36

999 201 42
                                    

Setelah memastikan bahwa Sherry sudah tertidur pulas, Dave segera bangkit lalu berjalan keluar kamar.

Seseorang mengundangnya dan ia tentu saja tidak akan menolak undangan itu.

Langkah kakinya menggema di antara lorong yang telah di lalui, pencahayaan yang tidak begitu terang sebenarnya memberikan kesan mistis namun Dave menyukainya. Ia lebih suka suasana seperti ini ketimbang penuh dengan cahaya lampu.

Di depan sana dapat ia lihat seseorang sedang berdiri membelakanginya, menatap langit malam lewat kaca besar yang menjadi penghalang.

Dave berjalan mendekat. Ia berhenti disebuah kursi yang tidak jauh dari sana lalu duduk dengan tenang. "Katakan apa yang ingin kau tahu. Aku tidak bisa meninggalkan istriku sendirian di tempat asing seperti ini," ucapnya dengan nada malas.

Calian mendengkus lalu berbalik. Ia menyorot Dave datar tanpa ekspresi sama sekali. "Aku hanya ingin tahu kenapa kalian bisa sampai terdampar di tempat ini. Penjelasan Andrea tadi benar-benar membuatku tidak percaya mengingat dia tidak menyukai kegiatan menguji adrenalin seperti itu."

"Ketertarikanmu pada istriku cukup mengganggu, Asahavey," Dave mengulas senyum tipis. Maniknya balas menyorot tak suka pada pria di depannya. "Sebaiknya kau tahu batasanmu karena aku tidak akan pernah sungkan meskipun kau sahabat baik istriku."

"Kau pikir aku akan takut dengan semua ancaman yang kau layangkan padaku, Jhonson?" Calian tersenyum mengejek. "Kita berdua mungkin adalah pria dengan tingkat kewarasan paling berbahaya. Sama sepertimu, aku juga tidak akan sungkan mengambilnya bahkan jika dia sudah menikah denganmu."

Hening, Dave berkedip beberapa kali sebelum terkekeh. Mendapatkan lawan seperti ini membuatnya cukup merasakan kesenangan yang menghibur. "Aku sungguh kagum akan kepercayaan dirimu yang entah datang dari mana itu. Merebutnya dariku itu harus mempertaruhkan nyawamu, Asahavey. Kau bersedia?"

"Tentu saja. Mau bertaruh dengan,-" ucapan Calian terpotong saat sebuah pisau melayang ke arahnya menggores wajahnya dengan cepat. Ia menyorot Dave lalu menyunggingkan senyum sinis.

"Aku tidak suka bertaruh atas nama istriku, Asahavey. Sebaiknya kau berhati-hati karena pisau itu tidak akan meleset untuk yang selanjutnya."

Calian tertawa keras. Ia mengusap pipinya yang berdarah lalu menjilatinya dengan senyum mengerikan. Sungguh tak terduga jika Dave Jhonson datang menemuinya dengan sebuah hadiah menyenangkan. "Keberanianmu itu perlu di acungi jempol, Jhonson. Kau bahkan berani melukai tuan pemilik tempat ini."

"Terima kasih untuk pujian tak berarti itu, Asahavey. Jika mau aku bisa meletakkan mata pisaunya agar tepat menancap di jantungmu."

Keduanya saling menumbuk dalam. Tidak ada senyum lagi di antara mereka. Hawa dingin mulai menguasai tempat ini membuat Dave berdiri lalu berbalik pergi. Ia sudah terlalu lama meninggalkan Sherry yang sedang tertidur lelap. Sebaiknya ia ikut bergabung dengan sang istri di dalam mimpi.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Jhonson!"

Ucapan itu menghentikan langkah kaki Dave. Pria itu menghela napas kasar sebelum menjawab. "Seseorang mengutak-atik jet pribadiku. Meletakkan bom yang bisa meledak jika pesawat berada di ketinggian tertentu."

Berani sekali orang itu berencana menyakiti wanita yang paling berarti dalam hidupnya. Calian mengepalkan tangannya menahan emosi. Maniknya menyorot punggung Dave sinis. "Siapa pelakunya?"

"Aku kecewa kau menanyakan itu, Asahavey. Seharusnya kau bisa menemukan orangnya tanpa bantuan dariku," Dave mengejek dengan nada menyebalkan sebelum melanjutkan langkah meninggalkan Calian Asahavey yang sedang membanting vas bunga.

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang