19

1.1K 215 66
                                    

"kenapa tiba-tiba kita langsung ke Italia?" Tanya Sherry untuk yang kesekian kalinya. Sejak bangun tadi pagi, Dave langsung menyuruhnya bersiap-siap karena mereka akan segera meninggalkan tempat ini. Padahal sesuai rencana mereka akan menghabiskan waktu seminggu disini, bukan?

Dave menghela napas berat sambil memijit pangkal hidungnya yang terus berdenyut sejak terakhir ia menerima pesan dari sang sahabat tersayang.

Mengirim Alva benar-benar hal yang tidak ia sangka sebelumnya akan dilakukan oleh Raka Abimayu.

"Ada perubahan dalam rencana kita. Kau tidak akan keberatan, bukan?"

Sherry menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ia tidak keberatan sama sekali. Toh ia hanya di ajak. "Kenapa kau terlihat sedikit tertekan karena ini?" tanya Sherry hati-hati. Ia sejak tadi memperhatikan ekspresi wajah pria ini yang berubah-ubah. Menebak dalam hati apa yang sebenarnya sedang dipikirkan Dave Jhonson.

Dave kembali menghela napas berat sambil menyandarkan tubuhnya. "Salah satu perusahaan di Itali mengeluarkan produk pakaian terbaru anak-anak dan akan mengadakan peluncuran beberapa hari lagi. Ah ya, Ma Cherie. Apa kau keberatan mengurus anak kecil selama kita di sana?"

Mengurus anak kecil? Apa maksudnya? Apa Dave menyuruhnya mengurus semua model anak-anak disana?

Seperti tahu apa yang sedang dipikirkan wanita ini mau tidak mau membuat Dave terkekeh. Ia menyentil pelan kening Sherry membuat wanita itu mengernyit tanda tidak terima. "Apa yang sedang kau pikirkan di dalam kepala cantikmu itu? Aku tidak mungkin meminta istriku mengurus semua model anak-anak disana."

Bagaimana pikirannya bisa di tebak semudah itu? Tanya Sherry dalam hati. Apa sebenarnya pria ini seorang cenayang? "Lalu?"

"Raka mengirim Alva untuk menjadi bintang utama dalam peluncuran itu."

Seketika senyum Sherry merekah. Ia tentu mengenal Alva. Anak kecil yang memiliki kepintaran di atas rata-rata itu terlihat sungguh menggemaskan. "Aku tidak keberatan sama sekali," jawab Sherry bersemangat.

"Kalau kau begitu menyukai anak-anak, kenapa kau mengajukan persyaratan untuk tidak memiliki anak dariku?"

Pertanyaan itu seketika mengubah ekspresi Sherry. Wanita itu terdiam sembari memalingkan wajahnya menghindari tatapan mata Dave. "Aku menyukai anak-anak seperti Alva, tapi aku belum siap untuk memilikinya sendiri. Itu sesuatu yang berbeda, Dave."

"Well, aku akan menunggu sampai kau siap memilikinya," Dave mengulas senyum manis. Walaupun sebenarnya ia selalu menumpahkan benihnya di dalam tubuh Sherry saat mereka melakukan itu semua. Dan ia benar-benar berharap benih yang ia tabur memiliki kemampuan untuk berubah menjadi nyata. "Kau bilang tadi bahwa kau menyukai anak-anak seperti Alva. Kenapa?"

"Karena dia sangat pintar dari anak-anak seusianya. Dan lagi dia juga tampan dan tampak menggemaskan."

Dave berdecak tak suka karena istrinya kini memuji anak dari pria lain. "Kau tenang saja, Ma Cherie. Saat kita memiliki anak nanti, maka kepintarannya akan jauh melebihi Alva," ujarnya penuh percaya diri.

Saat kita memiliki anak nanti, ya? Bisakah itu semua terjadi? Sebenarnya ada satu alasan kenapa dirinya meminta persyaratan itu dulu. Mereka menikah tanpa ikatan cinta sama sekali. Ia tidak ingin kehadiran seorang anak mengubah segala sesuatunya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Dave pada Sherry yang terlihat tidak memberikan reaksi apapun saat dirinya mengatakan hal tadi. Apa wanita ini benar-benar tidak mau memiliki anak bersamanya?

"Tidak ada. Aku hanya membayangkan apa yang tadi kau katakan," Sherry menoleh. "Bagaimana bisa kau begitu percaya diri saat mengatakan hal tadi?"

"Aku hanya membicarakan fakta. Dari kami berempat, hanya aku yang memiliki kepintaran di atas rata-rata," Dave menyombongkan diri dengan wajah bangga. "Tentu saja anak kita kelak akan mewarisi semua kepintaran yang aku miliki."

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang