66

911 171 44
                                    

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Dave merasakan keputusasaan. Sebuah asa yang meluluhlantakkan perasaannya. Hatinya hancur oleh sesuatu yang bahkan tidak pernah ia duga sebelumnya.

Mengesampingkan perasaannya sendiri, Dave masih terus mencari keberadaan Sherry walaupun ia tahu akan sedikit sulit, mengingat Calian Asahavey sering kali berpindah-pindah dalam waktu yang sangat singkat. Pria licik itu suka sekali menghilang di tengah-tengah perjalanan membuatnya kesulitan menebak kemana sebenarnya arah tujuan dari Calian Asahavey.

Walaupun begitu, Dave tidak terlalu peduli. Hatinya bertekad untuk mengambil kembali apa yang memang menjadi miliknya dan itu adalah hal mutlak yang harus terjadi.

"Tuan?"

Sapaan itu membuat Dave yang sedang duduk bersandar menikmati pemandangan indah bunga sakura yang sedang mekar langsung menoleh. "Kau menemukannya?"

David mengangguk kecil sebagai jawaban. "Ya, Tuan. Nyonya saat ini berada di Kyoto."

Dave berdiri. Menyambar jas lalu berjalan melewati David yang mengikuti langkahnya dari belakang.

Saatnya pulang, Sherry.
***

Sherry merindukan Dave Jhonson.

Tiga Minggu telah berlalu dan Sherry masih terus menunggu pria itu menjemputnya pulang.

Berpindah dari satu negara ke negara lainnya dalam waktu singkat membuat Sherry mengerti kenapa Dave membutuhkan waktu yang agak lama untuk bisa menemukan keberadaannya.

Tidak apa-apa. Meski membutuhkan waktu, dirinya akan selalu menunggu karena Dave sudah berjanji akan menjemputnya.

Sherry menatap pemandangan di depannya tanpa minat. Keindahan di depan sana tampak tidak menarik sama sekali. Hatinya merindukan pria itu membuat apapun yang terlewati di depan matanya menjadi tak berarti sama sekali.

Sherry duduk sambil memeluk lututnya sendiri. Menenggelamkan wajahnya sambil berucap lirih. "Kapan kau akan menjemputku, Dave?"

Hari-hari yang terlewat tanpa kehadiran pria itu di sisinya memberikan rasa kosong yang menyakitkan. Dave bagaikan hal mutlak yang harus ada di sampingnya.

Eksistensi pria itu menjadi sebuah kebutuhan yang harus selalu ada.

Mencintai seseorang sedalam itu sebenarnya bisa membuat diri sendiri terluka. Sherry tahu itu. Hanya saja setelah ia meletakkan hatinya pada Dave, rasa itu berkembang secara menakutkan dan ia sendiri tidak bisa menghentikan apa yang sudah di mulai.

"Menangis lagi?"

Kalimat penuh nada sinis itu tak membuat Sherry mengubah posisinya. Ia mengabaikan, hal yang selama ini ia lakukan setiap Calian berada di dekatnya.

"Kau terlalu mencintai pria itu, Andrea," ucap Calian datar. "Kau tentu tahu bukan? Mencintai manusia dalam batas tak wajar akan melukai dirimu sendiri jika cinta itu tak lagi berada di dalam rasa yang sama."

Sherry masih diam. Tanpa Calian katakan pun ia sendiri sudah tahu semua itu.

Melihat tak ada tanggapan sama sekali dari wanita itu membuat Calian menghela napas kasar. Sherry benar-benar mampu membuatnya kehilangan kesabaran. "Kau ingin pulang?"

Pertanyaan itu membuat Sherry seketika berdiri menghadap ke arah Calian yang duduk dengan gaya angkuh sambil bertopang dagu. "Ya!"

Calian terkekeh. Sudah ia duga, pertanyaan kecil itu bisa memberikan efek sebesar ini. Apa kau pikir dia akan menerimamu lagi setelah melihat video yang telah ku kirim padanya, Andrea? Tanya Calian dalam hati. Ia menyunggingkan senyum tipis. "Jangan terlalu berharap, Andrea. Belum saatnya aku mengembalikanmu padanya."

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang