Dave merasakan dunia hancur di bawah kakinya. Ketakutan yang menyelimuti seluruh tubuhnya benar-benar membuatnya kesulitan untuk sekedar menarik napas.
Masih terbayang jelas dalam ingatannya saat ia menemukan tubuh Sherry yang tenggelam di dalam bak mandi. Butuh beberapa saat untuk ia mengerti semuanya sebelum tubuhnya bergerak sendiri dengan menarik tubuh telanjang Sherry ke dalam pelukan.
Detak jantung Dave menggila saat dirinya memanggil nama sang istri berulang kali namun tidak ada reaksi sama sekali. Bahkan dengan pertolongan pertama yang telah ia berikan tetap saja tidak membuat Sherry membuka matanya.
Ia bahkan berteriak kesetanan memanggil nama Mikayla dan juga Brian untuk membantu membawa Sherry ke rumah sakit.
Dan disini lah dirinya. Menunggu di depan sebuah pintu berwarna putih, di mana di dalam sana beberapa dokter sedang berusaha menyelamatkan nyawa istrinya.
Sementara Brian, Mikayla dan juga David yang berdiri tidak jauh dari Dave hanya bisa diam tertunduk.
Pikiran mereka sama kacaunya dengan sang tuan. Menunggu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Terlebih saat ini mereka sedang menunggu jawaban dokter untuk sebuah nyawa yang juga penting bagi mereka.
Dave menutup wajahnya dengan telapak tangan yang bergetar dan juga meneteskan darah. Namun ia tidak merasakan apapun, luka di tangannya akibat meninju dinding berkali-kali tidak seberapa dengan luka yang terlalu dalam ia torehkan pada Sherry.
Ketakutan masih saja menyelimuti tubuhnya. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Dave merutuki kebodohannya yang membuat Sherry mengambil pilihan ini.
Waktu tidak dapat di putar kembali. Menyesal juga percuma. Saat ini Dave hanya bisa berharap bahwa dokter di dalam sana bisa menyelamatkan nyawa istrinya.
Dave menunggu dalam ketidakpastian yang teramat menyiksa. Penampilannya tampak berantakan namun Dave tidak mempedulikan itu semua. Bahkan ia menolak saat perawat datang ingin mengobati luka di tangannya.
Fokusnya hanya satu. Sherry. Dave benar-benar berharap Tuhan masih berbaik hati untuk tidak mengambil Sherry dari sisinya.
Detik berlalu bagaikan bilah pisau yang menyayat sedikit demi sedikit. Hal itu tidak hanya di rasakan oleh Dave tapi juga Mikayla yang masih tidak percaya bahwa sang nyonya bisa memilih cara menakutkan ini untuk mengakhiri hidupnya.
Ada perasaan menyesal dalam diri Mikayla. Andai saja dirinya tidak ragu-ragu dalam memihak, setidaknya Sherry tidak akan mengambil jalan mengerikan ini.
Pintu terbuka, Dave secepat kilat langsung bergegas menghampiri dokter untuk meminta penjelasan.
"Istri anda sudah melewati masa kritisnya, Tuan. Dia baik-baik saja sekarang," ucap dokter tanpa di minta. Masih teringat dengan jelas ancaman pria di depannya ini seandainya ia tidak bisa menyelamatkan wanita yang terbaring di dalam sana.
Dave merasakan kelegaan menghampirinya seketika. Segala ketegangan yang tadi di rasakan oleh tubuhnya menghilang membuatnya terhuyung ke belakang namun di tahan oleh Brian.
"Kau baik-baik saja, Dave?" Tanya Brian cemas.
"Ya," jawab Dave pelan. "Aku amat bersyukur istriku baik-baik saja, Brian."
Dokter yang melihat itu semua seolah mengerti kelegaan seperti apa yang saat ini di rasakan pria di depannya. Ia sendiri mungkin akan bereaksi sama jika berada di posisi pria ini. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus segera ia sampaikan. "Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda. Bisa ikut saya sebentar, Tuan?"
***Sherry membuka matanya yang terasa berat. Langit-langit ruangan berwarna putih serta bau khas rumah sakit yang tercium oleh hidungnya membuatnya mendengkus pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH ME#4
RomansaSERIES KE EMPAT DARI POSESIF-CRAZY ❤️LUCAS GEONANDES (MINE) ❤️JOSHUA ALEXANDER (I FOUND YOU) ❤️RAKA ABIMAYU (PROMISE) ❤️DAVE JHONSON (STAY WITH ME) UPDATE SETIAP TANGGAL 9, 19, 29 YA DEAR 🤗😘