack.

"Sini mukanya," titah Avi.

Jack menurut saja. Avi mulai melakukan aktivitasnya mengoleskan obat itu ke semua luka lebam di wajah Jack. Sesekali cowok itu meringis karena tekanan pada lukanya.

Dalam hati Avi terus mengumpat pada Yoga karena ulah cowok itu wajah Jack jadi babak belur begini. Yoga kalo marah seremnya gak main-main ternyata.

Jack meringis kesakitan saat kapas berbalur betadine itu menyentuh lukanya.


"Eh, sorry, sakit ya?"

"Dikit."

Avi melanjutkan aktivitasnya dengan sedikit lembut. Jack terus menatap wajah Avi yang sedekat ini menambah kecantikan gadis itu.

"Kamu cantik." kata Jack tiba-tiba.

Tangan Avi yang memegang kapas terhenti sambil menatap Jack dan tak sadar bahwa jarak keduanya sangatlah dekat. Suasana seketika canggung.

"Ehem." Avi berdehem lalu menjauhkan tubuhnya.

"Udah selesai."

"Lain kali jangan berantem lagi,"

"Aku gak bakal kepancing kalau Yoga gak mulai duluan."

Mendengar nama Yoga di sebut, membuat hati Avi tiba-tiba kesal.

"Jangan masukin ke hati apa yang Yoga omongin ke kamu, pokoknya jangan."

"Iya."

Jack menoleh. "Kalian bertengkar?"

"Udah biasa terjadi, lagian dia yang salah kok."

"Dia ngomong apaan emang?"

Avi menghela napas berat. "Kamu jadiin aku pelampiasan." jawab Avi to the point.

"Sia*an." batin Jack mengumpat. Ia mulai emosi.

"Tapi-"

"Kamu percaya?" Intrupsinya.

Keduanya saling menatap lama. Sampai akhirnya Avi menjawab.

"Gapapa kalo itu benar, aku-"

"Itu gak benar! Aku sama sekali gak jadiin kamu pelampiasan Avi, aku tulus." tekan Jack

"Dengar Avi," Jack menangkup wajahnya. "Jangan pernah dengerin omongan orang. Semua orang memang tau, kalo aku pernah suka sama Angel tapi, kali ini berbeda Vi. Aku hanya sayang sama kamu. Dan itu kebenarannya."

Avi menatap tepat di kedua bola mata cowok itu. "Can I believe that?"

Jack tersenyum lalu mengangguk. "Trust me."

Jack menarik Avi kedalam dekapannya sambil mengelus punggung gadis itu pelan. Dan Avi merasa nyaman akan hal itu. Ia berharap semoga saja hubungan mereka akan baik terus sampai kedepannya. Yah, semoga.

***

To be continued

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang