99

621 110 93
                                    

"Aku tidak mungkin membunuh anak dari Tuan yang ku layani, Demeter."

Demeter seketika tersentak ketika menyadari sesuatu. Ada sebuah jawaban yang luar biasa menarik singgah di dalam kepalanya mengenai tontonan singkat yang baru saja ia lihat. Anda benar-benar menakjubkan, Tuan, puji Demeter dalam hati.

"Aku tidak akan menjelaskan apapun kepada kalian karena hanya Joker yang berhak menjelaskannya. Ku harap kalian tidak keberatan." ucap Azazel dengan nada mengejek.

Setelah Azazel mengatakan itu, layar kembali berpindah menyorot pada Dave yang masih duduk diam sambil bertopang dagu. Seulas senyum tipis ia sunggingkan saat melihat kebisuan para anggota istimewa Dreambox di sana. "Menyukai apa yang kalian tonton?"

Tidak ada yang menjawab. Semuanya masih terkejut dengan apa yang mereka lihat beberapa saat yang lalu.

"Apa kalian ingat, aku pernah membunuh Cleisthenes tepat di depan mata kalian?" Tanya Dave lagi meskipun ia yakin tidak akan mendapatkan respon sama sekali. Ah, sebenarnya ia tidak suka di takuti dengan cara seperti ini. Hanya saja Dave tidak bisa membawa kedua buah hatinya jatuh ke dalam bahaya. "Cara kerjanya seperti itu. Pengenal kalian semua akan terhubung dengan kedua anakku."

"Kau menjadikan kami semua sebagai sandera hanya untuk melindungi kedua anakmu, Joker?!" Tanya Zeus dengan rahang mengeras. Apa yang baru saja di katakan oleh Dave Jhonson tadi benar-benar menyentil amarah yang yang telah membara di dalam dadanya.

Ia sungguh muak tidak berdaya seperti ini. Hidupnya terasa di permainkan oleh seorang Dave Jhonson. Dan apa yang bisa ia lakukan? Tidak ada! Itu lah yang membuat Zeus kesal setengah mati.

"Lindungi mereka dengan nyawa kalian. Selama anak-anakku masih hidup, maka kalian juga akan tetap dapat melihat dan menikmati dunia yang indah ini," Dave mengulas senyum tipis. Tapi bagi sebagian orang yang tidak menyukainya, senyum itu tampak seperti ejekan yang menyebalkan. "Tapi jika kedua jantung anakku berhenti berdetak, maka kalian semua akan ikut menyusulnya."

Sambungan terputus.

Dave menghela napas berat. Ia mengusap wajah pelan lalu menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan mata.

Satu masalah terselesaikan. Dan hanya perlu menyelesaikan masalah lainnya agar hidupnya bisa sedikit lebih tenang. Ya, kedepannya ia akan menyelesaikan semuanya satu persatu, meskipun harus kembali mengotori kedua tangannya dengan darah.

"Tuan?" Panggil Astaroth ragu-ragu. Ia sebenarnya ingin menyimpan pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Hanya saja, rasa penasaran itu jauh lebih kuat mempengaruhi dirinya. "Boleh saya bertanya kepada anda?"

"Katakan."

"Kenapa anda melakukan ini semua, Tuan?" Tanya Astaroth penuh ingin tahu. Alasan apa sebenarnya yang tuannya inginkan dengan melakukan ini semua. "Jika hanya ingin melindungi Tuan muda dan juga Nona Azalea. Kami ber-enam sudah lebih dari cukup melakukannya, Tuan."

"Aku tidak meragukan itu, Astaroth. Aku tahu kalian lebih dari mampu menjaga Azlen dan juga Ale. Tapi musuhku bukan cuma anggota istimewa Dreambox. Musuhku hampir bertebaran di seluruh penjuru dunia," jawab Dave sambil membuka mata. Ia melirik ke arah astaroth dan juga Circle yang hanya diam mendengarkan lalu tersenyum tipis.

"Saya ragu mereka akan bersedia."

"Manusia itu memiliki naluri untuk bertahan hidup, Astaroth. Bahkan jika itu kemungkinan paling kecil sekalipun," ucap Dave. "Dan dibalik itu semua. Yang paling penting adalah mengendalikan pikiran mereka."

"..."

"Aku memberikan sebuah contoh yang membuat pikiran mereka terpusat pada satu fakta. Lalu tanpa sadar, otak mereka akan merespon bahwa hanya dengan melindungi Ale dan juga Azlen, mereka baru bisa bertahan hidup."

STAY WITH ME#4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang