5

1.5K 291 25
                                    

Sherry memilih mengabaikan David yang sedari tadi mengikuti kemana pun langkahnya pergi.

Walaupun tadi ia menolak menaiki mobil mewah yang pria itu bawa, namun tak membuat keinginan menuruti perintah sang tuan menurun. David tetap mengikutinya walaupun saat itu dirinya memilih untuk menggunakan kereta bawah tanah.

Pria itu tampak tak terusik sama sekali. Seolah terbiasa melakukan semua hal yang di lakukan oleh orang biasa.

Padahal Sherry bisa menebak, walaupun David bekerja untuk Dave Jhonson, pria di hadapannya bukanlah pria yang kekurangan uang. Itu semua terlihat dari setelan mahal yang pria itu kenakan.

Helaan napas terdengar. Bagaimana caranya agar ia bisa terlepas dari pria ini? Apa yang harus ia lakukan untuk kabur tanpa menimbulkan keributan.

Memikirkan semuanya membuat kepala Sherry seakan berdenyut tanpa di minta.

"Kau ingin mengikutiku sampai kemana?" Tanya Sherry dengan nada lelah. Mereka baru saja turun dari kereta.

"Kemana pun anda ingin pergi," jawab David kalem. Ia menyodorkan sebotol minuman dingin yang tadi sempat ia beli saat gadis yang ia ikuti tidak menyadarinya.

Kening Sherry berkerut. Kapan pria itu membelinya? Kenapa ia tidak sadar sama sekali? Ck! Andai saja ia menyadarinya, maka dirinya pasti bisa kabur dengan mudah. "Terima kasih," ucapnya enggan namun tetap menerima air yang di sodorkan pria itu.

Tidak baik menolak rejeki, bukan? Terlebih berdesakan di dalam kereta membuatnya kehausan.

Sherry masih berjalan dengan David yang mengikuti dari belakang. Sepanjang jalan gadis itu masih mencoba memikirkan sebuah rencana agar bisa terlepas dari pengawasan tidak di inginkan ini.

Dan sebuah ide cemerlang langsung terlintas dalam benaknya. Ya. Hanya itu kesempatan yang ia punya. Gadis itu mengulum senyum lebar. "Aku ingin membeli beberapa bunga," ujarnya saat melihat toko bunga yang selalu ia datangi.

Sherry melangkah cepat. Ia tahu di belakang, David akan mengikuti kemana langkahnya pergi. Gadis itu memasuki toko bunga yang tidak begitu besar namun memiliki aneka bunga yang tersedia.

Sambil memesan, Sherry melirik pria yang tampak tak memedulikan sekitarnya yang tampak bising. Beberapa karyawan dan bahkan pembeli saling berbisik seolah memuji ketampanan pria itu.

Harus Sherry akui, David memiliki wajah tampan yang mampu membuat para gadis tidak bisa memalingkan wajah saat melihatnya.

Tapi tidak untuk Sherry. Di matanya, pria bernama David itu tidak lebih dari orang menyebalkan.

Sherry menenteng buket bunga mawar putih kesukaan sang ibu lalu melangkah mendekati David. Senyum lebar ia perlihatkan saat memikirkan bahwa rencananya akan berhasil. "Aku ke toilet sebentar."

David mengangguk saja membiarkan Sherry berlalu menuju toilet. Pria itu melirik sekelilingnya sebelum keluar menuju samping toko yang memiliki lorong kecil.

Hanya ada sebuah jendela yang tidak terlalu besar. Ia menunggu dengan tenang seseorang yang sebentar lagi akan keluar melalui jendela itu.

Hal seperti ini sudah sangat sering ia alami. Jika gadis itu bisa berpikir untuk mengelabuinya, maka David akan mengatakan bahwa itu semua percuma.

Tiga puluh detik berlalu namun David tidak melihat tanda-tanda seseorang akan keluar dari jendela yang berada di sampingnya. Apa gadis itu benar-benar ingin pergi ke toilet?

Tapi kenapa harus membawa bunga yang di beli ikut serta? Bunga itu bisa di titipkan kepadanya, bukan?

Tiga puluh detik kemudian, David merasakan perasaan tidak enak. Ia bergegas menuju pintu depan dan tidak melihat Sherry sama sekali.

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang