67

997 182 54
                                    

OHAYO MINNA😁 APA KABAR NIH? SEMOGA KITA SEMUA SELALU DALAM KEADAAN SEHAT YA, AAMIIN 😚😚😚🤗

GIMANA NIH DENGAN STOK KESABARANNYA? MASIH BANYAK ATAU UDAH NIPIS😁😁😁

PART INI AUTHOR DEDIKASIKAN UNTUK KALIAN SEMUA YANG MASIH SETIA MEMBACA KISAH INI WALAUPUN UPDATE NYA SEBULAN TIGA KALI DOANG HAHAHAHAHA
SAYANG KALIAN SEMUA BANYAK-BANYAK 🤗🤗🤗😚🥰

PLAGIAT DILARANG MENDEKAT 🔪

HAPPY READING DEAR 🥰🥰😘🤗

🌸🌸🌸

"Kau terbangun atau tidak bisa tidur?" Tanya Brian saat melihat Dave yang sedang berdiri diam menghadap jendela besar. Ia sebenarnya ingin mengambil minuman di dapur tapi terhenti saat melihat Dave. Brian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat dini hari lalu berjalan mendekat.

"Tidak bisa tidur," jawab Dave datar tanpa mengalihkan pandangan. Suasana hatinya teramat buruk hingga membuatnya tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Terlebih ada sedikit penyesalan yang singgah di hatinya saat mengingat apa yang sudah terjadi beberapa jam yang lalu.

"Kau tahu Dave?" Tanya Brian lalu duduk di kursi. "Manusia itu terlalu mudah melakukan kesalahan karena terpengaruh akan sesuatu. Dan untuk memperbaiki kesalahan itu, dibuat sulit karena dihalangi oleh ego yang keras."

Dave mendengkus. "Apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku, Brian?"

"Jangan melakukan sesuatu yang akan kau sesali nantinya, Dave," ucap Brian langsung. Rumah yang mereka tempati ini tidak begitu besar dan dirinya tanpa sengaja mendengar semua yang terjadi beberapa jam yang lalu.

"Kau mendengarnya, ya?" Tanya Dave datar, seolah tak peduli. "Aku hanya sedang menghapus tanda yang diberikan oleh pria lain pada tubuh istriku."

Brian menghela napas. Maniknya menyorot punggung sang tuan dengan tatapan tak terbaca. "Kau bukan hanya menghapus tanda, Dave. Kau menghukumnya."

Dave tak menjawab karena apa yang baru saja Brian katakan memang kenyataan yang sebenarnya. Saat itu di dalam dirinya memang ada keinginan yang begitu kuat untuk menghukum Sherry karena telah mengkhianati pernikahan mereka.

Kemarahan membutakan dirinya. Pilihan selain menyakiti tubuh Sherry memang hanya ada itu. Walaupun tidak bisa di pungkiri, dirinya memang sudah melukai wanita itu.

"Dave. Aku memang tidak tahu sebenarnya apa yang telah Calian Asahavey kirimkan padamu. Walaupun aku bertanya pada Mika juga tidak menjawab apapun, tapi semua permasalahan memiliki jalan keluarnya. Apapun itu kau harus mencari kebenarannya terlebih dulu, Dave," ujar Brian memberi nasihat. "Jangan mengambil jalan pintas hanya karena kemarahan. Kau yang paling tahu, penyesalan itu sangat menyakitkan, Dave."

Dave berbalik menatap Brian. Sorot matanya tampak sedih seolah mengungkapkan bahwa perasaannya sedang tidak baik-baik saja saat ini. "Disini aku juga terluka, Brian. Walaupun aku selalu mengatakan bahwa itu semua bukan masalah besar, tetap saja bayangan menjijikkan itu membutakan mata dan juga hatiku."

Entah kenapa saat mendengar ucapan Dave barusan membuat ada sedikit bayangan tentang jawaban dari awal mula permasalahan ini terjadi. "Sebagai seorang teman dan juga bawahanmu, aku hanya bisa mengingatkan, Dave. Apapun itu, jangan terburu-buru dalam membuat keputusan."

"..."

"Kau tahu, Dave. Ada begitu banyak wanita yang menginginkanmu. Mereka menggunakan berbagai macam cara yang baik bahkan licik hanya untuk mendapatkanmu, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mendapatkan tempat di hatimu walau mengorbankan apapun," Brian bermonolog. "Saat kau tiba-tiba memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan yang serius, kau sendiri yang tahu alasan kenapa kau pada akhirnya memilih untuk menikah dengannya. Yang harus kau ingat, di antara kami semua yang mengenal istrimu, mungkin hanya kau yang benar-benar tahu dan memahami seperti apa wanita itu sesungguhnya. Kesampingkan dulu amarahmu lalu lihatlah dia. Benarkah dia mampu melakukan sesuatu yang menyakiti bukan hanya dirimu tapi juga dirinya sendiri seperti ini?"

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang