2 | Menjaga Wudhu

35.1K 3.7K 118
                                    

Langit hari itu tampak lebih cerah dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit hari itu tampak lebih cerah dari biasanya. Alias teriknya berhasil membuat Kana berkeringat luar biasa di balik hijab putih senada dengan seragam sekolah yang ia kenakan.

"Bayar sekolah mahal-mahal, AC nya mati, duitnya nggak dibalikin nih?" Sindir kawan sekelasnya.

Kana setuju, kemana uang yang selama ini mereka bayar untuk segala fasilitas sekolah? Mengapa AC saja bisa mati hampir seminggu begini? Di lingkungan seperti ini, panas udara berhasil mengganggu fokus anak-anak menerima mata pelajaran.

"Mungkin besok dibenerin kali, Yan," Ucap Kana menenangkan sembari tangannya mengipasi tubuhnya dengan buku tulis.

"Na," Panggil Rayan, cowok yang tadi berkeluh kesah. "Kamu nanti dijemput Ajudan Ayahmu lagi?" Tanyanya.

Kepala Kana terangkat, ia berpikir sejenak. "Nggak tau juga, Yan, kayaknya iya. Kenapa?"

"Huft, kapan kamu bisa naik mobil baru aku!" Keluhnya lagi pada Kana yang terkekeh.

"PAMEEERRR!" Seru teman-teman Kana yang lain yang juga merupakan teman Rayan. "Kamu pulang anter aku aja, Yan."

Rayan mengangguk, "Ayo dah, rame-rame naik mobil baru si Rayan ganteng," dengan percaya diri ia mengucapkan itu. "Cepet kamu izin! Bilang nggak usah dijemput."

Kana tersenyum senang akan pulang bersama teman-temannya. Ia mengambil ponsel berniat menghubungi si Gatra agar tidak menjemputnya hari ini.

Namun, niatnya harus ia kubur karena saat membuka ponsel, ia justru mendapat pesan lain.

Om Gatra galak❤️

Saya udah di depan.

Matanya melebar dan langsung mendelik sebal. Ia hanya ikut tersenyum garing saat kawanannya tertawa riang.

"Gimana? Boleh? Jadi ikut 'kan?" Tanya Rayan memastikan.

Dengan senyum kaku di bibirnya, Kana menggeleng, "Om Gatra udah di depan gerbang sekolah hehe," Jawabnya.

"Yahh!" Kekecewaan mereka terlihat jelas ketika Kana tak bisa turut serta. "Nanti kita deh yang minta izin ke ajudan ayahmu."

"Heh, kayak nggak kenal Nona Pratanegara aja," Sahut salah satu temannya. "Dibanding kita, dia bakal milih bebeb Ajudan ganteng lah."

Kana terkekeh bahagia, siapa yang tak bahagia pulang sekolah dijemput oleh orang yang ia suka?

"Aku nggak tau dipelet apa sama Om Gatra, padahal aku kesel loh dia galak tapi kok bisa kesemsem gituloh."

Rayan berdecak, "Laporin Om Sadiman, anaknya naksir ajudannya sendiri."

Kana tentu saja menggeleng keras. Tidak, jangan. Ia tidak ingin berurusan dengan sang Ayah, karena seratus persen Kana yakin, bisa saja ayahnya mengganti ajudannya itu.

"Nggakkk!!" Sahutnya tiba-tiba. "Udah ah, kita pulang bareng next time aja ya, aku juga mau ngerjain buku ini," Tunjuknya pada buku latihan soal SBMPTN.

Tentu, hanya lesu yang mereka tampakkan. "Yaudah, ati-ati, Na."

Kana dengan ranselnya mengangguk dan melayangkan tangannya ke kanan dan kiri. "Daahh."

Benar saja, saat dirinya keluar gerbang sekolah, mobil ayahnya sudah bertengger rapi di sana. Tentu saja mobil itu dikemudikan oleh ajudan ayahnya yang tampan nan menyebalkan.

Kana menghela napasnya, ia harus mengatur ekspresi wajah agar tak begitu ketara kalau ia gembira dijemput oleh pria itu. Baiklah, setelah siap, Kana melangkah pasti ke arah mobil yang terparkir di sana.

"Huh, panas banget di luar," Desahnya saat berhasil duduk di jok mobil itu. "Kok udah jemput sih, Om?"

Gatra mengangguk, "Pake sabukmu." Ucapnya. "Udah jamnya kamu pulang sekolah 'kan?"

Gatra selalu membuang tatapan darinya. Kalaupun pernah menatap, hanya saat awal pertama mereka bertemu dan mungkin sekarang hanya sepersekian detik sebelum memalingkannya lagi.

Mungkin juga saat itu Gatra masih menganggapnya anak kecil kah? Atau memang jiwa angkuh pria itu berlebihan?

"Om," Panggil Kana pada pria di sampingnya itu. "Apa hukumnya bayar sekolah mahal-mahal tapi sekolahnya panas, fasilitas nggak memadai."

Pertanyaan itu membuat Gatra terdiam, tak menoleh pada Kana di sebelahnya. "Dikorup kali duitnya." Jawabnya singkat.

Kana menjentikkan jemarinya, "Nah, aku juga mikirnya gitu. Cuma gimana, aku nggak ada bukti. Mau bilang Ayah aja kali ya biar dateng ke pertemuan orangtua terus protes."

Gatra mengggeleng, "Ayah sibuk. Kapan pertemuan orangtua?"

"Sibuk di ladang? Sibuk di kerjaan? Terus Om yang mau gantiin?" Ledeknya. "Om tau nggak sih kita sampe nggak bisa fokus gara-gara kelasnya panas!"

Ia kesal, sesibuk itukah Ayah dan Ibunya sampai menghadiri pertemuan sekolah saja harus diwakilkan oleh Gatra yang notabenenya bukan siapa-siapa baginya.

"Berati kamu sama temen-temenmu banyak dosa, taubat mangkanya biar adem," Sahutnya yang membuat Kana semakin kesal.

"Ih! Ngeselin banget deh, nggak nyambung!" Protesnya pada jawaban Gatra barusan. "Aku nggak mau kalo Om yang gantiin, semoga aja pertemuannya nggak jadi."

Ia membuka cooler box di mobil itu dan mengambil sekotak susu di sana. Sebelum matanya menatap licik pada tangan Gatra. Entah setan darimana tiba-tiba tangan gadis itu menyentuh tangan Gatra yang berada di persneling mobil.

Sontak sentuhan tersebut membuat pemilik tangan kekar berurat itu menoleh dan menatapnya garang. Keterkejutan di matanya berhasil membuat Kana hampir ciut seketika, hanya hampir, nyatanya ia tetap tenang.

"Wudhunya batal deh," ledek Kana dengan santai lalu meminum susu kotak itu sembari melihat ke depan. "Mangkanya jangan ngeselin, Om Gatra. Bukan salah aku loh ya."

Betul, Gatra memang menjaga wudhunya. Namun gadis kurang ajar itu berhasil membatalkannya. Terlebih dirinya menyentuh seseorang yang bukan mahram baginya.

"Lain kali jangan gitu," Peringatannya. "Kalo kamu nggak mau kena akibatnya."

[ D A R A   A J U D A N ]

Nama kontaknya udah pake lof aja si kana😭 dahlah ini dua manusia smsm ngeselinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama kontaknya udah pake lof aja si kana😭 dahlah ini dua manusia smsm ngeselinnya

Jangan lupa vote + comment yaa biar aku semangat ngetiknya 😁

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang