Happy reading
Sudah satu bulan Lusi divonis mengidap kanker paru-paru, kondisi tubuhnya tidak bisa dibilang baik dengan badan yang kurus, wajahnya pucat, rambutnya yang tebal kini tipis bahkan kulit kepalanya bisa terlihat. Wanita itu kadang mengalami batuk darah yang cukup parah ditambah rasa sakit ditubuhnya semacam ditusuk membuat Lusi kadang ingin menyerah. Sakit...
Satu fakta, bahwa tidak ada satupun orang rumah yang mengetahui hal ini, kecuali kakanya Lisa. Lusi sangat pintar dalam menyembunyikan kondisinya, bahkan Lisa ingin mengatakan yang sebenarnya pada semua orang, tapi Lusi mengancam tidak akan berobat lagi. Jadi terpaksa Lisa pun ikut tutup mulut. Karena Lisa lah yang selalu menemani adiknya itu berobat bahkan kemoterapi pun Lisa ikut menemani. Apa tidak ada yang curiga dengan kondisi Lusi? Tentu saja ada. Bahkan Avi seringkali bertanya mengapa badan Bunda kelihatan kurus? Kok rambut Bunda tipis?
Tapi jawaban Lusi hanya sekedarnya saja. Dia mengatakan bahwa dirinya tengah menjalani diet, dan untuk rambutnya dia sedang mencoba model gaya rambut terbaru. Dan itu semua hanyalah dusta semata untuk menutupi kebenaran bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.
Lusi tidak sanggup untuk memberitahu kepada suami dan juga kedua anaknya bahwa dirinya tengah sakit. Lusi tidak ingin mereka khawatir pada keadaannya walaupun dia sendiri sangat membutuhkan dukungan dari keluarga kecilnya itu. Dan tanpa disadari, sikapnya yang seperti ini akan memperburuk keadaan dihari kemudian.
"Uhuk uhuk!"
Lusi berlari ke toilet sambil menutup mulutnya menggunakan tangan yang sudah dipenuhi darah segar mengalir dari mulutnya. Sesampainya di toilet, Lusi langsung memuntahkan cairan merah itu di wastafel hingga baju yang ia kenakan pun ikut terciprat darah. Tenaganya terkuras habis, dia duduk memeluk lutut sambil terisak memukul-mukul dadanya sesak.
"Sakit..." lirihnya diiringi tangis.
Brak
Lusi terlonjak kaget saat pintu kamar mandi didobrak secara tiba-tiba oleh Dimas suaminya. Lusi bangkit dan mencoba menutupi bagian bajunya yang terkena darah.
Dimas mulai mendekat. "Sayang, kamu kenapa?"
"A-aku? E-emang aku kenapa?" Lusi terlihat ketakutan.
Bagaimana jika Dimas curiga dan melihat ada darah di bajunya.
"Tadi aku denger kamu batuk-batuk, aku khawatir makanya pintunya aku dobrak." ujarnya sambil membelai pipi Lusi.
"Gapapa kok, cuman batu doang," dalihnya seraya tersenyum seperti tidak terjadi apapun.
"Yakin? Terus kenapa kamu pucat banget? Keringetan juga? Badan kamu juga lemes sayang," Pria itu memberikan pertanyaan beruntun karena cemas melihat kondisi istrinya.
"Aku baik kok, jangan khawatir." jawab Lusi tetap tersenyum menahan rasa sakit ditubuhnya yang tiba-tiba menghampiri.
"Tapi kok—" ucapan Dimas berhenti saat Lusi tiba-tiba menjerit kesakitan lalu tak sadarkan diri.
"Sayang bangun!" Dimas menepuk pipi Lusi namun tak ada hasil.
Atensi-nya terkunci pada bercak darah di pakaian Lusi. "Darah..."
Akhirnya Dimas mengangkat tubuh Lusi dan membawanya masuk kedalam mobil menuju rumah sakit.
***
-Rumah sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
MY COUSIN MY HUSBAND [End]
DiversosIni bukan kisah perjodohan antara CEO tampan, ataupun geng motor terkenal di kotanya. Ini hanyalah kisah sederhana di mana sebuah perjodohan itu mengarah ke seorang gadis dengan laki-laki yang notabenenya adalah sepupunya sendiri! --- "Dunia emang s...