6

1.6K 312 59
                                    

Sherry tersentak ketika mendengar suara ketukan pelan di pintu depan. Gadis yang sedang membaca novel di ruang tamu dengan televisi menyala melirik jam dinding lalu mengernyit. Siapa yang bertamu selarut ini?

Sedetik kemudian ia menghela napas kasar saat memikirkan sebuah kemungkinan tidak menyenangkan. Apakah pria itu sudah pulang?

Sherry memilih mengabaikan ketukan di pintu yang kian detiknya semakin keras terdengar. Gadis itu kembali larut dalam bacaannya dan kembali tersentak saat mendengar bunyi ponselnya yang terletak di atas meja.

Sebuah pesan masuk.

Kau benar-benar tahu cara membuatku kesal, Sherry. Aku tahu kau berada di dalam sana. Buka pintunya sekarang juga atau pintu malang ini akan ku biarkan tergeletak tidak berharga.

Dave Jhonson sepertinya kehilangan kesabarannya membuat Sherry mau tidak mau segera bangkit untuk membukakan pintu. Ia tidak mungkin membiarkan pria gila itu merusak pintunya, bukan?

Saat pintu terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah penampilan kusut Dave yang menatapnya datar.

Gadis itu menimbang. Apa ia harus membiarkan Dave Jhonson untuk masuk atau mengusirnya saja. Tapi sepertinya pria itu memiliki keinginan tersendiri yang tidak bisa dibantah. Tanpa dipersilahkan, Dave sudah lebih dulu memasuki apartemen kecil itu.

"Kenapa kau tidak membuka pintu saat aku mengetuknya?"

"Ketiduran," jawab Sherry berdusta.

Dave mendengkus. "Tapi kau bisa mendengar bunyi pesan masuk. Kau sungguh-sungguh tidak berbakat dalam berbohong," ujarnya sarkas sambil duduk di sofa yang tadi Sherry tempati.

"Apa yang kau lakukan di sini di waktu selarut ini?" tanya Sherry. Mereka tidak sedekat itu untuk memberikan alasan pria itu bisa bertamu seenak hati.

"Aku baru saja pulang dari Dubai," jawab Dave sekenanya. Ia sungguh lelah. Saat mendengar dari David bahwa Sherry membutuhkan bantuannya namun enggan untuk meminta, membuat Dave langsung terbang meninggalkan liburannya yang menyenangkan dan pergi menemui gadis itu setibanya dia di sini. "Apa kau keberatan jika aku meminta segelas air"

Melihat dari wajah lelahnya yang tidak di sembunyikan membuat Sherry mengalah lalu melangkah menuju dapur. Ia membuatkan pria itu segelas susu hangat lalu kembali ke ruang tamu. Meletakkan gelas yang terisi susu di atas meja.

"Aku tidak terlalu suka susu sebenarnya," jawab Dave. "Tapi terima kasih sudah membuatkannya untukku."

Sherry mendengkus. Gadis itu memilih duduk di seberang Dave. Mengamati pria itu yang sedang meminum susu hangat buatannya.

"Sudah puas melihat wajahku?" tanya Dave tanpa melihat. Menikmati hangatnya cairan itu memasuki kerongkongannya.

"Jangan terlalu besar kepala. Aku hanya bertanya-tanya ada urusan apa kau bertamu selarut ini."

"Untuk menemuimu," jawab Dave kalem. Pria itu menyunggingkan senyuman manis yang tidak berpengaruh sama sekali terhadap Sherry. Kadang Dave bertanya-tanya, kenapa pesonanya tidak memiliki efek kepada gadis itu? "Bagaimana kabar ibu-mu?"

Sherry terdiam. Apa perlu Dave melemparkan sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah pasti di ketahui pria itu. "Tidak begitu baik," jawab Sherry pelan. "Belum ada jantung yang cocok untuk ibuku," dan lagi aku tidak memiliki uang sama sekali untuk membiayai semuanya, lanjut Sherry dalam hati.

"Ku dengar kondisi ibumu memburuk setiap waktu. Bukankah kau harus segera mendapatkan donor itu?"

Sherry tahu. Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan selain menunggu? Ia tidak memiliki kekuatan dan bahkan kekuasaan untuk bisa selalu mendapat jalan yang mudah.

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang