52

1K 199 43
                                    

Waktu bagi sebagian orang adalah obat penyembuh luka.

Waktu menjadi teman dalam memperbaiki semuanya.

Waktu yang berjalan maju memberikan banyak kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah hancur.

Baik Sherry ataupun Dave menjalani waktu dengan saling menyembuhkan luka masing-masing. Saling menguatkan ketika rasa bersalah muncul tanpa di duga.

Dave selalu ada untuk Sherry, begitu juga sebaliknya. Keduanya saling melengkapi satu sama lainnya.

Sedikit demi sedikit, rasa sakit itu terobati walaupun tidak akan pernah bisa sembuh sepenuhnya.

Sudah satu bulan berlalu sejak kehilangan itu terjadi. Tidak banyak yang berubah, semuanya masih tetap dalam takaran nya masing-masing.

Yang berbeda hanyalah kini keduanya tahu bahwa ada cinta di antara mereka.

Kejujuran yang terucap ketika mereka kehilangan.

Ironis bukan?

Sherry menghela napas panjang sambil memegang erat secangkir kopi yang berada di tangannya.

Ia sedikit ragu untuk masuk ke dalam ruang kerja Dave yang tertutup rapat. Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri di sini namun tidak tahu kapan dirinya berani untuk mengetuk pintu dan masuk.

Ada hal yang ingin ia bicarakan kepada Dave namun ragu apakah pria itu akan setuju atau langsung menolaknya mentah-mentah.

Hal yang memang sejak lama ia inginkan.

Kembali Sherry menghela napas panjang. Sebenarnya untuk apa rasa ragu timbul di hatinya seperti ini? Hal yang ingin ia bicarakan juga bukan tentang sesuatu yang menakutkan.

Tapi entah kenapa rasa tidak nyaman itu bersarang tepat di hatinya tanpa di minta.

Pintu yang terbuka secara tiba-tiba membuat Sherry tersentak dari lamunannya. Wanita itu menatap lurus  ke arah Dave yang juga tengah memandanginya.

"Kenapa lama sekali untuk masuk ke dalam, Ma Cherie?" Tanya Dave lembut sambil mengambil alih cangkir yang Sherry pegang. "Kopinya bahkan hampir dingin."

"Akan ku buatkan yang baru."

Dave seketika menggeleng. Ia dengan cepat meminum kopi buatan Sherry. "Ini juga enak," ucapnya lalu berjalan masuk di ikuti oleh Sherry dari belakang.

"Ada yang ingin ku bicarakan."

"Aku tahu," ucap Dave lalu duduk. Dave menepuk-nepuk sofa di sebelahnya mengisyaratkan Sherry untuk duduk.

Sherry menurut. Ia duduk dengan patuh di sebelah Dave sambil memikirkan bagaimana bisa pria itu tahu maksud dari tujuannya.

"Sedang memikirkan apa?" Tanya Dave lembut. "Bagaimana aku tahu?"

Sherry mengangguk membuat Dave tersenyum kecil. Ia menunjuk dinding samping yang penuh dengan layar berukuran besar menampilkan semua sudut yang terpantau oleh kamera pengawas. "Aku melihatmu dari sana, Ma Cherie. Keraguanmu untuk masuk sudah menjelaskan bahwa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku."

Sherry diam sebentar. Wanita itu tampak berpikir beberapa saat. "Aku ingin bekerja."

Dave diam sambil menatap sang istri lama. Apa hal ini yang membuat Sherry terdiam cukup lama di depan pintu tadi? "Boleh saja. Kau ingin bekerja dimana, Ma Cherie?"

Sherry terpana. Semudah itu? Tidak biasanya Dave menerima tanpa harus berdebat dulu seperti ini. "Dimana saja. Aku bisa bekerja di kafe."

"Di kafe terlalu ramai. Banyak pria yang akan menatapmu nanti," ucap Dave beralasan. "Kau pasti tahu aku tidak suka membagi apapun yang sudah menjadi milikku, bukan?"

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang