1

2.8K 305 53
                                    

Sherry berlari membelah keramaian kota yang padat. Ia bahkan tidak memikirkan teguran dari tiap orang yang ia tabrak. Satu hal yang harus ia lakukan sekarang adalah agar segera sampai ditempatnya bekerja.

Selama berlari, tidak lupa ia mengeluarkan sumpah serapah dalam hati. Bagaimana tidak, seharusnya hari ini adalah jatahnya untuk libur. Namun tadi, bos menelpon dan menyuruhnya untuk masuk kerja karena salah satu pekerja tidak datang dikarenakan sakit.

Sherry sebenarnya tidak keberatan menggantikan temannya, ia bahkan merasa senang jika melakukan itu, karena ia akan mendapatkan tambahan uang. Hanya saja, tidak bisakah bos-nya itu tidak mengancam akan memecat dirinya jika ia tidak datang dalam waktu setengah jam?

Hell!!

Ia saja baru bangun tidur saat wanita tua itu menghubunginya. Sherry melirik jam tangan dan kembali mengutuk dalam hati.

Semoga saja wanita tua itu tidak memecatnya karena datang terlambat.
***

Gadis itu menghela napas lelah. Ia baru saja sampai dan kini mendapat tatapan tajam dari si wanita tua karena ia terlambat,, erm,, tiga puluh menit.

Setelah mendapatkan beberapa omelan, Sherry bergegas menuju kamar ganti untuk mengganti pakaian. Celana jeans dan kaos lengan pendek yang tadi ia kenakan kini berganti dengan dress mini tanpa lengan berwarna silver. Walaupun agak risih dengan penampilan terbuka seperti ini, namun Sherry harus tetap melakukannya demi pekerjaan yang sudah ia jalani selama setengah tahun ini.

Gadis itu memoles wajahnya dengan riasan sederhana. Menggulung rambut secara asal lalu memakai heels. Setelah mematut dirinya sendiri lewat cermin besar diruangan itu, Sherry menyemangati diri sendiri lalu keluar untuk memulai pekerjaan yang menunggu diluar.

"Bukankah hari ini kau libur?" tanya Alan, seorang bartender di klub. Pria jangkung itu tersenyum tipis lalu menuangkan segelas jus kesukaan gadis itu.

"Aku menggantikan Kristen," jawab Sherry. Ia duduk sambil mengamati sekelilingnya dengan malas. Seperti biasa. Klub malam selalu saja ramai.

Alan menyodorkan gelas yang terisi tadi dengan alis berkerut. "Apa Kristen sakit?"

"Seharusnya kau tahu itu jika kau memiliki perasaan lebih padanya."

Alan terdiam. Bagaimana gadis dihadapannya ini tahu tentang perasaan yang ia simpan pada Kristen? Apa perasaannya gampang ditebak semudah itu?

Sherry meminum jus miliknya dengan santai lalu menatap Alan. "Jika kau menyukainya, kau harus mengatakannya langsung Alan. Jangan memendamnya. Kau tentu tahu Kristen memiliki banyak penggemar disini, bukan?"

Alan tertunduk. Ia tahu itu. Kristen gadis yang sangat cantik. Ya, walaupun kecantikan Kristen tidak bisa disandingkan dengan kecantikan alami dari gadis yang duduk dihadapannya ini. Alan tidak memungkiri. Sherry jauh lebih cantik daripada Kristen. Walau tanpa polesan sedikit pun. "Aku hanya ingin ketika aku mengatakan perasaanku, dia berhenti dari pekerjaan ini."

Sherry terdiam. Ia menatap pria tinggi dihadapannya dengan tatapan tidak terbaca. Berhenti dari pekerjaan ini? Apa Kristen bersedia? Jika satu malamnya saja, ia bisa menghasilkan puluhan ribu dollar dari para tamu yang menyewa jasanya. "Kau tahu Kristen bukan? Dia tidak mungkin mau berhenti dari pekerjaannya yang sekarang."

Rahang Alan mengeras. "Aku tahu. Aku mungkin tidak bisa memberikannya puluhan ribu dollar dalam semalam. Tapi jika untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, aku masih mampu."

Sherry meragukan itu. Kristen merupakan wanita glamor. Uang adalah hidupnya. Dia tidak akan tertarik pada pria dengan kantong tipis. Ya, walaupun Sherry akui. Kantong seorang Alan Shawn tidak tipis. Hanya saja Sherry ragu jika Alan bisa memenuhi segala kebutuhan mewah seorang Kristen Barbara.

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang