77

883 172 100
                                    

Suasana di dalam ruangan tiba-tiba hening ketika Dave berjalan masuk sambil menggandeng tangan mungil Azlen.

Tidak ada senyuman bahkan keramahan di wajah pria yang kini dengan santai duduk di kursi tanpa di persilahkan.

Bagi yang mengenal siapa Dave Jhonson seketika langsung menarik putra-putra mereka untuk segera pergi dari tempat ini. Dave membiarkan saja, toh mereka semua akan berurusan dengannya nanti.

Kini di ruangan itu hanya tersisa satu orang anak laki-laki seusia Azlen beserta kedua orang tuanya.

Tidak jauh dari mereka, ada juga hadir beberapa orang guru dan kepala sekolah yang sedang duduk di belakang meja kebesarannya.

"Karena Tuan Jhonson sudah datang, sebaiknya kita bicarakan saja tentang putra anda yang telah lancang memukul putra saya," ucap seorang pria berkacamata sambil menatap Dave dengan angkuh. Ia sungguh tidak mengerti kenapa para orang tua yang menunggu bersamanya pergi keluar tanpa menyelesaikan masalah ini. "Anda mungkin tidak mengenal saya. Tapi saya termasuk orang berpengaruh di negara ini!"

"Lalu kenapa?" Jawab Dave dengan nada santai. Ia menopang wajah dengan sebelah tangan sambil balas menyorot pria di depannya dengan tatapan tak terbaca. "Meskipun kau yang memerintah negara ini, aku tidak takut."

"Sombong sekali!" Kritikan pedas datang dari seorang wanita yang penuh dengan perhiasan menyilaukan mata. "Apa kau tidak mengajari putramu dengan baik?! Dia memukul putraku yang tersayang! Aku sendiri saja belum pernah memukulnya sama sekali!!"

Dave berdecak begitu juga dengan Azlen yang sedari diam mendengarkan. "Aku cukup mengajarinya dengan baik, dia hanya membela adiknya yang di aniaya putramu," jawab Dave.

"Putraku hanya sedang bercanda dengan putrimu, Tuan!" Sanggah pria itu. "Putramu yang nakal malah menganggap itu sebagai hinaan dan langsung menghajar anakku!"

"Bercanda seperti apa yang melukai hati seseorang," gumam Azlen dengan suara sinis. Ia menatap para orang dewasa di hadapannya tanpa takut. "Apa anda pernah bertanya apa yang sudah dia katakan kepada adikku?!"

"Aku hanya mengatakan kebenarannya, Azlen! Kalian tidak memiliki ibu, bukan?!"

Tangan Dave terkepal kuat, rahangnya mengeras ketika mendengar secara langsung ucapan menyakitkan itu. Pantas saja putri kecilnya terluka, ucapan itu bukan hanya menyakiti Azalea, tapi juga menampar wajahnya dengan keras.

"Semuanya harap tenang!" Kepala sekolah menengahi pertengkaran sambil tersenyum ramah. "Saya menghubungi kalian semua ingin mendiskusikan apa yang akan kita lakukan selanjutnya untuk masalah ini. Sebaiknya kita berbincang dengan kepala dingin."

"Tidak perlu berdiskusi, Tuan Feng Shui. Karena aku bisa memastikan mereka juga sedang tidak ingin berdiskusi," jawab Dave dingin. Maniknya menyorot semua wajah di ruangan ini satu persatu sebelum berhenti pada seorang anak laki-laki yang sedang bersembunyi di belakang ayahnya. "Dan untukmu, mengapa kau bisa mengatakan bahwa putraku tidak memiliki ibu?"

"Karena aku tidak pernah melihat mereka di jemput ibu mereka," jawab anak itu dengan raut tak berdosa. "Bukankah itu sama saja dengan dia tidak memiliki ibu?"

"Siapa yang mengatakan padamu bahwa anakku tidak memiliki ibu?" Tanya Dave lagi.

"Hanya menduga. Jika dia memiliki ibu kenapa tidak pernah menjemput setiap pulang sekolah?"

"Siapa namamu, Nak?"

"Bai Qixuan!"

"Apa kau mendapatkan sikap buruk ini dari kedua orang tuamu?"

"Tuan Dave! Kurasa pertanyaan Tuan sudah melenceng jauh! Sikap kurang ajar macam apa itu?!" Hardik ayah Qixuan dengan raut wajah memerah menahan marah.

"Aku hanya sedang bercanda dengan putra anda, Tuan Bai. Lalu kenapa anda marah dengan candaanku?" Tanya Dave tenang. "Jika anda saja marah ketika aku bercanda dengan putra anda, apa aku tidak boleh marah ketika putramu bercanda dengan putriku?"

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang