48

963 195 39
                                    

Pria itu berubah.

Itulah yang selalu Sherry gumamkan dalam hati selama tiga hari ini. Sejak kepulangan mereka dari kediaman Geonandes kemarin sikap Dave benar-benar berubah. Walaupun pria itu tidak bersikap cuek kepadanya tapi Sherry merasakan ada sesuatu yang berbeda dari diri Dave, sesuatu yang membuatnya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Apa pria itu mulai bosan kepadanya?

Sherry yang saat ini sedang duduk di taman samping tepi kolam tertunduk dengan perasaan sakit yang menusuk hatinya.

Mungkin saja pria itu sedang merasa bosan. Selama ini Dave selalu berpura-pura menjadi seorang suami yang baik dan kini pria itu mulai merasa lelah berakting.

Mungkin memang itulah jawaban yang paling tepat untuk menjawab kenapa pria itu bersikap seperti ini.

Sherry mendongak menatap langit cerah siang ini. Angin menyejukkan yang seharusnya bisa menenangkan kini berubah menyesakkan.

Ia selalu tahu, pernikahan tanpa cinta tidak pernah berhasil sama sekali.

Hidupnya nyata, bukan dunia imajinasi seperti dalam novel yang pernah ia baca. Jika di dalam novel pernikahan tanpa cinta bisa berakhir bahagia, maka kisahnya adalah kebalikan dari itu semua.

Sherry menekan dadanya yang terasa nyeri saat memikirkan itu semua. Ia ingin menangis tapi merasa malu untuk memperlihatkannya kepada dunia.

Mencintai seseorang yang tidak memiliki rasa yang sama benar-benar menyakitkan. Ia tahu itu, tapi tetap saja dirinya terjatuh ke dalam lingkaran itu.

Love is blind, huh? Sherry menyunggingkan senyum pahit dengan mata berkaca-kaca menatap langit. Ya, cinta membuatnya buta oleh semua perlakuan manis penuh kebohongan yang dimainkan oleh seorang pria bernama Dave Jhonson.

"Sedang apa?"

Pertanyaan itu membuat Sherry tersentak. Ia dengan cepat mengusap matanya sebelum menoleh ke arah suara yang tadi menyapa.

"Menikmati angin."

"Sepertinya tidak begitu," jawab David sambil mengulum senyum manis. "Saya melihat anda seperti melamun memikirkan masalah yang berat. Untuk itulah saya datang menyapa. Maaf jika tindakan saya membuat anda tidak senang, Nyonya."

"Panggil Sherry saja. Panggilan nyonya membuatku tidak nyaman," terlebih status itu kedepannya bukan milikku sepenuhnya, lanjut Sherry dalam hati.

"Tapi saya lebih tidak nyaman jika memanggil anda dengan nama saja," jawab David sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sherry menghela napas. Sejak awal ia mengenal pria ini, David memang selalu berbicara formal seperti ini kepadanya. "Terserah kau saja."

Keduanya diam beberapa saat. Sherry yang sedang duduk bersandar sambil menatap langit biru sementara David berdiri tak jauh dari sang nyonya sama-sama hening dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Boleh aku bertanya?"

"Silahkan, Nyonya. Saya akan menjawab semampu saya."

"Apa kau pernah mencintai seseorang yang tidak bisa kau miliki?" Tanya Sherry tanpa menatap ke arah David.

"Ya. Saya pernah."

Sherry menoleh sambil mengamati ekspresi David yang tampak biasa-biasa saja. "Bagaimana rasanya?"

"Menyakitkan," jawab David cepat tanpa beban. "Terlebih saat dia menikah dengan pria lain dan kini memiliki seorang putri yang menggemaskan."

Sherry terdiam. Suatu hari nanti mungkin saja ia juga akan melihat Dave menikah dengan wanita lain setelah mereka berdua berpisah.

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang