108.Sebuah clue

229 18 2
                                    

Happy reading

Hari ini adalah hari bahagia anak kelas 12, pasalnya hari ini merupakan hari terakhir ujian. Selama satu minggu mereka telah berjuang keras untuk menghadapi ujian akhir ini, belajar hingga begadang, waktu tidur berantakan, bahkan waktu untuk sekedar bermain hanya jika ada waktu saja.

"Sisil kabarnya gimana ya? Udah satu minggu dia gak masuk sekolah, gue jadi makin khawatir, pasti ada sesuatu terjadi sama dia."

Ya, soal sisil masih belum diketahui keberadaanya, dan apa yang terjadi pada gadis itu hingga tidak masuk sekolah untuk mengikuti ujian. Pihak sekolah juga sudah memberi peringatan, bahkan gadis itu terancam tidak akan lulus nantinya.

"Avi, ada hal yang mau gue sama Lola ceritain sama lo. Sebenarnya kita gak boleh ceritain ini sama lo tanpa seizin Sisil, tapi gue rasa lo perlu tau karena lo bagian dari kita juga." cetus Gita tiba-tiba.

Alis Avi terangkat penuh tanya, "Apa yang harus gue tau?"

Gita dan Lola saling pandang beberapa saat kemudian menghela napas berat, "Sisil gak seperti apa yang lo liat selama ini."

"Sisil itu rapuh, Vi, dia itu layaknya ranting yang akan patah pada waktunya." lanjutnya dengan lirih.

"M-maksudnya..?" Avi menatap keduanya bingung penuh dengan tanda tanya.

"Sisil itu gak dianggap sama ibunya dan juga saudaranya. Ya, mungkin bisa dibilang dia udah dibuang sama ibunya setelah kejadian dimana tragedi kecelakaan terjadi hingga merenggut nyawa ayah Sisil. Dan semua keluarganya itu nganggap Sisil sebagai penyebab dari kematian ayahnya sendiri."

Avi mematung, ia tidak menyangka ada cerita seperti ini disekitarnya, bahkan menimpa orang terdekatnya, sahabatnya Sisil. Cewek cuek yang selalu bicara dengan nada ketus itu nyatanya memiliki luka dalam dan cerita kelam dari rumahnya sendiri.

"Gue juga gak tau jelas gimana hal itu bisa terjadi, soalnya Sisil hanya cerita setengah aja selebihnya gue gak pernah tanyain cerita lengkapnya gimana ayahnya bisa kecelakaan, dan keluarganya sampai menganggap dia alasan kematian ayahnya sendiri soalnya gue takut ganggu privasi dia. Tapi yang sedikit informasi yang gue tau selama berteman sama Sisil itu dia punya dua kakak, tapi hanya satu yang masih mau anggap Sisil adiknya dan gak bersikap seperti yang lain yang melihat Sisil itu sebagai pembunuh."

Pembunuh. Satu kata yang membuat pertahanan Avi runtuh seketika, air matanya jatuh, dia yang mendengarnya saja sakit hati bagaimana dengan Sisil yang menjadi wadah kata tak layak itu di lontarkan. Bahkan ia sering mendengarnya dari mulut orang terdekatnya yang bahkan bisa dibilang mempunyai ikatan darah dengannya. Keluarganya sendiri.

"B-bukannya kalian pernah bilang kalo ayah sama ibunya Sisil tuh di luar negeri?"

"Waktu itu kita terpaksa bohong sama lo." Gita menunduk merasa bersalah, "Sumpah Vi, kita gak bermaksud ngelukain perasaan lo kita hanya gak rnak sama Sisil."

"K-kok gue gak pernah tau soal ini?" Suara Avi bergetar.

"Maaf Vi, gue sama Lola gak pernah cerita karena Sisil gak setuju. Dan katanya dia gak mau terlalu banyak orang yang tau tentang kehidupannya, apalagi waktu itu lo masih orang baru diantara kita."

"Hm, bener, selama ini gue sama Gita hanya menjaga privasi Sisil aja, tapi sekarang setelah kita pikir-pikir lo juga harus tau soal ini. Sisil juga sahabat lo kan,"

MY COUSIN MY HUSBAND [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang