69

1K 180 45
                                    

Sherry menatap pemandangan indah di luar sana tanpa minat. Beberapa waktu lalu ia juga merasakan hal yang sama ketika berpisah jauh dari pria yang mengisi relung hatinya. Dan saat ini ia merasakan perasaan yang sama meskipun pria itu berada begitu dekat dengannya.

Sherry memeluk tubuhnya sendiri sambil memejamkan mata saat mengingat kembali percakapan terakhir mereka berdua.

Ketidakpercayaan pria itu benar-benar menghancurkan hatinya lagi dan lagi.

Menghempaskan harap bahwa dirinya memang sendirian di dunia ini.

Dulu Sherry mengira, setelah meletakkan hatinya pada pria itu, hanya Dave satu-satunya penopang yang membuatnya tetap bertahan.

Lalu bagaimana sekarang?

Bisakah ia bertahan? Dengan segala keadaan terlebih ada dua nyawa yang kini berada di dalam tubuhnya? Mampukah ia?

Perlahan Sherry berjalan menuju ranjang. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang empuk lalu menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.

Kedua tangannya terangkat menyentuh perutnya yang masih datar. Saat ini ia memikirkan kembali akan jadi seperti apa hidup mereka kelak jika nanti pria itu berniat melepaskannya.

Sherry memandang sekelilingnya tanpa minat dan langsung terpaku ke arah nakas saat melihat sebuah benda tipis yang tergeletak di atasnya.

Ponsel.

Seolah mendapatkan ide dan semangat yang baru, Sherry dengan cepat bangkit lalu meraih benda tipis itu. Maniknya seketika berkaca-kaca saat melihat wallpaper yang terpasang disana.

Foto pernikahan mereka.

Wanita itu meringis. Hal sesederhana ini saja ternyata mampu membuat perasaannya terombang ambing tak menentu.

Walaupun mereka saat ini di landa sebuah badai yang dahsyat, tapi tetap ada cinta di antara mereka bukan?

Tarik napas perlahan, lalu hembuskan. Sherry mengulanginya berkali-kali untuk menenangkan perasaannya. Setelah merasa lebih baik, ia membuka ponsel milik Dave yang ternyata tidak di kunci sama sekali.

Sherry menekan nomor yang ia hapal di luar kepala sambil berharap bahwa nomor ponsel ini masih di gunakan oleh pria itu.

Karena ada sesuatu yang harus ia lakukan.

Mendengar nada tersambung di ujung sana membuat perasaanya sedikit melega, Setidaknya Calian masih menggunakan nomor ini.

Sherry menunggu panggilannya di jawab dengan gelisah.

Kenapa tidak di angkat? Apa pria itu sedang sibuk?

Sherry mencoba lagi. Ia menolak untuk menyerah karena ini adalah harapan terakhirnya. Dan kali ini pada deringan ketiga panggilannya langsung di angkat. "Calian?" Panggil Sherry memastikan bahwa memang pria itu yang sedang mengangkat panggilannya saat ini.

"Andrea?"

Seketika Sherry menghela napas lega saat mendapatkan balasan dari ujung sana. "Syukurlah, ku kira kau tidak lagi memakai nomor ini."

"Cukup mengejutkan menerima panggilanmu, Andrea. Ada apa? Apa kau merindukanku?"

"Kenapa kau melakukan ini padaku, Calian?" Tanya Sherry menuntut tanpa basa-basi. "Kenapa kau harus melakukan ini semua padaku?"

"Memangnya apa yang sudah ku lakukan, Andrea?" Tanya Calian dengan nada santai. "Ada apa? Apa pria itu tidak mempercayaimu sekarang?"

"Kau membuat semuanya berantakan, Calian!" Sherry menghela napas berat. Ia menekan tombol merekam. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan kepercayaan Dave padanya.

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang