4

1.7K 271 25
                                    

Joshua Alexander benar-benar mengutuk dalam hati pada pria yang saat ini sedang memberikan senyuman tanpa dosa padanya.

Pagi ini Josh bangun karena mendengar suara bel yang di bunyikan secara terus menerus tanpa henti, memaksanya terbangun dari dekapan hangat sang istri. Josh tentu saja mengutuk siapapun yang berada dibalik pintu apartemennya.

Dan saat ia membuka pintu. Josh sama sekali tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia lihat adalah wajah berengsek ketiga sahabatnya beserta semua keluarga kecil mereka.

What the hell!!

"Bagaimana kalian semua bisa sampai kesini?" tanya Josh sambil berusaha menahan diri untuk tidak memberikan ketiganya tinju penuh murka.

Raka menyeringai lebar. Tangannya hampir merasa kebas karena Josh tadi langsung menarik tangannya dan menyuruh Lucas beserta Dave untuk turut serta agar mengikuti ke ruang kerja milik pria itu. Lihatlah. Bahkan di apartemen mewah ini, Joshua Alexander masih memiliki ruangan sendiri untuk bekerja. "Kami hanya ingin berlibur, Josh. Kau terlalu berprasangka buruk kepada kami."

"Dari banyaknya negara. Ya, aku harus berprasangka buruk kepada kalian!" Josh murka. "Kalian hanya ingin menggangguku, bukan?!"

Lucas terkekeh sambil bersedekap dengan gaya menyebalkan. "Aku lebih suka mengganggu istriku ketimbang dirimu, Josh. Jadi berhentilah memasang ekspresi minta di tinju seperti itu."

Josh mengerang frustasi sambil menjambak rambutnya hingga kusut. Bisakah bumi menelan ketiga sahabatnya saja? Sungguh, memiliki ketiganya sebagai sahabat adalah kutukan yang Tuhan berikan untuknya. Sahabat macam apa yang memiliki hobi pengganggu seperti mereka?!

Rencana bulan madu romantis yang Josh rancang kini hancur berantakan berkat kedatangan sahabatnya.

Dave mendekat sambil menepuk pundak Josh. Maniknya menyorot sang sahabat jenaka. "Tidak perlu frustasi seperti itu. Al bahkan begitu bahagia melihat Freya dan Arell."

"Ini pasti ulahmu, bukan?" tatapan Josh menajam. "Hanya kau yang bisa melakukan semua ini, Dave Jhonson!!"

"Seperti kata Raka tadi. Kami hanya ingin berlibur, Josh. Dan kebetulan pilihannya jatuh ke Timur Tengah," ujar Dave tanpa rasa bersalah sama sekali. Senang rasanya melihat ekspresi wajah sang sahabat yang seperti kebakaran jenggot ini.

"Kalian tidak dapat di percaya!" hardik Josh geram.

Ketiganya tertawa membuat Josh hanya bisa mengerang pasrah. Semuanya sudah terjadi dan tidak ada yang bisa ia lakukan untuk itu. "Kalian semua harus membayar ini nanti," ancamnya dengan nada penuh peringatan yang di balas tak acuh ketiganya.

"Bagaimana? Sudah terlihat hasilnya?" tanya Raka penuh ingin tahu. "Kau sudah seminggu berada di sini. Apakah belum berhasil menghamili Aleyna?"

"Bisakah kau melompat dari lantai ini, Rak?" tanya Josh sambil mendengkus. Pertanyaan menyebalkan macam apa itu?

"Etihad tidak terlalu tinggi, Josh," Raka mengedikkan bahu. "Aku lebih suka melompat dari ketinggian yang bisa membuat adrenalinku terpacu."

"Simpan omong kosong itu, Raka Abimayu," Lucas mendengkus lalu duduk di kursi yang tersedia di tempat ini. Maniknya mengamati interior ruang kerja milik Josh. "Sepertinya aku harus membeli apartemen di sini. Jadi nanti aku bisa berbulan madu juga bersama Freya."

"Kau sudah memilikinya di Burj Khalifa, Luc," jawab Dave santai. Ia memilih mengamati pemandangan yang terpapar di depan matanya. Abu Dhabi terlihat panas hari ini.

"Tidak ada salahnya memiliki satu di Etihad," jawab Lucas kalem. Ia menyorot Josh lalu tersenyum lebar. "Kalau bisa aku ingin bertetangga denganmu, Josh."

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang